Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Lensa Kontak Mendatarkan Kornea

Lensa kontak ortho-k bisa membuat mata rabun jauh menjadi normal sementara. Mengurangi kecepatan pertambahan minus.

 

11 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penggunaan lensa ortho-k pada mata seorang penderita miopia. shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Lensa jenis ortho-k bisa menghilangkan mata minus sementara.

  • Lensa ortho-k dipakai saat tidur.

  • Bisa mengurangi pertambahan minus hingga 60 persen.

LENSA kontak biasanya mesti dicopot saat penggunanya hendak tidur. Sebaliknya, lensa kontak orthokeratology atau ortho-k justru dikenakan saat terlelap. Lensa kontak ortho-k dipakai untuk mengenyahkan kelainan minus alias miopia dan silindris pada mata penggunanya tanpa harus melalui operasi.

Prinsip kerja lensa ortho-k sebenarnya sama dengan operasi laser assisted in-situ keratomileusis (lasik), yakni membentuk ulang kornea mata. Bedanya, dengan lasik, kornea dimodifikasi secara permanen menggunakan sinar laser. Sedangkan modifikasi kornea dengan ortho-k hanya bersifat sementara. “Lensa kontak jenis ini akan mendatarkan kornea. Jadi, ketika bangun esok harinya, penglihatan sudah normal,” kata dokter spesialis mata, Damara Andalia, Selasa, 7 Januari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kornea adalah lapisan bening terluar mata yang melapisi pupil, iris, dan bilik mata depan. Kornea bertugas membiaskan cahaya yang memasuki mata. Pada mata normal, cahaya yang masuk lewat kornea akan dibiaskan dan bayangannya jatuh tepat di permukaan retina sehingga pandangan yang terlihat sesuai dengan penampakan aslinya.

Pada penderita mata minus, bayangan yang dibiaskan kornea jatuh di depan retina. Walhasil, pandangan pada jarak jauh menjadi kabur atau terjadi rabun jauh. Ada beberapa penyebab bayangan jatuh di depan retina, tapi yang paling umum adalah memanjangnya bola mata. Agar penglihatan menjadi normal, penderitanya biasanya mengakali dengan mengenakan kacamata atau lensa kontak cekung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

shutterstock

Tidak semua orang nyaman menggunakan lensa kontak. Misalnya mereka yang tak mungkin menggunakan kacamata atau lensa kontak saat beraktivitas, seperti atlet, pemadam kebakaran, polisi, atau model. Juga anak-anak yang memiliki minus tinggi. “Banyak anak yang dirisak karena menggunakan kacamata yang tebal,” ucap dokter spesialis mata Tri Rahayu.

Lensa ortho-k lebih keras dan kaku ketimbang lensa kontak biasa. Bagian tengahnya pun berbentuk trapesium, yang berfungsi menekan kornea yang lancip agar menjadi lebih datar. Pendataran kornea ini bertujuan membuat bayangan yang dibiaskan jatuh tepat di retina.

Lensa ortho-k dikenakan saat tidur malam lantaran pendataran kornea akan lebih efektif karena dibantu menutupnya kelopak mata. “Mengoreksi bentuk kornea ini menjadi pilihan karena mengubah panjang bola mata tidak memungkinkan,” ujar Tri.

Lensa ortho-k bisa mengubah bentuk kornea hanya dalam hitungan waktu satu hari setelah pemakaian. Bila lensa tidak digunakan, kornea pelan-pelan akan kembali ke bentuk semula ketika malam datang. Penglihatan pun bakal kembali buram.

Metode mendatarkan kornea dengan lensa sudah lama ada. Orthokeratology pertama kali dipelajari Robert Morrison dari Amerika Serikat pada 1956. Hasil studi Morrison menunjukkan mata minus pada seribu remaja yang memakai lensa orthokeratology tidak meningkat setelah dua tahun. Bias mata pada beberapa remaja pun berkurang dan penglihatan makin tajam.

Adapun George Jessen ahli mata pertama yang menerapkan lensa ortho-k terhadap pasien di Amerika Serikat pada 1960-an. Namun lensa yang digunakan saat itu tak bisa ditembus oksigen sehingga menimbulkan banyak masalah pada mata. Problem ini kemudian diatasi Leonard Seidner dan Norman Gaylord, yang pada 1971 mengembangkan bahan lensa polycon, yakni material silicone acrylate yang bisa ditembus oksigen.


 

Kondisi mata sebelum dan sesudah menggunakan lensa ortho-k.

(Kiri-kanan) Mata miopia tanpa lensa kontak, lensa kontak ortho-k terpasang, penyesuaian selama semalam, lensa dilepas esok harinya

 

Jumlah penderita miopia menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

 
 
 

 

Bentuk ortho-k yang semula sangat kaku lalu diperbaiki Richard Wlodyga dan Nick Stoyan dengan menciptakan advanced orthokeratology. Pada lensa yang baru itu, mereka membuat lengkungan sekunder yang lebih curam dari lengkungan dasar. Bentuk tersebut membuat proses pengurangan minus menjadi lebih cepat.

Jika lensa kontak tak bisa ditembus oksigen, kata Tri, dalam jangka pendek, kornea akan membengkak dan menebal. Lambat-laun, kondisi kekurangan oksigen tersebut menyebabkan sel-sel di kornea rusak sehingga kornea malah menipis, juga membuat mata menjadi buram. Kalaupun lensa bisa ditembus oksigen, daya hantarnya rendah. Mata akan mudah terinfeksi karena lebih gampang disarangi kuman. “Sekarang material ortho-k teruji aman dipakai selama 30 hari tanpa dilepas,” tutur Tri.

Karena kondisi mata tiap orang berbeda, lensa kontak ortho-k ini pun dibuat menurut pesanan. Mata pasien yang ingin memakai lensa ortho-k akan diperiksa dengan komputer. Baru kemudian lensa dibuat sesuai dengan kondisi matanya. Menurut Damara, lensa ini optimal digunakan dengan kondisi minus sampai 6 dan silindris 1,75.

Pada pemakaian pertama, Tri menjelaskan, biasanya mata yang berminus rendah (di bawah 3) hanya membutuhkan waktu satu-dua hari untuk kembali normal. Sedangkan mata yang berminus sedang sampai tinggi (di atas 3) memerlukan waktu sekitar sepekan. Kalau dikenakan rutin, lensa tersebut bisa menekan laju penambahan minus sampai 60 persen.

Karena manfaatnya ini, kata Damara, banyak orang tua yang kedua matanya menderita minus tinggi menjajal ortho-k pada anak mereka. Penambahan minus pada anak-anak cenderung lebih cepat lantaran tubuh mereka masih dalam masa pertumbuhan. Bola mata juga ikut memanjang. “Apalagi dengan gaya hidup sekarang, yang banyak menggunakan gawai, mata minus akan lebih cepat meningkat,” ujar Damara.

NUR ALFIYAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Nur Alfiyah

Nur Alfiyah

Bergabung dengan Tempo sejak Desember 2011. Kini menjadi redaktur untuk Desk Gaya Hidup dan Tokoh majalah Tempo. Lulusan terbaik Health and Nutrition Academy 2018 dan juara kompetisi jurnalistik Kementerian Kesehatan 2019. Alumnus Universitas Jenderal Soedirman.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus