BENDERA merah putih berkibar di seantero Argentina, awal bulan
ini. Di Buenos Aires, Cordoba, dan sejumlah kota lain, rakyat
berpesta pora menyambut kemenangan pemilik bendera itu - Partai
Radikal (RCU) - dalam pemilihan umum 30 Oktober lalu. Inilah
kekalahan pertama Partai Peronis selama 38 tahun terakhir,
sekaligus akhir junta militer yang memerintah Argentina hampir
delapan tahun.
Dari 15,2 juta kertas suara yang terkumpul, 52% menjatuhkan
pilihan kepada RCU, sementara Partai Peronis hanya kebaian 40%.
Ketika penghitungan suara mendekati saat-saat terakhir, suasana
di kantor Partai Peronis berubah muram. Kepala Dinas Inteligen
Angkatan Darat Argentina mendadak mendapat serangan jantung.
Kemenangan RCU mengorbitkan ketua partai itu, Raul Ricardo
Alfonsin Foulkes, ke kursi presiden. "Saya sudah menduga, kami
akan menang," ujar Alfonsin, bekas anggota Kongres, yang bermata
sayu itu. "Tapi saya tidak menyangka perbedaannya sampai 12%."
Di kubu Peronis, saingan Alfonsin, Italo Argentino Luder,
menerima kekalahan itu dengan tabah. "Tamatlah sudah
kediktatoran militer di negeri ini," katanya di depan sejumlah
massa. Di sana-sini terdengar teriakan "tembak mati para
jenderal." Kemudian, sebuah boneka Paman Sam dibakar
beramai-ramai Partai Peronis, yang didirikan Jenderal Juan
Domingo Peron pada 17 Oktober 1945, sudah lama menderita
perpecahan. Menurut bekas menteri luar negeri dan tokoh Peronis,
Angel Robledo, partai merosot "setelah kematian Jenderal Peron
dan langkanya pemimpin yang berbobot." Peron wafat pada 1974,
dalam masa jabatannya yang ketiga. Ia kemudian digantikan
istrinya yang ketia dan terakhir. Isabel Martinez de Peron.
Di bawah Isabel, pertentangan antara kelompok kanan dan kiri
menjurus kepada teror berdarah. Angka inflasi 600%. Pada 1976,
militer mengambil alih kekuasaan, dan Isabel menyingkir ke
Spanyol.
Rezim baru ternyata tidak lebih baik. Ekonomi makin brengsek,
sekitar enam ribu orang "hilang" dalam operasi menumpas golongan
kiri. Presiden Leopoldo Galtieri mencoba mengalihkan perhatian
rakyat dengan menyerbu Malvinas - langkah yang kemudian ternyata
konyol. Untuk menyelamatkan muka, Jenderal Reynaldo Bignone -
pengganti Galtieri - menjanjikan pemerintahan sipil melalui
pemilu yang lalu.
Selama masa kampanye yang riuh rendah, RCU dan Partai Peronis
menjanjikan program yang tidak jauh berbeda, dengan tekanan
pokok pada perbaikan-ekonomi. Tapi, rupanya, 28 juta rakyat
Argentina yang diwakili 18 juta pemilih itu sudah tak betah
diperintah Partai Peronis. Partai ini miskin program, hanya kaya
emosi, gembar-gembor, dan hura-hura. Apalagi serikat-serikat
buruh - tulang punggung Peronis kemudian ternyata sarang
korupsi.
Alfonsin, 56, banyak berperanan bagi kemenangan RCU. Selama masa
kampanye, ia berkeliling ke seluruh negeri dan berpidato paling
tidak tiga kali sehari. Ahli hukum keluaran La Plata, dan juga
lulusan Akademi Militer San Martin, ini pernah menyandang
pangkat letnan. Buyutnya adalah perantau yang datang dari
provinsi Galicia, Spanyol, 1870. "Di rumah kami," katanya,
"kemerdekaan diajarkan tidak dari buku semata."
Tapi Alfonsin, yang akan dilantik bulan depan, dihadang
tantangan yang tidak sedikit. Argentina kini terbelit utang Rp
40 trilyun - nomor tiga di Amerika Latin, setelah Brazil (Rp 94
trilyun) dan Meksiko (Rp 91 trilyun). Inflasi 350%, industri
lokal yang bekerja hanya 60% dari kapasitas, pengangguran 15%,
dan buta huruf 12%.
Janji untuk mengusut pembantaian yang dilakukan rezim militer
pada penghujung 1970-an pun bisa merupakan bumerang bagi
Alfonsin. Dalam hal ini, tampaknya, ia sangat berhati-hati. Ia
membedakan peranan para perwira senior - pengambil keputusan -
dengan para perwira muda yang umumnya hanya menjalankan
perintah. Menurut para penamat, hampir semua perwira muda
berdiri di belakan Alfonsin.
Untuk menghadapi beban berat ini, Alfonsin telah mengumumkan
beberapa nama yang akan masuk kabinetnya, Kamis pekan lalu.
Jabatan menteri ekonomi dipercayakannya kepada Bernardo
Grinspun, 58, bekas direktur Bank Sentral Argentina, dan ekonom
yang tisegani. Dante Caputo, 39, sarjana sosiologi politik
lulusan Sorbonne, Paris, mendapat kursi menteri luar negeri.
Menteri dalam negeri akan dijabat Antonio Troccoli, 58, seorang
veteran RCU. Carlos Alconada Aramburu 63, akan menjabat menteri
pendidikan, dan Raul Boras, 50, menteri pertahanan. Kemudian
Roque Carranza -- menteri pelayanan umum, Aldo Neri menteri
kesehatan, dan Antonio Mucci - menteri tenaga kerja. Semuanya
sekutu Alfonsin dalam sayap tengah-kiri RCU.
Program mendesak ialah mencari tambahan utang - paling tidak Rp
14 trilyun untuk tahun depan - di samping mengusahakan
penjadwalan kembali pembayaran utang lama. Dalam urusan luar
negeri, Alfonsin menjanjikan pemulihan hubungan dengan Inggris
dan kontak lebih ramah dengan Eropa serta Amerika Serikat -
dengan tetap mencela jurus Reagan di Grenada. Karena itu,
agaknya, di mata para pengamat, kemenangan RCU dinilai sebagai
"kemenangan demokrasi".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini