JUMAT, tiga pekan lalu, adalah hari nahas bagi Mayor (Udara) Ross E. Mulhare. Menjelang subuh, pesawat yang diterbangkannya jatuh di hutan lindung Sequoia, 19 km dari Bakersfield, California. Akibatnya, hutan seluas 50 ha itu terbakar dan 100 petugas pemadam kebakaran memerlukan waktu enam jam untuk menjinakkan api tersebut. Kebakaran itu, pada mulanya, dianggap sebagai peristiwa kebakaran biasa. Tapi, sebelum para pemburu berita menjangkau lokasi untuk mengetahui penyebabnya, pihak keamanan telah menyatakan daerah tersebut, dengan radius enam kilometer, beserta wilayah udara di atasnya, sebagai daerah tertutup. Patroli udara militer bahkan mengeluarkan ancaman bagi setiap pesawat yang mencoba melewati wilayah tersebut di bawah ketinggian 2.500 meter. Baru belakangan diketahui bahwa peristiwa kebakaran itu ada hubungannnya dengan jatuhnya sebuah pesawat militer. Tapi Angkatan Udara Amerika maupun Pentagon, yang biasanya sigap memberikan keterangan tentang musibah yang menimpa pesawat-pesawat mereka, kali ini bungkam. Bahkan petugas pemadam kebakaran ikut-ikutan menutup mulut mereka. Toh, akhirnya, misteri kecelakaan itu terungkap juga, ketika seorang anggota Kongres, yang menolak disebut namanya, menyatakan bahwa pesawat yang jatuh itu adalah jenis F-19, pesawat tempur penyelinap buatan pabrik Lockheed, California. Sejauh ini, pihak-pihak berwenang belum memberikan konfirmasi atas hal tersebut. Jika benar kecelakaan itu menimpa pesawat F-19, maka peristiwa ini adalah untuk ketiga kalinya dialami Angkatan Udara Amerika -- yang oleh majalah Newsweek dilaporkan memiliki 72 pesawat F-19. Dari pihak keluarga Mulhare tak banyak yang bisa dikorek mengenai misi yang ditugaskan kepada Mayor Ross. Seperti kata Edward A. Mulhare, ayah korban, "ia tak pernah mengatakan soal pekerjaannya kepada siapa pun. Termasuk pula kepada istrinya. Untuk memastikan hal itu, setiap tiga bulan sekali Ross harus menjalani tes deteksi kebohongan." Sejak semula kehadiran pesawat tempur masa depan andalan Amerika itu memang diliputi kerahasiaan. Menurut laporan wartawan TEMPO Bambang Harymurti dari Washington, yang sempat melihat model pesawat F-19 tidak lama setelah peristiwa nahas itu terjadi, "desainnya saja sangat berbeda dengan pesawat-pesawat tempur yang dikenal selama ini." Bentuk pesawat F-19 yang penuh misteri itu tak ubahnya seperti ikan pari hitam: rangka badan (fuselage) dan sayap depan (wing) menyatu utuh. Ekor kembarnya (tailfin) seolah berdiri di atas sayap yang menyerupai sayap delta pada pesawat F-16 Fighting Falcon atau Mirage 2000. Selain itu pesawat F-19 ini tidak memiliki sayap belakang (tailplane). Dua mesin penggeraknya, General Electric F404-GE-400 turbofan, tersembunyi di bawah lengkungan di antara sayap dan tubuh. Tambahan lain, ada dua sayap kecil (canard) terletak di belakang hidung -- penemuan yang dipatenkan Teknisi Burt Rutan untuk pesawat olah raga. Dimensi F-19, pesawat tempur kelas 10 ribu kg yang serba rahasia ini, tidak jauh berbeda dengan pesawat tempur F/A-18 Hornet. Rentang sayapnya 9,65 meter, sedangkan panjang keseluruhannya mencapai 18 meter. Tapi sayap delta F-19 dapat dilipat sehingga bisa dimasukkan ke dalam pesawat angkut berat C-5 Galaxy. Pesawat F-19, yang berawak satu orang, dan dapat menjelajah dengan kecepatan lebih dari dua kali kecepatan suara, dirancang untuk mengemban tugas sebagai pesawat Cosirs (Covert Srvivable In-weather Reconnaissance Strike). Pesawat F-19 ini dapat menyelinap di antara jaringan radar, sehingga kehadirannya baru sempat diketahui beberapa detik menjelang tiba di tempat sasaran. Mengapa Angkatan Udara Amerika begitu merahasiakan F-19? Rancangan pesawat ini memang punya beberapa keistimewaan. Kata seorang ahli yang pernah melihat pesawat itu dari dekat, "Dari jarak 30 meter, suaranya cuma kedengaran seperti bergumam." Hal ini dimungkinkan, karena mesin tersebut tersembunyi di dalam sarang kedap suara, yang dapat pula menyerap panas yang dipancarkan mesin tersebut. Tapi keistimewaan utamanya adalah badan pesawat yang dibuat menyatu dengan sayap. Desain ini dimaksudkan untuk menyembunyikan citra pesawat tersebut di layar radar lawan. Selain itu, rangka badan dilapis dengan sejenis serat karbon bercampur serat gelas, busa plastik, dan kemudian pesawat dicat dengan cat khusus. Kombinasi bahan-bahan itulah yang memungkinkan pesawat tak tertangkap pancaran gelombang radar. Sedangkan kelemahan desain pesawat yang menghindari bentuk runcing ini adalah sebanyak ketidakstabilannya. Karena itu, dipasanglah sistem komputer, yang setiap saat dapat memerintahkan ratusan gerakan per detik, untuk mengontrol keseimbangan melalui sensor-sensor yang dipasang di sekujur badan pesawat Dalam beberapa pesawat tempur generasi masa kini, sistem pengawas keseimbangan ini tidak terlalu rumit, karena dipadukan dengan sistem pelepas rudal. Menurut beberapa analisa, yang muncul sehubungan dengan jatuh pesawat yang diduga F-19 itu, disebut-sebut sistem komputer pengawas keseimbangan ini mengalami gangguan. Sehingga, penerbangnya tak mampu lagi mengendalikan pesawat. Namun, ada juga yang menduga kecelakaan ini disebabkan meledaknya mesin pesawat. Laporan seorang pilot pesawat komersial, yang mengaku melihat pesawat tipe F-19 itu meledak di udara, memperkuat anggapan terakhir. Itu ditambah pengakuan seorang petugas pemadam kebakaran, yang tak melihat adanya reruntuhan di lokasi. "Yang ada cuma bekas kebakaran di sisi bukit," ujarnya. Maka, penutupan daerah hutan lindung Sequoia agaknya dimaksudkan untuk menghindari adanya "tangan-tangan jahil" mengambil reruntuhan pesawat. Jika hal itu terjadi, bukan mustahil rahasia yang selama ini diselubungi rapat-rapat akan terbongkar. Rancangan pesawat tempur penyelinap ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak 1974 dalam sebuah proyek yang diberi sandi Have Blue. Prototip pertamanya diterbangkan tiga tahun kemudian. Tapi, selama ini, semua penerbangan percobaan pesawat F-19 ini -- diberangkatkan dari sebuah pangkalan udara yang tidak tercantum dalam peta umum, di Gurun Nevada -- selalu dilakukan pada malam hari. Kata beberapa sumber, percobaan terbang tersebut disamarkan di bawah selimut:"Operasi Uji Coba Pesawat lawan Yang Dikuasai Amerika". Dan, akhirnya, selimut itu tersingkap juga, sekalipun sedikit. James R. Lapian Laporan Bambang Harymurti (Washington)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini