Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Misteri Dinosaurus Berbulu

Ditemukan fosil dinosaurus di Cina. Ternyata dinosaurus itu tidak hidup di masa Jurassic, tapi pada zaman Cretaceous.

11 Juli 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dinosaurus dan Jurassic, bagi masyarakat awam, selama ini bagai dua kata yang tak terpisahkan. Apalagi setelah film Jurassic Park karya sutradara ternama Steven Spielberg, yang menggambarkan kehidupan dinosaurus di Taman Jurassic itu, meledak di pasaran beberapa tahun lalu. Maka, anak-anak pun, kalau ditanya pada zaman apa dinosaurus hidup, dengan tangkas bisa menjawab, "Zaman Jurassic."

Karena sukses, film Jurassic Park dibuat menjadi beberapa sekuel. Namun, mestinya Spielberg memfilmkan juga kehidupan dinosaurus pada masa yang lain, supaya orang tahu bahwa reptil purba itu tidak hanya hidup pada periode Jurassic (144-206 juta tahun lalu). Penemuan fosil terbaru di Desa Sihetun, Cina, menunjukkan dino-saurus di Cina tidak hidup dalam masa kejayaan dinosaurus atau pada periode Jurassic. Dinosaurus berbulu—dipercaya sebagai bentuk dinosaurus sebelum berevolusi menjadi burung—yang ditemukan di Sihetun ditaksir berusia 20 juta tahun lebih muda dari yang diyakini selama ini atau hidup dalam periode Cretaceous.

Inilah untuk pertama kalinya di Cina ditemukan fosil empat spesies dinosaurus yang masih lengkap dengan bulu dan kulitnya. Penemuan empat spesies dinosaurus berbulu itu memperkuat keyakinan para ahli mengenai adanya evolusi dari dinosaurus menjadi burung. Temuan ini juga mencuatkan keraguan hasil analisis sebelumnya yang menyebutkan bahwa si dino dari Cina itu hidup 144 juta tahun lalu.

Misteri usia dinosaurus Sihetun baru terungkap awal Juli ini, di jurnal sains Nature. Dalam laporan tersebut, Carl Swisher III dari Berkeley Geochronology Center, Berkeley, California, serta Yuan-qing Wang, Xing Xu, dan Yuan Wang dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology, Beijing, Cina, menyebutkan bahwa fosil temuan mereka itu berusia sekitar 124 juta tahun, dari masa awal periode Cretaceous.

Beginilah tim Swisher menghitung usia dinosaurus. Semula, tim itu menganalisis usia batu karang yang berdekatan dengan fosil-fosil tersebut. Rupanya, cara ini dianggap kurang dapat dipercaya karena usia batu tak berhubungan langsung dengan umur fosil. Swisher dan koleganya kemudian memakai metode yang memanfaatkan gelombang radioaktif (isotop) yang memancar secara teratur dari suatu elemen perak yang terdapat dalam timbunan mineral vulkanis, tempat fosil terbentuk.

Wilayah hidup dinosaurus diperkirakan di sekitar danau di dekat gunung berapi. Di dasar danau pulalah bangkai makhluk purba itu tersimpan dengan aman. Karena bebas dari oksigen, bangkai tersebut tak membusuk—itu pula sebabnya mengapa bulu, paruh, dan bagian lunak lainnya tetap utuh. Dari waktu ke waktu, debu-debu vulkanis melapisi kawasan itu, membentuk lapisan tipis di dasar danau. Sekitar 124 juta tahun kemudian, danau itu musnah, dan yang muncul adalah suatu lapisan fosil, yang bertumpukan dengan debu vulkanis.

Nah, Swisher dan koleganya lantas memperkirakan kapan lapisan debu itu terbentuk, dengan menghitung secara hati-hati elemen perak di dalam kristal mineral yang terdapat di sela-sela debu tadi. Dari situlah Swisher menentukan usia fosil temuannya.

Bukti lain yang mendukung penelitian tim Swisher adalah ditemukannya fosil burung purba berparuh bengkok, Confuciusornis, di lokasi itu. Jenis bu-rung ini dikenal hanya hidup pada periode Cretaceous. Confuciusornis berusia lebih muda ketimbang Archaeopteryx, yang hidup pada akhir periode Jurassic. Archaeopteryx—berarti sayap kuno—diketahui sebagai burung tertua di dunia. Fosil makhluk berbentuk setengah burung setengah dinosaurus itu pertama kali ditemukan di Bavaria, Jerman. Sosok Archaeopteryx sangat kontras bila dibandingkan dengan fosil burung Sihetun, Confuciusornis.

Seandainya Confuciusornis hidup dalam periode Jurassic, sosoknya mirip dan umurnya tentu setua Archaeopteryx. Tapi, karena burung Sihetun ini sangat berbeda wujudnya, bisa disimpulkan bahwa ia hidup setelah zaman Archaeopteryx.

Wicaksono


Era Mesozoik - Masa Reptilia (248 - 65 juta tahun lalu)

Periode Triassik
248 - 206 juta tahun lalu
Dinosaurus dari mamalia pertama
Periode Jurassik
206-144 juta tahun lalu
Banyak dinosaurus dan burung primitif
yang pertama
Periode Kretaseus
144 - 65 juta tahun lalu
Tanaman berbiji yang pertama, puncak keberadaan dinosaurus, kepunahan besar-besaran
Awal - Pertengahan
242-227 juta tahun lalu
Akhir
227-206 juta tahun lalu
Awal (Lias)
206-180 juta tahun lalu
Pertengahan (Dogger)
180-159 juta tahun lalu
Akhir (Malm)
159-144 juta tahun lalu
Awal (Neocomian)
144-127 juta tahun lalu
Pertengahan (Gallic)
127-89 juta tahun lalu
Akhir (Senonian)
89-65 juta tahun lalu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus