Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menghijaukan Sahara

Pembangkit listrik tenaga surya dan angin yang menutupi permukaan Gurun Sahara dapat meningkatkan suhu di dekat permukaan dan curah hujan. Vegetasi pun tumbuh.

22 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gurun Sahara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gurun Sahara, yang luasnya sembilan juta kilometer persegi, adalah wilayah terluas di bumi selain Antartika. Sahara juga merupakan gurun panas dan gersang terbesar di planet ini. Bagian tengah Sahara, yang menjadi tempat paling kering, hanya menerima curah hujan 2,54 sentimeter per tahun. Namun, setidaknya pada 4.500 tahun silam, mungkin karena pengaruh kecondongan sumbu bumi dan musim monsun Afrika Utara, Sahara berubah menjadi sabana yang subur, dipenuhi air dan kehidupan.

Menurut laporan penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science edisi 7 September 2018, menghijaukan Sahara kini tidak harus menunggu 4.500 tahun. Yan Li, peneliti pasca-doktoral bidang ilmu sumber daya alam dan lingkungan di University of Illinois, Urbana-Champaign, Amerika Serikat, bersama dua pakar dari University of Maryland, yakni profesor ilmu lautan dan atmosfer Eugenia Kalnay serta ahli sistem Safa Motesharrei, membuktikan dengan pemodelan simulasi iklim bahwa Sahara dapat dihijaukan.

Caranya: menutupi seluruh permukaan gurun dengan instalasi pembangkit listrik tenaga surya masif yang menghasilkan listrik 79 terawatt dengan kombinasi pembangkit listrik tenaga bayu berkapasitas 3 terawatt. Daya sebesar itu setara dengan empat setengah kali total konsumsi listrik seluruh dunia pada 2017, yang mencapai 18 terawatt. Sebagai gambaran, 1 terawatt listrik dapat menyalakan 10 miliar bohlam 100 watt secara serentak.

Menurut Yan Li, yang memimpin tim peneliti, studi pemodelan dampak iklim dari instalasi pembangkit listrik tenaga surya dan bayu (PLTSB) yang difokuskan pada bagaimana respons vegetasi terhadap perubahan tingkat panas dan curah hujan ini adalah yang pertama. Li mengatakan studi pemodelan sebelumnya mengungkap bahwa instalasi PLTSB yang masif dapat menghasilkan perubahan iklim signifikan pada skala benua. “Namun ketiadaan umpan balik vegetasi bisa menjadikan dampak pemodelan iklim sangat berbeda dengan perilaku yang sesungguhnya,” ucap Li seperti dikutip Phys.org.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya Maroko

Dari model iklim yang Li dan timnya kembangkan terungkap bahwa ladang kincir angin dan taman panel surya menimbulkan pemanasan regional dari suhu udara di dekat permukaan. Kincir angin menaikkan suhu 2 derajat Celsius, sementara panel cermin surya meningkatkan suhu 1 derajat Celsius. Karena pemanasan itu, curah hujan meningkat. Kombinasi kincir angin dan panel surya meningkatkan curah hujan rata-rata dari 0,24 milimeter per hari menjadi 0,59 milimeter per hari.

Kincir angin bisa meningkatkan suhu karena baling-baling turbinnya dapat membawa udara yang lebih hangat ke dekat permukaan tanah, khususnya pada malam hari. Hal ini terpantau di lapangan dan dengan pengindraan jauh menggunakan satelit. Para peneliti juga menemukan peningkatan uap air dalam udara. Keberadaan panel surya juga membuat radiasi matahari yang diserap makin banyak dan energi matahari yang dipantulkan kembali ke angkasa berkurang. Akibatnya, permukaan tanah menjadi hangat.

Adanya hujan membuat makin banyak vegetasi tumbuh. “Peningkatan curah hujan ini ujungnya akan meningkatkan tutupan vegetasi, menciptakan perputaran umpan balik positif. Tutupan vegetasi meningkat sekitar 20 persen,” tutur Li.

Mewujudkan sebuah kompleks PLTSB raksasa seluas Sahara akan sulit karena gurun tersebut dimiliki sepuluh negara. Tim peneliti menyebutkan PLTSB itu harus dibangun di Sahara. Sebab, efek pada curah hujan dan vegetasi yang dihasilkan akan sangat kecil jika PLTSB dibangun di lokasi lain. Ukurannya pun harus superbesar karena, jika berukuran kecil, efek yang dihasilkan terbatas.

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Danau Turkana

PLTSB itu tidak mustahil diwujudkan mengingat beberapa negara di Afrika Utara dan Timur Tengah telah membangun pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan dengan investasi miliaran dolar Amerika Serikat. Maroko, misalnya, sejak 2013 membangun Noor Solar Project senilai US$ 9 miliar (sekitar Rp 133,45 triliun) di tepi Sahara, sekitar 10 kilometer dari Kota Ouarzazate. Lokasi ini dikenal sebagai tempat pembuatan film laris Hollywood, Lawrence of Arabia dan Gladiator. Kompleks pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) itu akan menjadi yang terbesar di dunia, menghasilkan listrik 580 megawatt.

Noor 1, yang mulai beroperasi pada Desember 2016, menghasilkan listrik 160 megawatt. Adapun Noor 2 berkapasitas 200 megawatt dan Noor 3 berkapasitas 150 megawatt. PLTS Noor 1, Noor 2 , dan Noor 3 bertipe concentrating solar power, yang menggunakan cermin parabolik yang lebih mahal dibanding panel surya atau fotovoltaik tapi dapat menyimpan energi panas meski langit mendung, bahkan pada malam hari. Adapun pembangkit Noor 4, yang berkapasitas 170 megawatt, akan menggunakan panel surya dan menara.

Lain Maroko lain Kenya, yang agak jauh dari Sahara. Kenya memilih membangun pembangkit listrik tenaga bayu di dekat Danau Turkana. Instalasi ladang kincir angin, yang merupakan terbesar di Afrika, itu memakan biaya 70 miliar shilling Kenya (sekitar Rp 9,98 triliun). Listrik 310 megawatt yang dihasilkan dapat dialirkan ke lebih dari satu juta rumah.

DODY HIDAYAT

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Dody Hidayat

Dody Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini, alumnus Universitas Gunadarma ini mengasuh rubrik Ilmu & Teknologi, Lingkungan, Digital, dan Olahraga. Anggota tim penyusun Ensiklopedia Iptek dan Ensiklopedia Pengetahuan Populer.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus