INI ada "ilmu" baru: psychorientology. Karena ditemukan oleh Dr. Jose Silva, - disebut juga The Silva Mind Control Method - alias SMC. Diseminarkan di Hotel Wisata Internasional, Jakarta, Sabtu lalu, segera bisa ditebak, ini bukan ilmu biasa. "Memang merupakan cabang parapsikologi," kata Ir. Rd. Lasmono Dyar, psychorientologist, kepada Musthafa Helmy dari TEMPO. Adalah Lasmono, 58, yang membawa "ilmu" ini ke Indonesia. Lasmono berkenalan dengan SMC lima tahun lalu, langsung melalui pertemuan dengan Silva, di Amerika Serikat. Jauh sebelumnya, ayah lima anak itu mengaku mempelajari komputer di Italia danJerman Barat. Pada 1973, ia mengajar di Institut Vlaam, Belgia. "Karena beberapa hal, saya sering mengalami stress ketika itu," ujar bekas pegawai RRI ini. Ia mulai menelan obat-obatan, yang akhirnya membuat rangsangan tubuh dan otaknya tak lagi peka. Pada 1974, Lasmono mempelajari meditasi transendental (TM?, yang sedang berkembang di Eropa. Dan sltulah, kemudian, ia tertarik pada SMC. "Bedanya dengan TM, SMC bisa dikendalikan dan memprogram," tuturnya. Jose Silva mempelajari SMC sejak 1944, dan mengembangkan metode itu selama 28 tahun berikutnya. Dasar sistem ini, menurut siaran yang diedarkan Lasmono, ialah pengembangan dan penggunaan kekuatan yang dlmlhkl tiap manusia, pada saat otak bekerJa pada tingkatan gelombang alfa sekitar 10 gelombang frekuensi per detik. Kini, kabarnya, pengikut SMC meliputi enam iuta orang, dan tersebar di 60 negara. Prinsip sistem ini berangkat dari asumsi bahwa manusia umumnya hanya menggunakan 10% dari kemampuan otaknya. Otak itu sendiri memproduksikan energi elektrik, yang dapat diukur dengan electroencepholograph (EEC) dalam gelombang per detik (GPD). Pada siaga biasa, otak bekerja pada 14 GPD ke atas, dan tingkat ini disebut beta. Dalam keadaan tenang, GPD itu berkisar antara 7 dan 14, dan inilah yang disebut tingkat alfa. Langkah pertama SMC ialah melatih otak bekerja pada tingkat alfa itu. Pada tingkat itu, "Kesadaran mengendalikan nirsadar, dan manusia ditempatkan di balik kendali itu," ujar Lasmono. Pengendalian inilah, konon, yang bisa "menenangkan jiwa dan raga, mengembangkan kemampuan yang tersembunyi, menghilangkan lelah, mengembangkan kepribadian, mengatasi kebiasaan buruk, melawan penyakit psikosomatis", dan seterusnya. Untuk menguasai SMC, mulai pekan ini Lasmono membuka seminar, tepatnya kursus, enam hari dengan biaya US$ 275 per orang. "Ini tarif perkenalan," katanya. "Jose Silva memang parapsikolog sekaligus paranormal," ujar sekretaris Yayasan Parapsikologi Semesta (YPS), Permadi, S.H., mengomentari. Tetapi, "Bagaimana prakteknya, saya tidak tahu," ia menambahkan. Sedangkan ketua YPS, Sabdono Surohadikusumo, yang mengaku kenal baik dengan Lasmono sebagai ahli komputer, berkata, "Seharusnya dibuktikan dulu manfaatnya, sebelum kursus dibuka dengan biaya tinggi." Sementara itu, Zainul B. Biran, dosen psikologi sosial UI, mengambil sikap berhatihati. "Paranormal sangat berbeda dengan psikologi itu sendiri," katanya. Ia tidak berani mengomentari kekuatan alam bawah sadar untuk manfaat praktis, seperti dijanjikan SMC. "Tetapi, saya tidak bisa mengatakan, SMC tidak benar," katanya. Yang jelas, sudah 25 peminat mendaftar untuk kursus SMC tahap pertama, yang akan diselenggarakan di Jalan Kramat VI/12, Jakarta Pusat. "Sebagian besar peminat tertarik pada manfaat komunikasinya," ujar Rauf Wiranatakusumah, pelukis paranormal itu. Di samping penyembuhan, SMC menjanjikan kemampuan berkomunikasi antarpikiran, bahkan dalam jarak jauh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini