Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Padi Unggul, Dari Afrika

Padi lagos dicoba di Sum-Bar. Kalau cuaca baik, padi tahan panas asal nigeria dapat menghasilkan 5,8 ton per ha. Pernah dicoba oleh fakusltas Pertanian Unand.

12 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIM kemarau yang lampau masih terasa akibatnya di beberapa tempat di Indonesia. Khususnya di Sumatera Barat dan Nusa Tenggara. Petakan sawah rengkah di mana-mana. Tanaman padi yang tadinya subur tiba-tiba menjadi padang ilalang. Tentu saja kelaparan segera datang. Kenyataan itu mengundang pikiran bagaimana bibit padi bisa diperbaiki agar lebih tahan panas. Di Sumatera Barat upaya macam itu memang sudah dicoba. Meski itu bukan penemuan bangsa dewek toh sedikitnya dari percobaan yang pernah dilakukan jenis bibit macam itu sudah menolong. "Tapi 1007. tahan panas tidak", jawab seorang petani di Tanah Mati Kabupaten Lima Puluh Kota. Dubes di Arab Saudi Bibit padi itu bernama Lagos. Seperti nama tempat asalnya: Lagos, ibukota Nigeria, itu negeri minyak (anggota OPEC) di Afrika Hitam. Pertama kali dibawa ke Sumatera Barat tahun 1970 oleh Janamar Ajam orang KBRI di sana (kini Dubes di Arab Saudi). Di tanah Mati kurang lebih 12 Km dari Payakumbuh padi itu dicoba oleh petani Masri lulusan Pesantren Darul Fallah Bogor. Hasilnya tak begitu mengecewakan. "Lima ton per ha, jika cuaca lebih baik", ucap Masri kepada koresponden TEMPO Muchlis Sulin. Yang dimaksud baik adalah jika panas sebanding dengan hujan. Tapi jika panas lebih garang dan berkepanjangan minimal separuh bisa jadi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas juga pernah coba. Hasilnya jauh lebih baik yakni 5,8 per Ha, dalam cuaca yang disebut baik tadi. Keistimewaan Lagos tak cuma itu. Sebagai padi ladang jenis ini unggul dalam anak. "Tiap rumpun bisa menghasilkan anak sampai 20 batang". kata Masri yang juga pimpinan Wisma Tani Darul Fallah. Umurnya bisa lebih singkat yaitu sekitar 41/bulan. Juga agak tahan hama, sebegitu jauh belum ditemukan penyakit yang lebih serius. Kemudian juga berasnya lebih putih. "Di pasar bebas paling tidak bisa jadi kelas II. Padahal padi ladang biasanya kurang disukai karena bergetah", kata Masri yang petani. Meski begitu Lagos bukan tanpa musuh. Sebab ketika berusia 10 hari akan diserang hama penggerek. Itu tanaman seperti layu dan mati. Menghadapi musibah macam itu perlu penyemprotan. "Bisa teodan, lebisit atau racun bimas biasa", kata seorang petani di Payakumbuh Selatan yang juga sudah mencoba bibit padi itu. Perhatian yang lebih juga diminta untuk tanaman bibit jenis ini. Pengolahan tanah mesti baik, halus dan gembur. Pemupukan mesti dilakukan 2 kali, masing-masing pada waktu bertanam dan 20 hari menjelang bersiang yang pertama. Jika semua itu dilaksanakan hasilnya tak bakal mengecewakan. "Hanya petani di daerah ini sudah ramai-ramai mengembang biakkannya", kata seorang pimpinan Wisma Darul Fallah. Desa Tan Malaka Walaupun Lagos sudah menunjukkan tanda-tanda baik tapi percobaan masih tetap dilakukan juga agar lebih baik. Pimpinan Darul Fallah di Payakumbuh maupun kalangan Dinas Pertanian Sumbar mengakui bahwa itu padi belum punya sertifikat. Meski begitu Diperta ikut mendorong pengembangbiakannya. "Memang hasilnya cukup baik", jelas seorang pengamat padi-padian Dinas Pertanian yang tak sedia disebut namanya. Pejabat itu juga mengakui bahwa penelitian yang lebih cermat terhadap jenis Lagos belum lagi dilakukan. Itulah sebabnya Dinas belum punya data-data lengkap tentang Lagos itu. Jenis bibit padi Lagos sekarang memang sedang populer di Sumatera Barat. Keberhasilan jenis itu tak cuma menarik untuk petani tapi juga ahli-ahli pertanian Jerman Barat yang lagi melaksanakan program kerjasama dengan Pemda Sumbar. "Dua ton dicoba di Simpang IV Pasaman oleh orang-orang Jerman, kata seorang petani setempat. Percobaan yang sama juga tengah dilakukan di Sitiung, itu daerah transmigran istimewa dari Wonogiri. Juga di petakan sawah tadah hujan di Pandam Gadang, desa asal Tan Malaka. Jika hasil macam itu makin baik tentu saja itu jenis bisa dikembang-biakkan di seluuh Indonesia. Paling tidak itu di sawah-sawah tadah hujan yang merampas bagian terluas dari persawahan rakyat di Sumatera Barat dan usa Tenggara. Tentu saja dinas pertanian paling kompeten untuk penyebarannya. Petani di tempat lain boleh menunggu sampai padi itu bisa disertifikatkan hingga masuk Indonesia secara sah. Apakah LP3 (Lembaga Pusat Penelitian Pertanian) di Bogor tak ada minat?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus