Krakatau

Krakatau KRAKATAU pernah menelan ratusan ribu nyawa manusia ketika meletus 27 Agustus- 1883. Dentumnya sampai terdengar di Australia. Terakhir gunung ini meletus Maret 1988, dengan ciri percikan garis api. Dalam situasi yang jinak-jinak merpati, dewasa ini Krakatau merupakan berkah alam yang menggiurkan untuk pelancong lokal maupun mancanegara. Terletak 50 km dari pantai Carita, Banten, Jawa Barat, gunung ini dapat dinikmati lewat wisata udara. Tiap hari Minggu dan iibur, ada heli bermuatan 12 kursi yang melayani lawatan udara selama 15 menit. Di jalur laut, tersedia kapal pesiar. Juga muat 12 orang, dengan lama perjalanan sekitar delapan jam p.p. termasuk mengarungi gunungnya. Pada peringatan 107 tahun musibah itu, akhir Agustus barusan, ada pula ruwat laut yang diikuti 70 perahu nelayan. Satu nyawa kerbau dilayangkan untuk sesaji. Dan untuk pertama kalinya disediakan jamuan khusus untuk masyarakat Badui di Puri Retno Cottages yang berarsitektur Bali. "Kami ke sini tertarik melihat desa dan masyarakatnya," kata Nyonya Holzkaus kepada Ida Farida dari TEMPO. Bersama suaminya, pelancong berusia lanjut dari Negeri Belanda itu datang tanpa 100% dipukau Krakatau. Mereka, katanya, sL,-ah mengenalnya sejak di sekolah. Juga dari majalah, televisi, dan hasil riset. Lantaran uzur, pasangan ini tidak turut menyeberang ke badan gunung api itu. Bencana Krakatau diperingati secara besar-besaran jak tujuh tahun silam. Perhimpunan Hotel dan Restora Indonesia (PHRI) di Pandegelang, Banten, memasukkannya dalam agenda tahunan Pastinya tiap 27 Agustus "Tujuan utama menarik kau wisatawan," kata Ketua PHRI setempat, Drs. Robert Sinaga yang juga ketua panitia. Setelah melihat sendiri, para turis mancanegara tentu ta cuma terpukau. Hendaknya mereka menceritakan kepada publik di negri masing-masing bahwa Krakatau itu letaknya di Selat Sunda, Jawa Barat. Dengan demikian, tidak ada yang keliru menyebut Krakatoa, East of Java, seperti judul film yang bahkan masuk d-an lolos sensor di sini bebe-rapa tahun silam. Ed Zoelverdi