Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Melacak kanker otak

Rscm akan mengoperasikan mri (magnetic resonance imaging) alat untuk mendiagnosa kanker otak yang tersembunyi. harga mri rp 4 milyar. investasi yayasan karyawan rscm dan swasta rs lain bisa memanfaatkan

15 September 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSIDENSI kanker otak di dunia angkanya naik tajam. Ini hasil penelitian di enam negara belum lama ini. Namun, kecenderungan itu masih sulit dipastikan di Indonesia. Banyak kasus kanker otak tak terdiagnosa karena belum ada rumah sakit yang memiliki perangkat Magnetic Resonance Imaging atau MRI. Alat ini bisa melacak tumor otak yang tersembunyi (TEMPO, 1 September 1990). Tapi diam-diam akhir tahun lalu RS Cipto Mangunkusumo Jakarta rupanya sudah merencanakan memasang MRI. Awal pekan ini diadakan seminar dan peragaan penggunaan alat tersebut, setelah selesai dipasang, dan dalam waktu dekat ini dioperasikan di RSCM. "MRI alat diagnosa mutakhir yang ada di Indonesia. Dan RSCM adalah yang pertama memilikinya," kata dr. Hidayat Hardjoprawiro, Direktur RSCM. Munculnya MRI di rumah sakit itu agak di luar dugaan. Artinya, sulit bagi Pemerintah menginvestasikannya, mengingat dana subsektor kesehatan dalam dua tahun terakhir ini persentasenya menyusut dari total anggaran pembangunan. Apalagi kini program kesehatan lebih ditekankan ke sektor pencegahan atau preventif. Makanya, bukan kebetulan kalau Pemerintah merencanakan memberi otonomi pada rumah sakit pemerintah dalam mengelola dana. Beberapa rumah sakit kini sedang dicoba menjadi lembaga swadana. Sedangkan pemasangan MRI di RSCM itu bukanlah dari DIP (Daftar Isian Proyek) pemerintah. Perangkat diagnosa yang harganya Rp 4 milyar ini adalah investasi Yayasan Karyawan RSCM yang bekerja sama dengan swasta. Manajemen pengoperasiannya yang dibentuk khusus ditangani PT Adhimedika Dharma yang dipimpin dr. Kahar Tjandra. Ahli patologi anatomi di RSCM ini setelah pensiun bergerak di bidang swasta. Ia mengambil prakarsa mendatangkan MRI. "Idenya lahir akhir 1989 ketika saya mengetahui ada lima pasien Indonesia yang dalam satu hari menjalani pemeriksaan MRI di Singapura," katanya. Ketika itu di ASEAN hanya Singapura dan Muangthai yang memiliki MRI. Tak sulit baginya mengajukan gagasan ini pada rekan-rekannya di RSCM. Dokter yang pensiun tahun 1985 ini sampai 1987 masih tercatat membantu manajemen RSCM. Setelah mendapat persetujuan Departemen Kesehatan, Tjandra menyusun rencana instalasi dan rencana investasi. Untuk pemasangan MRI, di RSCM dibangun sebuah gedung khusus seluas 200 m2. Karena MRI menggunakan medan magnet yang sangat kuat, spesifikasi gedungnya harus pula khusus. Semua ruangan diisolasi supaya bebas dari gangguan gelombang radio. Semua paku juga dibuat dari aluminium atau kuningan agar tidak disedot magnet MRI. Menurut Tjandra, nanti MRI akan banyak dimanfaatkan untuk pemeriksaan otak di lingkungan bedah saraf. "Khususnya untuk memeriksa tumor di belakang mata atau belakang hidung yang sulit dilihat," katanya. Untuk diagnosa lain, pemakaian MRI masih terlalu mahal. Biayanya Rp 800.000 sekali periksa selama 45 menit. Kalau dihitung cermat, barangkali bisa ditekan sampai Rp 700.000. MRI sebenarnya bukan barang baru. Rowland Redington, ahli fisika Amerika, menemukannya pada 1983. Penemuan ini merupakan revolusi dalam radiologi. Perangkat diagnosa sebelumnya, seperti rontgen, ultrasonografi, dan CT Scan (Computed Tomography Scanning), senantiasa menggunakan radiasi. Betapapun metode pemetaannya sudah diperhitungkan keamanannya, radiasi senantiasa mempunyai dampak, khususnya di tingkat sel jaringan. MRI sama sekali tak menggunakan radiasi. Metode pemetaan MRI adalah memanfatkan atom-atom hidrogen yang terdapat di seluruh tubuh manusia. Caranya dengan mengarahkan medan magnet elektronelektron atom hidrogen itu. Lalu dengan resonansi gelombang radio elektronelektron yang arahnya sudah diatur itu dihitung. Melalui komputer hasil hitungan dipetakan menjadi gambar di layar monitor. Sebuah gagasan luar biasa. Bentuk MRI ini seperti tabung yang di sekelilingnya terdapat medan magnet dan pemancar gelombang radio. Pasien yang akan diperiksa dimasukkan ke dalamnya. Dengan demikian, bagian dalam tubuh bisa dipetakan dari semua sudut (360 derajat). Bila dibandingkan CT Scan, perangkat mutakhir sebelum MRI, CT Scan hanya mampu mengintip dari dua arah, melalui potongan horisontal dan vertikal. Rekaman yang dihasilkan MRI adalah situasi jaringan dalam tiga dimensi. Volume trik dan setiap jaringan memiliki pola spektrum yang berbeda. Karena itu, tumor di otak segera bisa diidentifikasikan bukan hanya bentuknya, tapi letaknya secara tepat karena pola spektrumnya berbeda dari yang lain. Bila dibandingkan dengan CT Scan, rekaman didapat berdasarkan perbedaan kepadatan jaringan. Prinsipnya masih seperti rontgen. Sebuah tumor, misalnya, akan terlihat putih (terang) karena padat, sementara jaringan lain berwarna abu-abu. Pemetaan jenis ini menjadi tak akurat apabila letak tumor bersembunyi. Seperti klise foto yang ditumpuk, maka sulit membedakan nada gelap terang (density) peta jaringan. Dalam kasus-kasus tertentu CT Scan juga tidak bisa membedakan tumor dengan benjolan lain, misalnya kista. Kelemahan ini bisa berbahaya bila berlanjut ke diagnosa yang salah dan pembedahan otak yang meraba-raba. MRI kini sudah siap pakai bukan hanya menampung kasus-kasus di RSCM. Tumor otak yang tidak terdiagnosa di rumah sakit lain juga bisa memanfaatkan MRI ini. Hidayat memperkirakan frekuensi pemakaiannya akan mencapai 100 kali sebulan. Dan sekarang bukan hanya diagnosa kanker otak akan jadi akurat. Pencatatan angka insidensinya di Indonesia bahkan bukan lagi kerja mustahil. Jim Supangkat dan Yudhi Soerjoatmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus