PULUHAN kapal perang dan puluhan ribu tentara bersenjata lengkap boleh memblokade Irak. Dan pipa minyak Irak lewat Turki sudah ditutup. Tapi bagi Belanda, itu belum cukup. Agar tak sebarel pun minyak Irak dan Kuwait masuk ke negerinya, pemerintah Belanda masih menyiapkan satuan khusus yang terdiri dari bukan hanya petugas bea cukai, melainkan juga ahli-ahli kimia. Pokoknya, pelabuhan Rotterdam dijaga ketat. Tugas melakukan skrining" minyak di Rotterdam itu ditangani oleh Kementerian Keuangan Belanda. Ahli-ahli kami mempunyai cara jitu untuk mengidentifikasi minyak Irak atau Kuwait," ujar Mariete van Vucht, juru bicara dari Kementerian Keuangan Belanda. Pengawasan itu, menurut Van Vucht, tak terlalu sulit bagi ahli-ahli Belanda. "Mereka telah terbiasa mengidentifika-si minyak," tambahnya. Secara garis besar, menurut Van Vucht, minyak dari seluruh dunia ini terdiri dari 50 kelom-pok. Kalau diperiksa lagi secara detail, dari jumlah itu bisa dikenali 350 jenis minyak mentah. "Kami tahu, minyak Kuwait dan Irak itu dari jenis yang mana," ujar Van Vucht lagi. Belanda sengaja memberlakukan "skrining" itu baru pertengahan September ini walaupun blokade ekonomi yang dijatuhkan PBB sudah berlaku sejak awal bulan lalu. Kenapa baru sekarang? Sebab, menurut perhitungan Van Vucht, minyak mentah yang tiba di Rotterdam sebelum pertengahan September ini, kalau pun datang dan Irak atau Kuwait, pengapalannya paling cepat pada 6 Agustus lalu -- saat sanksi blokade ekonomi oleh PBB dijatuhkan. Lewat dari tanggal pengapalan itu, minyak Irak dan Kuwait "diharamkan" masuk Belanda. Tugas identifikasi minyak itu memang bukan hal yang asing bagi ahli-ahli Belanda. Maklum, negeri yang memiliki Rotterdam, pelabuhan laut terbesar di dunia, itu menghadapi ancaman pencemaran minyak dari Laut Utara, yang ditongkrongi ratusan rig pengeboran minyak lepas pantai. Maka, Belanda merasa wajib punya keterampilan untuk mengenal pelbagai macam minyak. Gunanya: kalau terjadi pencemaran minyak dari utara, segera bisa dibuktikan untuk dijadikan landasan bagi klaim ganti rugi. Teknik yang dikembangkan Belanda itu, oleh Van Vucht, disebut sebagai kromatog-rafi gas. Metode ini, menurut Ir. M. Permana, staf ahli produksi dan rekayasa Caltex Indonesia, "Hasilnya bisa diandalkan karena mendekati sempurna." Dengan kromatografi gas ini, sifat khas jenis minyak -- yang ditunjukkan oleh komposisi molekulnya -- akan terpampang jelas. Perkakas yang dipakai di Belanda itu adalah sejenis Computerized Gas Chromatography (CGC). Dengan alat canggih itu, menurut Dr. Eddy Ariyono Subroto, ahli geo kimia dari ITB Bandung, b-eberapa sifat kimia minyak bisa diungkapkan. Dari sifat-sifat kimia yang muncul itu, "Asal-usul minyak itu ditelusuri, dilihat dari batuan yang membentuknya," ujar Eddy. Namun, tanpa mempelajari dahulu, secara mendalam, pelbagai tipe minyak yang ada, menurut Eddy, masih sulit memastikan jenis minyak itu. Sebab, pada kenyataannya, minyak dari gurun pasir Timur Tengah sering dijumpai mirip dengan minyak Irian Jaya. Sama-sama terbentuk dari karbonat," ujar Eddy kepada Ida Farida dari TEMPO. Dalam pemeriksaan kromatografi gas itu? setetes minyak dimasukkan ke dalam perkakas CGC dengan injektor. Tetesan minyak itu kemudian akan masuk dan menyebar rata ke dalam sebuah kolom. Di situ dia akan bercampur dengan squalene, cairan yang berfungsi "mengikat" fraksi-fraksi yang ada dalam cairan minyak mentah. Jumlah sampel minyak dibanding squalene itu paling tinggi 1: 9. Di dalam kolom itu pula, campuran minyak squalene itu didorong oleh aliran gas -- biasanya nitrogen, hidrogen, helium, atau argon -- ke satu ujung dan dipisahkan menurut fraksi-fraksinya. Sedangkan fraksi minyak itu terhimpun berdasarkan panjang rantai karbonnya. Keluar dari kolom fraksi-fraksi yang berbeda itu dideteksi kuantitasnya oleh sensor khusus, lantas hasilnya disajikan lewat layar komputer dalam bentuk diagram. Dari bentuk diagram itulah komposisi jenis dan perbandingan jumlahnya bisa diketahui. Dan itu biasanya menjadi ciri khas minyak sebuah daerah. Namun Dr. Hardjono, dari lab Analisa Kimia Fisika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menyebutkan kelemahan identifikasi dengan metode kromatografi gas itu: hanya melihat minyak dari rantai karbonnya. Padahal, minyak memiliki sifat kimia lain yang tak kalah pentingnya, yaitu kandungan logam dan gugus sulfurnya (S). Unsur-unsur itu tak tampak dari analisa kromatografi gas," ujar Hardjono. Keberadaan gugus sulfur itu ternyata menjadi satu pembeda pokok antara minyak Timur Tengah. "Minyak Timur Tengah kandungan sulfurnya jauh lebih tinggi," kata Dr. Tatang H. Soerawidjaja, Ketua Jurusan Teknik Kimia ITB. Kalau ingin lebih sempurna, identifikasi dengan kromatografi gas itu digabung dengan penyidikan secara fisika, metode yang lebih "tradisional", seperti pengukuran viskositas (kekentalan), flash point (titik nyala), dan massa jenis. Langkah pengamanan semacam itu tampaknya telah dipersiapkan pemerintah Belanda. Seperti dikatakan oleh Van Vucht, jika hasil identifikasi dengan kromatografi gas itu meragukan, sampel minyak akan diperiksa lebih lanjut secara fisika dan kimia. Belanda sendiri mengonsumsi minyak Irak-Kuwait sekitar 85 juta ton, 15-20% dari kebutuhan tahunannya. Siti Nurbaiti (Yogya), Sri Pudyastuti, dan Putut Trihusodo (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini