Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Akhir rezim hijau

Partai radikal memenangkan pemilu dan menjatuhkan junta militer. raul ricardo alfonsin faulkes diangkat sebagai presiden. (ln)

19 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENDERA merah putih berkibar di seantero Argentina, awal bulan ini. Di Buenos Aires, Cordoba, dan sejumlah kota lain, rakyat berpesta pora menyambut kemenangan pemilik bendera itu - Partai Radikal (RCU) - dalam pemilihan umum 30 Oktober lalu. Inilah kekalahan pertama Partai Peronis selama 38 tahun terakhir, sekaligus akhir junta militer yang memerintah Argentina hampir delapan tahun. Dari 15,2 juta kertas suara yang terkumpul, 52% menjatuhkan pilihan kepada RCU, sementara Partai Peronis hanya kebaian 40%. Ketika penghitungan suara mendekati saat-saat terakhir, suasana di kantor Partai Peronis berubah muram. Kepala Dinas Inteligen Angkatan Darat Argentina mendadak mendapat serangan jantung. Kemenangan RCU mengorbitkan ketua partai itu, Raul Ricardo Alfonsin Foulkes, ke kursi presiden. "Saya sudah menduga, kami akan menang," ujar Alfonsin, bekas anggota Kongres, yang bermata sayu itu. "Tapi saya tidak menyangka perbedaannya sampai 12%." Di kubu Peronis, saingan Alfonsin, Italo Argentino Luder, menerima kekalahan itu dengan tabah. "Tamatlah sudah kediktatoran militer di negeri ini," katanya di depan sejumlah massa. Di sana-sini terdengar teriakan "tembak mati para jenderal." Kemudian, sebuah boneka Paman Sam dibakar beramai-ramai Partai Peronis, yang didirikan Jenderal Juan Domingo Peron pada 17 Oktober 1945, sudah lama menderita perpecahan. Menurut bekas menteri luar negeri dan tokoh Peronis, Angel Robledo, partai merosot "setelah kematian Jenderal Peron dan langkanya pemimpin yang berbobot." Peron wafat pada 1974, dalam masa jabatannya yang ketiga. Ia kemudian digantikan istrinya yang ketia dan terakhir. Isabel Martinez de Peron. Di bawah Isabel, pertentangan antara kelompok kanan dan kiri menjurus kepada teror berdarah. Angka inflasi 600%. Pada 1976, militer mengambil alih kekuasaan, dan Isabel menyingkir ke Spanyol. Rezim baru ternyata tidak lebih baik. Ekonomi makin brengsek, sekitar enam ribu orang "hilang" dalam operasi menumpas golongan kiri. Presiden Leopoldo Galtieri mencoba mengalihkan perhatian rakyat dengan menyerbu Malvinas - langkah yang kemudian ternyata konyol. Untuk menyelamatkan muka, Jenderal Reynaldo Bignone - pengganti Galtieri - menjanjikan pemerintahan sipil melalui pemilu yang lalu. Selama masa kampanye yang riuh rendah, RCU dan Partai Peronis menjanjikan program yang tidak jauh berbeda, dengan tekanan pokok pada perbaikan-ekonomi. Tapi, rupanya, 28 juta rakyat Argentina yang diwakili 18 juta pemilih itu sudah tak betah diperintah Partai Peronis. Partai ini miskin program, hanya kaya emosi, gembar-gembor, dan hura-hura. Apalagi serikat-serikat buruh - tulang punggung Peronis kemudian ternyata sarang korupsi. Alfonsin, 56, banyak berperanan bagi kemenangan RCU. Selama masa kampanye, ia berkeliling ke seluruh negeri dan berpidato paling tidak tiga kali sehari. Ahli hukum keluaran La Plata, dan juga lulusan Akademi Militer San Martin, ini pernah menyandang pangkat letnan. Buyutnya adalah perantau yang datang dari provinsi Galicia, Spanyol, 1870. "Di rumah kami," katanya, "kemerdekaan diajarkan tidak dari buku semata." Tapi Alfonsin, yang akan dilantik bulan depan, dihadang tantangan yang tidak sedikit. Argentina kini terbelit utang Rp 40 trilyun - nomor tiga di Amerika Latin, setelah Brazil (Rp 94 trilyun) dan Meksiko (Rp 91 trilyun). Inflasi 350%, industri lokal yang bekerja hanya 60% dari kapasitas, pengangguran 15%, dan buta huruf 12%. Janji untuk mengusut pembantaian yang dilakukan rezim militer pada penghujung 1970-an pun bisa merupakan bumerang bagi Alfonsin. Dalam hal ini, tampaknya, ia sangat berhati-hati. Ia membedakan peranan para perwira senior - pengambil keputusan - dengan para perwira muda yang umumnya hanya menjalankan perintah. Menurut para penamat, hampir semua perwira muda berdiri di belakan Alfonsin. Untuk menghadapi beban berat ini, Alfonsin telah mengumumkan beberapa nama yang akan masuk kabinetnya, Kamis pekan lalu. Jabatan menteri ekonomi dipercayakannya kepada Bernardo Grinspun, 58, bekas direktur Bank Sentral Argentina, dan ekonom yang tisegani. Dante Caputo, 39, sarjana sosiologi politik lulusan Sorbonne, Paris, mendapat kursi menteri luar negeri. Menteri dalam negeri akan dijabat Antonio Troccoli, 58, seorang veteran RCU. Carlos Alconada Aramburu 63, akan menjabat menteri pendidikan, dan Raul Boras, 50, menteri pertahanan. Kemudian Roque Carranza -- menteri pelayanan umum, Aldo Neri menteri kesehatan, dan Antonio Mucci - menteri tenaga kerja. Semuanya sekutu Alfonsin dalam sayap tengah-kiri RCU. Program mendesak ialah mencari tambahan utang - paling tidak Rp 14 trilyun untuk tahun depan - di samping mengusahakan penjadwalan kembali pembayaran utang lama. Dalam urusan luar negeri, Alfonsin menjanjikan pemulihan hubungan dengan Inggris dan kontak lebih ramah dengan Eropa serta Amerika Serikat - dengan tetap mencela jurus Reagan di Grenada. Karena itu, agaknya, di mata para pengamat, kemenangan RCU dinilai sebagai "kemenangan demokrasi".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus