Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petugas di laboratorium harus berhati-hati memperlakukan sampel medis dari pasien yang mereka tangani. Spesimen yang tertukar di rumah sakit bisa menimbulkan masalah serius. Sebagai solusi, tim peneliti mahasiswa dari Universitas Airlangga, Surabaya, membuat alat yang bisa memilah dan memasukkan sampel menurut jalurnya.
Alat pemilah tersebut dinamai MEDSCUPE (Medical Specimens Cube Shipper). Tim dari Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta Universitas Airlangga ini terdiri atas Mokhamad Dedy Batomi, Mokhamad Deny Basri, dan Pratama Bagus Baharsyah dari Program Studi Otomasi Sistem Instrumentasi, serta Masunatul Ubudiyah dan Sucowati Dwi Jatis dari Fakultas Keperawatan.
Menurut Dedy, ide membuat mesin ini muncul dari seorang anggota tim yang pernah bekerja di laboratorium medis. "Dia penasaran dengan cara kerja alat pemindah sampel yang ada. Setelah mendengar ceritanya, kami tahu alat yang dipakai itu memiliki kelemahan," kata Dedy di Surabaya, Selasa pekan lalu.
Di sejumlah rumah sakit sudah dibangun mesin pipa pengantar spesimen ke laboratorium. Namun mesin itu belum sepenuhnya mengontrol pengiriman secara otomatis. Di laboratorium, petugas harus memilah sampel menurut jenisnya dan dikirim ke tempat uji masing-masing. "Prosesnya memakan waktu lama dan ada peluang sampel tertukar," ujar Dedy.
MEDSCUPE dibuat untuk memilah sampel, dari darah, urine, hingga feses, agar tak tertukar. Mesin ini dilengkapi sensor yang mampu mengenali obyek berdasarkan warna. Menggunakan program Delphi 7, MEDSCUPE mengenali warna berdasarkan konsep red-green-blue (RGB). Untuk purwarupa, dipakai data warna biru, kuning, merah, dan ungu.
Untuk membuat data warna, tim awalnya mengambil gambar tutup tabung spesimen. Mereka memeriksa kadar RGB dalam foto-foto tersebut kemudian dimasukkan ke program. Ketika ada obyek dengan kadar RGB pada skala tertentu, mesin akan mencocokkannya dengan warna menurut data.
Efisiensi sistem pengiriman tabung medis pada MEDSCUPE berada di pipa bagian akhir yang berhenti di laboratorium medis rumah sakit. Alat ini memiliki percabangan yang dikendalikan otomatis berdasarkan hasil pemindaian dari sensor warna. Memiliki slot pemisah khusus berdasarkan warna, tabung spesimen diklasifikasi dengan cepat dan dikirim ke tempat uji masing-masing.
Dedy mengatakan tingkat akurasi pengenalan pada sensor MEDSCUPE untuk warna merah, kuning, dan biru mencapai 99 persen. Kendala dalam deteksi sempat muncul ketika alat ini menemukan warna ungu. "Kadang terdeteksi sebagai merah atau biru. Ini yang perlu diperbaiki," ucap Dedy, yang telah lulus dari studinya.
Tim memerlukan sekitar dua bulan untuk meneliti dan membuat MEDSCUPE. Komponen penyusun alat ini, menurut Dedy, mudah didapatkan di Indonesia. Tantangan terbesar adalah merangkai sistem mekanik dan penempatan sensor sehingga alatnya terlihat rapi. "Hak cipta belum didaftarkan, menunggu pembahasan lebih lanjut karena sebagian besar anggota tim sudah lulus kuliah," kata Dedy.
Dedy mengatakan tingkat akurasi pengenalan pada sensor MEDSCUPE untuk warna merah, kuning, dan biru mencapai 99 persen. Kendala dalam deteksi sempat muncul ketika alat ini menemukan warna ungu. "Kadang terdeteksi sebagai merah atau biru. Ini yang perlu diperbaiki."
—Mokhamad Dedy Batomi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo