Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Perigee, Fenomena Penyebab Banjir Rob di Wilayah Pesisir

Secara umum banjir rob akan berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir.

12 Januari 2025 | 13.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas PT KAI Daop 1 Jakarta saat menaikkan Rel Kereta Api agar bisa dilintasi di depan Jakarta International Stadium, Jakarta, 16 Desember 2024. Dinas Sumber Daya Air Jakarta mencatat, 12.000 jiwa terdampak banjir rob di beberapa wilayah di Jakarta Utara. TEMPO/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami banjir pesisir atau banjir rob pada 5-21 Januari 2025. Wilayah terdampak diperkirakan dari Sumatera Barat hingga Maluku.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Adanya fenomena perigee pada tanggal 7 Januari 2025 dan bulan purnama pada tanggal 13 Januari 2025 berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum," tulis BMKG melalui Instagram resmi @infobmkg, Senin, 6 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara umum banjir rob akan berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di permukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.

Wilayah pesisir yang diperkirakan mengalami banjir rob di antaranya Sumatera Barat, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, dan Maluku Utara.

Lantas, apa itu Fenomena Perigee?

Perigee merupakan fenomena ketika bulan berada di titik terdekat dengan Bumi dalam orbit elipsnya, yang memiliki dampak signifikan pada pasang surut air laut. Dikutip dari laman resmi NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), fenomena ini terjadi sekitar sekali setiap 28 hari dan menyebabkan tarikan gravitasi bulan terhadap Bumi menjadi lebih kuat, menghasilkan pasang surut yang lebih ekstrem.

Ketika perigee bertepatan dengan fase bulan baru atau purnama, fenomena ini disebut perigean spring tide. Hal ini mengakibatkan pasang tinggi menjadi lebih tinggi dari biasanya dan pasang rendah menjadi lebih rendah. Peristiwa seperti ini dapat terjadi 6-8 kali dalam setahun. Namun, ketinggian pasang surut juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti perubahan musiman pada level air rata-rata. Air yang lebih hangat dapat menyebabkan ekspansi termal, sehingga pasang tertinggi dalam setahun tidak selalu terjadi bersamaan dengan perigean spring tide.

Dampak pada Banjir Pesisir

Meskipun perigean spring tide tidak selalu menyebabkan banjir pesisir, fenomena ini dapat memicu banjir pasang tinggi atau banjir gangguan di daerah dataran rendah. Banjir besar biasanya disebabkan oleh kombinasi pasang surut tinggi dengan badai pesisir, angin darat yang kuat, dan perubahan tekanan barometrik. Jika badai terjadi selama perigean spring tide, dampaknya dapat memperburuk banjir.

Para ahli memperingatkan bahwa seiring dengan kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim, kejadian banjir kecil saat perigean spring tide diperkirakan akan semakin sering terjadi di masa depan. Oleh karena itu, masyarakat di kawasan pesisir diimbau untuk mewaspadai potensi banjir yang lebih sering dan merencanakan langkah mitigasi untuk mengurangi dampaknya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus