Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SANDAL ini diberi nama Santun, kependekan dari sandal tunanetra. Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, menciptakannya khusus bagi mereka yang tak bisa melihat. Alas kaki ini dapat membimbing penggunanya agar tidak tersandung.
Kelima mahasiswa itu adalah Ade Ria Hasanah, Baity Jannaty, Muhammad Zufar, Eka Cahya Putera Sukandar, dan Yohan Prakoso. Eka merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika, sedangkan Yohan dari Teknik Elektronika. Tiga lainnya dari Jurusan Matematika.
Ade dan Baity mulai memikirkan pembuatan Santun saat diterima sebagai mahasiswa baru, dua tahun lalu. Tapi ide itu baru mereka realisasi menjelang diadakannya Program Kreativitas Mahasiswa Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, awal tahun ini. Mereka lantas mengajukan proposal, yang disetujui Kementerian Riset pada Maret lalu. ”Kami mulai mengerjakannya pada April,” kata Ade pada Senin pekan lalu.
Riset Santun menghabiskan waktu dua setengah bulan. Setelah riset, Ade dan kawan-kawan membuat Santun dalam dua bulan.
Pada tahap awal, mereka membeli bahan-bahan di pasar dengan total harga Rp 1 juta. Bahan itu antara lain sepasang sandal, dua buah sensor jarak tipe HC-SR04, baterai 9 volt, microcontroller jenis Arduino Nano, empat modul Bluetooth tipe HC-05, serta kabel.
Sandal harus memiliki ketebalan 4-5 sentimeter karena pada alasnya akan dibuat lubang persegi empat untuk membenamkan komponen Santun. Lubang itu berukuran sekitar 8 x 3 sentimeter atau disesuaikan dengan ukuran rangka komponen. Rangka tersebut terbuat dari balok aluminium setebal satu milimeter, dengan ukuran 8 x 3 x 2,5 sentimeter.
Semua komponen tadi kemudian dirangkai menggunakan kabel. Semuanya berada di dalam rangka, kecuali sensor ditempel di sisi kanan dan kiri sandal. Selanjutnya rangkaian ditanam ke lubang sandal. Sebelum dibenamkan, rangka balok dilapisi plastik PVC agar fungsi sensor tak terganggu.
Prinsip kerja Santun berbasis aplikasi Android. Maka penggunanya membutuhkan telepon seluler yang sudah diinstal aplikasi Santun. Sistem ini memiliki keunggulan, antara lain memudahkan penggunanya menerima informasi dalam bentuk dua macam suara peringatan: ”awas kanan” dan ”awas kiri”.
Meski demikian, alat bantu ini masih memiliki kekurangan. Santun hanya dapat mendeteksi benda yang sejajar dengan ketebalan sandal. Alat ini masih kesulitan mendeteksi benda bergerak cepat karena microcontroller hanya sanggup mengirim data setiap tiga detik. Santun juga belum mampu menghitung jarak antara pengguna dan rintangan di depannya.
Didesain untuk permukaan datar dan tempat kering, Santun akan membaca setiap gundukan di depan sebagai penghalang. Sedangkan kalau dipakai di tempat basah, alat akan korslet.
Para penemunya mengakui Santun butuh penyempurnaan agar bisa digunakan di segala medan dan dapat mengeluarkan suara peringatan ”awas depan”. Khusus untuk yang terakhir ini, tim akan menambah satu sensor di sisi depan sandal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo