Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Peneliti GeNose C19 Bicara Pengembangan Alat dan Merawat Akurasi

GeNose diklaim berbeda dari teknologi serupa milik negara lain. Pembacaan sensor bisa lebih akurat.

26 Februari 2021 | 16.50 WIB

Alat pengetesan Covid-19 GeNose C19 yang dipergunakan calon penumpang di Stasiun Senen, Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Alat pengetesan Covid-19 GeNose C19 yang dipergunakan calon penumpang di Stasiun Senen, Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua tim peneliti dan pengembang alat deteksi Covid-19 UGM, GeNose, Kuwat Triyana menyatakan terus bekerja mengembangkan bagian sistem kecerdasan buatan (AI) dari alat itu. Pengembangan diyakinkannya tidak berhenti meski alat sudah mendapatkan izin edar dan bebas dipasarkan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kuwat yang juga seorang profesor itu menjelaskan, GeNose yang bekerja berdasarkan embusan napas itu terus dikembangkan agar kinerjanya semakin akurat dalam mendeteksi ada tidaknya virus yang bersarang pada pasien yang dites. "Baik dari sisi artificial intelligence (kecerdasan buatan) maupun prosedur operasi standar penggunaan alatnya,” ujar Kuwat dalam forum UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS), Kamis 25 Februari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Adapun upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan akurasi GeNose C19 itu salah satunya dengan menambah kemampuan sensitivitas dan spesifisitas alat itu. Kuwat menuturkan para peneliti sedang berfokus pada aspek kontaminasi yang dapat menyebabkan sensitivitas GeNose C19 terganggu.

Misalnya, karena seseorang yang dites merokok sebelum tes. “Kami mencoba memastikan alat kami setiap saat, juga meningkatkan kecerdasan buatan GeNose C19 dengan memperbarui sampel setiap hari,” kata Kuwat.

Anggota tim penemu GeNose C19, Dian K.Nurputra, mengatakan bahwa secara teknologi dan teknik, mesin GeNose C19 telah mapan. Namun, saat ini peneliti masih menyempurnakan kecerdasan buatan yang menjadi otak dari alat skrining Covid-19 tersebut.

“Penggunaan GeNose C19 di stasiun dan bandara akan menghimpun data-data baru bagi pengembangan kecerdasan buatan yang semakin akurat,” kata Dian.

Dian menegaskan bahwa GeNose berbeda dari teknologi serupa dari negara lain. Ia menjelaskan, GeNose C19 mendayagunakan sistem semburan pada kantong napas yang tidak tersambung langsung dengan mesin.

“Saat kantong napas disambungkan ke mesin, proses isapan dengan aliran udara yang stabil ke dalam mesin akan membuat pembacaan sensor lebih akurat,” kata Dian menerangkan.

Pada GeNose C19, embusan napas tidak langsung ditiupkan pada sensor. Tiupan langsung dipandang akan mengakibatkan ketidakakuratan sensor dalam membaca, karena aliran udara yang tidak stabil dan bervariasi dari masing-masing pengguna.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus