Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Nama buah nangkadak masih asing di telinga sebagian orang. Nangkadak adalah buah dari persilangan antara nangka dan cempedak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut buku "Buah Unik: Cara Buahkan dan Rawat 43 Jenis Tanaman Buah Unik" karya Redaksi Trubus (2012), pakar botani di Taman Wisata Mekarsari (TWM) Bogor bernama Gregori Garnadi Hambali beserta timnya adalah mereka yang menyilangkan cempedak sebagai jantan dan nangka sebagai betinanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan perkawinan itu, tim TWM berharap mendapatkan karakter nangka yang manis, renyah, dan tidak lembek, serta karakter cempedak yang praktis untuk dimakan. Hasilnya, lahirlah nangkadak, cempeka, dan pedakka pada 2002.
Ketiga tanaman ini mirip dengan sosok induk jantan, yakni cempedak. Ketiganya juga memiliki citarasa yang sangat manis dengan perpaduan nangka dan cempedak, serta daging buah tebal berwarna oren kekuningan.
Selain itu, ketiga tanaman ini memiliki bentuk nyamplung mirip nangka, tapi dengan tekstur buah berserat dan juicy macam cempedak. Serat antar daging (dami) juga tebal dan berwarna serupa daging, serta dapat dimakan.
Di antara ketiganya, cempeka memiliki bobot terbesar. Bahkan bobotnya bisa mencapai 6,5 kg per buah. Produktivitasnya pun cenderung paling stabil. Tak heran bila ia diunggulkan oleh tim TWM.
Tetapi justru nama nangkadak yang diberikan oleh Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, saat melepas tanaman itu sebagai varietas pada 2004. Nama nangkadak diberikan karena lebih gampang diingat.
Meski nangkadak lahir dari proses persilangan, ternyata di Kalimantan Selatan ada nangkadak yang dihasilkan dari perkawinan alami nangka dan cempedak.
AMELIA RAHIMA SARI