MUSIM kemarau yang lampau masih terasa akibatnya di beberapa
tempat di Indonesia. Khususnya di Sumatera Barat dan Nusa
Tenggara.
Petakan sawah rengkah di mana-mana. Tanaman padi yang tadinya
subur tiba-tiba menjadi padang ilalang. Tentu saja kelaparan
segera datang. Kenyataan itu mengundang pikiran bagaimana bibit
padi bisa diperbaiki agar lebih tahan panas.
Di Sumatera Barat upaya macam itu memang sudah dicoba. Meski itu
bukan penemuan bangsa dewek toh sedikitnya dari percobaan yang
pernah dilakukan jenis bibit macam itu sudah menolong. "Tapi
1007. tahan panas tidak", jawab seorang petani di Tanah Mati
Kabupaten Lima Puluh Kota.
Dubes di Arab Saudi
Bibit padi itu bernama Lagos. Seperti nama tempat asalnya:
Lagos, ibukota Nigeria, itu negeri minyak (anggota OPEC) di
Afrika Hitam. Pertama kali dibawa ke Sumatera Barat tahun 1970
oleh Janamar Ajam orang KBRI di sana (kini Dubes di Arab Saudi).
Di tanah Mati kurang lebih 12 Km dari Payakumbuh padi itu dicoba
oleh petani Masri lulusan Pesantren Darul Fallah Bogor. Hasilnya
tak begitu mengecewakan. "Lima ton per ha, jika cuaca lebih
baik", ucap Masri kepada koresponden TEMPO Muchlis Sulin.
Yang dimaksud baik adalah jika panas sebanding dengan hujan.
Tapi jika panas lebih garang dan berkepanjangan minimal separuh
bisa jadi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas juga pernah
coba. Hasilnya jauh lebih baik yakni 5,8 per Ha, dalam cuaca
yang disebut baik tadi.
Keistimewaan Lagos tak cuma itu. Sebagai padi ladang jenis ini
unggul dalam anak. "Tiap rumpun bisa menghasilkan anak sampai 20
batang". kata Masri yang juga pimpinan Wisma Tani Darul Fallah.
Umurnya bisa lebih singkat yaitu sekitar 41/bulan. Juga agak
tahan hama, sebegitu jauh belum ditemukan penyakit yang lebih
serius. Kemudian juga berasnya lebih putih. "Di pasar bebas
paling tidak bisa jadi kelas II. Padahal padi ladang biasanya
kurang disukai karena bergetah", kata Masri yang petani.
Meski begitu Lagos bukan tanpa musuh. Sebab ketika berusia 10
hari akan diserang hama penggerek. Itu tanaman seperti layu dan
mati. Menghadapi musibah macam itu perlu penyemprotan. "Bisa
teodan, lebisit atau racun bimas biasa", kata seorang petani di
Payakumbuh Selatan yang juga sudah mencoba bibit padi itu.
Perhatian yang lebih juga diminta untuk tanaman bibit jenis ini.
Pengolahan tanah mesti baik, halus dan gembur. Pemupukan mesti
dilakukan 2 kali, masing-masing pada waktu bertanam dan 20 hari
menjelang bersiang yang pertama. Jika semua itu dilaksanakan
hasilnya tak bakal mengecewakan. "Hanya petani di daerah ini
sudah ramai-ramai mengembang biakkannya", kata seorang pimpinan
Wisma Darul Fallah.
Desa Tan Malaka
Walaupun Lagos sudah menunjukkan tanda-tanda baik tapi percobaan
masih tetap dilakukan juga agar lebih baik. Pimpinan Darul
Fallah di Payakumbuh maupun kalangan Dinas Pertanian Sumbar
mengakui bahwa itu padi belum punya sertifikat. Meski begitu
Diperta ikut mendorong pengembangbiakannya. "Memang hasilnya
cukup baik", jelas seorang pengamat padi-padian Dinas Pertanian
yang tak sedia disebut namanya. Pejabat itu juga mengakui bahwa
penelitian yang lebih cermat terhadap jenis Lagos belum lagi
dilakukan. Itulah sebabnya Dinas belum punya data-data lengkap
tentang Lagos itu.
Jenis bibit padi Lagos sekarang memang sedang populer di
Sumatera Barat. Keberhasilan jenis itu tak cuma menarik untuk
petani tapi juga ahli-ahli pertanian Jerman Barat yang lagi
melaksanakan program kerjasama dengan Pemda Sumbar. "Dua ton
dicoba di Simpang IV Pasaman oleh orang-orang Jerman, kata
seorang petani setempat.
Percobaan yang sama juga tengah dilakukan di Sitiung, itu daerah
transmigran istimewa dari Wonogiri. Juga di petakan sawah tadah
hujan di Pandam Gadang, desa asal Tan Malaka. Jika hasil macam
itu makin baik tentu saja itu jenis bisa dikembang-biakkan di
seluuh Indonesia. Paling tidak itu di sawah-sawah tadah hujan
yang merampas bagian terluas dari persawahan rakyat di Sumatera
Barat dan usa Tenggara.
Tentu saja dinas pertanian paling kompeten untuk penyebarannya.
Petani di tempat lain boleh menunggu sampai padi itu bisa
disertifikatkan hingga masuk Indonesia secara sah. Apakah LP3
(Lembaga Pusat Penelitian Pertanian) di Bogor tak ada minat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini