Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berhasil menciptakan Afta B-ionik yakni tangan prostetik robotik yang dapat dikendalikan oleh gelombang otak dengan memanfaatkan teknologi Electroencephalography (EEG). Temuan ini menghasilkan perintah yang dapat menggerakkan tangan prostetik robotik sesuai keinginan pengguna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara UI, Rifelly, mengatakan bahwa Afta B-ionik memiliki keunggulan, yaitu harganya yang lebih terjangkau, mudah dilepas dan dipasang, tanpa perlu melakukan tindakan operasi untuk menanamkan sensor ke otot dan dikendalikan langsung menggunakan gelombang otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Afta B-ionik diciptakan oleh Muhammad Arifin Julian (FTUI 2016), Aulia Ulfah (FEB UI 2016) dan Muhammad Yusuf Abdurrahman (FTUI 2016)," ujar dia melalui keterangan tertulis, Senin, 22 Juli 2019.
Menurut Rifelly, pembuatan tangan palsu canggih ini dilatarbelakangi oleh kepedulian tim akan penyandang disabilitas yang kerap mengalami keterbatasan akses di dalam menunjang kehidupannya. Para penyandang disabilitas membutuhkan prostesis yang merupakan sebuah alat bantu untuk mendukung mereka di dalam beraktivitas, namun sayangnya, prostesis masih relatif sangat mahal.
"Sebut saja, prostesis tangan dengan sistem gerak yang fungsional saat ini berada di kisaran Rp 500 juta, masih ditambah pula biaya operasi yang bisa memakan harga di kisaran Rp 150 juta."
Berangkat dari permasalahan tersebut, Muhammad Arifin dan tim menciptakan Afta B-ionik dengan memanfaatkan teknologi EEG yang terintegrasi dengan teknologi IoT sehingga dapat memngoptimalkan kinerja alat.
Menurut Arifin, dengan menggunakan inovasi kontrol EEG, Afta B-ionik mampu mengubah sinyal impuls otak menjadi perintah gerak sehingga tangan prostesis menjadi lebih fungsional.
"Sistem EEG yang dapat membaca gelombang otak karena sudah dimodifikasi dengan Internet of Thing (IoT) sehingga memungkinkan pengguna mengontrol benda lain yang terintegrasi IoT,” ucapnya.
Ia menyebutkan bahwa dalam berinovasi timnya memiliki motto ‘We change disability into ability’. Saat ini, Afta B-ionik telah dibuatkan prototipe dan akan terus disempurnakan hingga benar-benar siap untuk diperjualbelikan. "Jika diperjualbelikan, Afta B-ionik bisa berada di kisaran harga Rp 50 juta."
Rifelly melanjutkan berkat inovasinya, ketiga mahasiswa UI ini berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, yaitu 110 Inovasi Indonesia tahun 2018 dari BIC (Business and Innovation Center), Most Impactful Innovation 2019 dari Obara Award, serta Medali Perak pada ajang International Science and Innovation Fair 2019.
"Dengan adanya tangan palsu canggih ini, diharapkan dapat menjawab kebutuhan para penyandang disabilitas untuk tetap aktif bekerja agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka."