Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Aktivitas penelitian di tiga reaktor nuklir milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menurun sejak Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menggaungkan kebijakan sentralisasi riset.
Semua organisasi riset di BRIN kehilangan kultur dan keunikan ekosistemnya akibat sentralisasi riset dengan penyeragaman metode kerja.
Padahal Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025-2045 mewajibkan pemerintah membentuk lembaga penelitian dan pengembangan yang terdesentralisasi berbasis bidang riset.
DJAROT Sulistio Wisnubroto gusar mendengar kabar sejawatnya, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang bertugas meriset reaktor-reaktor nuklir di daerah. Bekas Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu mendapati para peneliti menghadapi kekurangan alat pelindung diri (APD) dan thermoluminescence dosimeter (TLD)—peralatan untuk mengukur dosis radiasi yang diterima seseorang ketika memasuki area berbahaya pada reaktor nuklir—sejak Kepala BRIN menggaungkan kebijakan sentralisasi riset.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Defara Dhanya Paramitha berkontribusi dalam penulisan artikel ini.