Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Gembala Baru di Pertamina

13 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DWI Soetjipto dan Ahmad Bambang dicopot dari jabatan Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Jumat dua pekan lalu. Alasan pencopotan keduanya oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno karena masalah kepemimpinan. "Salah satu hal yang dicermati Ibu Menteri dan jajaran komisaris adalah masalah leadership di Pertamina," kata Komisaris Pertamina Gatot Trihargo.

Sesungguhnya Ahmad Bambang baru tiga bulan menjabat, bersamaan dengan penetapan struktur baru Pertamina dengan satu jabatan baru, yaitu wakil direktur utama. Tugas sang wakil adalah mengkoordinasi direktorat pemasaran, direktorat pengolahan, dan deputi direktur energi baru-terbarukan sekaligus memutuskan impor bahan bakar minyak. Majalah Tempo edisi 25 April 1981 menulis artikel mengenai pergantian Direktur Utama Pertamina dari Mayor Jenderal Piet Haryono kepada Joedo Sumbono dengan judul "Gembala Baru di Pertamina".

Seusai pelantikan, April 1981 itu, Joedo Sumbono tak banyak berkomentar ketika dimintai konfirmasi wartawan. "Berilah saya waktu, jangan banyak bertanya dulu," katanya pada April 36 tahun silam.

Ketika didesak, Joedo menutup mulut dengan tangan kanannya, pertanda ia melakukan gerakan tutup mulut. "Rencana ini-itu pasti ada. Tapi, maaf, saya tak bisa menyebutkannya sekarang," ucapnya.

Di depan Joedo Sumbono terbentang waktu yang cukup panjang. Tapi beban yang akan dihadapinya jelas tak ringan. Menteri Pertambangan dan Energi (1978-1988) Subroto dalam sambutannya mengingatkan betapa "keadaan pada saat direksi lama mengawali masa jabatannya dengan keadaan di masa kini jelas sangat berbeda. Situasi perminyakan internasional dewasa ini dibayangi oleh surplus minyak mentah di dunia".

Toh, di tengah adanya glut (surplus minyak) yang tak akan menendang harga minyak ke atas seperti beberapa tahun lalu itu, direksi baru diminta tetap mengusahakan produksi yang meningkat. Mengingat produksi minyak Indonesia yang sekarang mulai pulih dengan 1,6 juta barel sehari itu sebagian besar adalah hasil para kontraktor asing, tak mengherankan kalau Menteri Subroto juga mewanti-wanti agar direksi baru itu "tetap memelihara iklim modal asing yang sehat". Seperti diketahui, minyak yang diproduksi dari ladang Pertamina sejak dulu sampai sekarang tak sampai 100 ribu barel sehari. 

Menteri Pertambangan Subroto ketika ditanya pers, setelah melapor kepada Presiden Soeharto pada pertengahan April 1981, mengakui tim direksi baru di Pertamina itu "lebih kompak". Subroto juga berpendapat bahwa pengangkatan Joedo Sumbono sebagai direktur utama adalah "yang paling tepat dewasa ini".

Nama Joedo memang ada disebut-sebut sebagai pengganti Piet, di samping nama beberapa calon perwira ABRI. Tapi baru pada minggu pertama bulan ini nama Joedo dipastikan sebagai direktur utama. Piet Haryono kabarnya baru mengetahui pergantian direksi secara menyeluruh itu pada 11 April 1981, sekembali dari penugasan di Seoul, Korea Selatan.

Boleh dibilang para direktur baru saat itu semuanya berasal dari orang "dalam" Pertamina. Sekalipun ada juga yang kemudian bekerja di luar Pertamina, seperti Faisal Abda'oe. Indra Kartasasmita, misalnya, yang di zaman Ibnu Sutowo menjabat Kepala Biro Pemasaran Luar Negeri, sejak awal Juli 1975 pindah ke kantor Sekretaris Kabinet. Terakhir Indra, lulusan Doshisha University Jurusan Ekonomi Lalu Lintas Laut di Kyoto, Jepang, menjabat Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri dan Sekretaris Panitia Koordinasi Kerja Sama Teknik Luar Negeri di kantor Sekretaris Kabinet.

Piet Haryono pada hari pelantikan direksi baru itu banyak tersenyum. "Kalau bisa saya ini ingin terus mengabdi di dalam negeri," kata Piet ketika ditanya apa betul ia akan diminta menjadi duta besar.

Pagi itu, sesaat sebelum pelantikan, setelah berbenah di ruang kerjanya di Jalan Perwira 6, Jakarta, Piet untuk terakhir kalinya menyalami para sekretarisnya. Menuruni tangga pelan-pelan, sesampai di tingkat bawah, ia tiba-tiba berbalik seakan-akan ingin menaiki tangga itu lagi. "Ya, saya ingin naik tangga yang lebih tinggi," ujarnya, diikuti tawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus