Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Modifikasi Cuaca Tak Sebatas Tebar Garam, Bisa Pakai Laser dan Flare

Selain menyemai NaCl di awan, peneliti mengembangkan banyak cara untuk memangkas curah hujan. Metode baru ditargetkan lebih ramah lingkungan.

11 April 2025 | 19.24 WIB

Operasi modifikasi cuaca di wilayah Bandung, Jawa Barat, 11 Maret 2025. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama BPBD Jawa Barat, BMKG dan TNI AU menggelar operasi modifikasi cuaca dengan menaburkan garam sebanyak dua puluh empat ton yang dilakukan selama sepuluh hari atau hingga 20 Maret 2025 mendatang dengan target mengurangi intensitas hujan sebanyak enam puluh persen. Tempo/Prima Mulia
Perbesar
Operasi modifikasi cuaca di wilayah Bandung, Jawa Barat, 11 Maret 2025. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama BPBD Jawa Barat, BMKG dan TNI AU menggelar operasi modifikasi cuaca dengan menaburkan garam sebanyak dua puluh empat ton yang dilakukan selama sepuluh hari atau hingga 20 Maret 2025 mendatang dengan target mengurangi intensitas hujan sebanyak enam puluh persen. Tempo/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Pusat Pengelolaan Peluang dan Risiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) IPB University I Putu Santikayasa mengatakan skema modifikasi cuaca, yang belakangan digunakan oleh pemerintah untuk memangkas curah hujan, tidak akan mengubah iklim secara permanen. "Teknik modifikasi cuaca hanya berdampak sesaat karena yang dimodifikasi adalah cuaca," kata Putu melalui keterangan tertulis pada Jumat, 11 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Di tengah perubahan iklim, operasi modifikasi cuaca (OMC) menjadi harapan baru dalam mitigasi bencana. Teknologi yang dikembangkan menjadi solusi untuk mengendalikan intensitas hujan, dalam rangka antisipasi bencana maupun optimalisasi sumber daya air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Putu yang juga merupakan dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University menyebut metode paling umum OMC adalah penyemaian awan alias cloud seeding. Garam dipakai untuk mempercepat proses kondensasi dalam awan agar hujan turun lebih cepat.

Manfaat kondensasi ini bervariasi tergantung kondisi. Pada musim kemarau, cloud seeding bisa mengggenjot curah hujan untuk membantu sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya air. Sedangkan pada musim hujan, teknik serupa bisa mengalihkan hujan dari daerah rawan banjir ke lokasi yang lebih aman.

Metode rekayasa lain untuk cuaca adalah cloud breaking yang dapat menghambat kondensasi. Metode “pengkerdilan awan” ini mengikis jumlah uap air yang mengalami kondensasi.

Putu mengingatkan bahwa modifikasi cuaca tetap harus mempertimbangkan kondisi stabilitas dan status uap air di atmosfer. Penggunaan bahan tertentu seperti perak iodida (AgI) dalam cloud seeding, kata dia, masih menuai pro dan kontra terkait dampak lingkungan.

“Beberapa penelitian menyebutkan AgI berpotensi menghambat pertumbuhan organisme akuatik dan mengganggu siklus nutrisi di ekosistem air tawar,” tutur Putu.

Seiring perkembangan teknologi, berbagai inovasi lain juga berkembang untuk modifikasi cuaca. Para peneliti sedang mempelajari potensi metode laser untuk merangsang pembentukan awan, serta pemanfaatan drone untuk penyemaian awan.

Ada pula teknik flare yang gasnya dapat menaikkan kelembapan udara. Meski modifikasi cuaca tidak berdampak permanen, Putu menyebut harus ada perhatian menyangkut dampak jangka panjangnya terhadap lingkungan. Apalagi OMC kerap dilakukan di lokasi yang sama dari waktu ke waktu.

"Salah satu pendekatan baru yang sedang dikembangkan adalah penggunaan bahan organik, sebagai alternatif garam, sehingga lebih ramah lingkungan," kata Putu.

 

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus