TAK selamanya negara berkembang harus ketinggalan dalam
penerapan teknologi maju. Perumtel, misalnya, saat ini sedang
menyelesaikan proyek jaringan paket data lewat satelit: Packet
Satellite Data Network alias Packsatnet. Sistem ini akan
melayani para pelanggan yang memerlukan jasa pengiriman data.
Bertolak dari penggunaan radio, sistem ini merupakan
pengembangan hasil studi Paul Baran, ahli komputer departemen
pertahanan AS, 1962. Pentagon memanfaatkannya sejak 1970-an.
Kemudian Inggris, Spanyol, Kanada, dan Prancis.
Penggunaan satelit baru dimulai awal 1980, dengan bantuan
International Telecommunication Union (ITU) dan United Nations
Development Program (UNDP) keduanya lembaga PBB. Pelaksanaannya
dilakukan di Pusat Pendidikan, Penelitian, dan Penembangan
Perumtel (Pusdiklitbangtel) Bandung. ITU menunjuk PT Inti
mempersiapkan jaringan baru ini dengan pembiayaan Rp 1,66
milyar.
Rangkaian sistem ini terdiri dari komputer milik pelanggan (Data
Terminating Equipment/DTE), unit kontrol satelit terprogram
(SPCU), dan stasiun bumi kecil (SBK). DTE dan SPCU dihubungkan
oleh kabel dengan jarak paling jauh 75 meter. SPCU juga
dihubungkan dengan kabel ke SBK, dengan jarak tak boleh lebih
dari 15 km.
Cara kerja sistem ini bisa dilukiskan secara sederhana.
Mula-mula, data dari DTE disalurkan ke SPCU, yang kemudian
meneruskannya ke SBK. Dengan menggunakan sebagian dari satu
transponder Palapa, SBK memancarkan pesan itu ke satelit. Di
DTE, sudah tentu, paket data yang akan dikirim diprogramkan ke
dalam komputer lengkap dengan alamat asal dan tujuan.
Untuk menerima paket ini dibutuhkan SBK, unit kontrol pusat
terprogram (PCCU), stasiun mcrowave, radio Denerima unit
kontrol terprogram (PCU),dan komputer. Paket data yang diterima
SBK dari Palapa diteruskan ke PCCU. Stasiun microwave kemudian
mengirimkannya ke alamat tujuan.
Dengan sistem Packsatnet, "pengiriman data jauh lebih cepat
ketimbang lewat telepon," ujar Tjaroso, Bc. TT., direktur
transmisi dan radio PT Inti. Sebuah paket bisa dikirim dengan
kecepatan 2.400 bit sampai 4.80 bit per detik - bandingkan
dengan kecepatan telepon yang cuma 300 bit per detik. Bit adalah
satuan kecepatan pengiriman informasi, 2.400 bit per detik =
2.400 informasi dalam waktu satu detik. Tanpa menyebut angka,
Tjaroso juga mengatakan, "Tarif Packsatnet jauh lebih murah
dibandingkan dengan pemakaian saluran telepon yang
penghitungannya berdasarkan pulsa."
Hingga saat ini sudah tercatat lima instansi yang akan
memanfaatkan Packsatnet, yang baru akan beroperasi Juni tahun
depan. Perumtel akan menggunakan sistem ini untuk komunikasi
data Jakarta-Bandung-Surabaya-Cirebon. Instansi lain adalah
Departemen Keuangan (Jakarta-Surabaya), Pertamina
(Jakarta-Plaju), Biro Pusat Statistik (Jakarta-Bandung), dan PT
Pusri (Jakarta-Surabaya).
Kini, persiapan memasuki tahap akhir. Stasiun bumi dan radio
sudah terpasang. Baris instruksi sebanvak 17.000 sedang
diintegrasikan ke dalam SPCU, dan diharapkan selesai Maret tahun
depan. Sistem ini bisa pula digunakan berhubungan dengan
komputer di negara lain, dengan membangun semacam pusat
pertukaran paket - misalnya lewat Intelsat. Lalu, berapa biaya
satu unit Packsatnet? "Belum dikalkulasikan," sahut Tjaroso.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini