Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika berbicara tentang tisu toilet, satu hal yang hampir selalu sama adalah warnanya yang putih. Mengapa para produsen memilih warna putih untuk tisu toilet? Apakah ada alasan khusus di balik pilihan warna ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reader's Digest, tisu toilet terbuat dari serat selulosa yang berasal langsung dari pohon atau kertas daur ulang. Mulanya, bubur kertas diputihkan dengan dengan hidrogen peroksida atau klorin agar lebih putih. Tujuannya untuk menghilangkan zat lignin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serat selulosa juga berwarna putih alami. Jadi, bukan hanya prosesnya, tapi juga bahan baku yang digunakan untuk membuat tisu toilet menjadi putih. Ditambah lagi, tisu toilet dari kertas daur ulang kebanyakan menggunakan limbah kertas yang sudah berwarna putih.
Dikutip dari Times of India, warna putih secara luas dikaitkan dengan citra kebersihan dan kemurnian. Ketika melihat sesuatu yang berwarna putih, kita sering kali menganggapnya bersih dan steril.
Karena itu, pilihan warna putih untuk tisu toilet bertujuan untuk memberikan kesan produk yang higienis dan aman digunakan. Ini juga membuat konsumen merasa yakin bahwa tisu toilet tersebut telah melalui proses produksi yang cermat dan terjaga kebersihannya.
Terkait dengan lingkungan, tisu toilet berwarna putih terurai lebih cepat daripada yang berwarna. Perusahaan memutihkan bubur kayu dengan hidrogen peroksida atau klorin agar lebih putih. Proses ini untuk menghilangkan zat lignin dan melunakkan kertas.
Meskipun warna putih adalah pilihan yang paling umum untuk tisu toilet, beberapa produsen juga menawarkan tisu dengan pilihan warna lain sebagai bagian dari strategi pemasaran mereka. Namun, tidak dapat disangkal bahwa warna putih tetap menjadi pilihan.
Pilihan Editor: Tisu Toilet Termahal Dunia Asal Jepang