Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIM mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung membuat Excavator Visualization Assistant System untuk membantu tugas pengemudi ekskavator. Tim yang beranggotakan Dominique Jeffrey Alamaro Maximilianus, Tegar Satria Nurhuda, dan Reza Guleta Matra Hutama itu merancang sistem pengaman pengoperasian alat berat tersebut sejak tahun lalu. “Latar belakangnya adalah kekurangan visibilitas operator ekskavator di lapangan,” kata Dominique pada Rabu, 7 Agustus lalu.
Gangguan ruang pandang tersebut bisa berujung pada kecelakaan saat alat berat beroperasi, antara lain ekskavator menjangkau kabel listrik, menyabet benda sekitarnya, menggaruk pipa atau jaringan kabel bawah tanah, atau kendaraan terperosok. Berdasarkan jurnal yang dipelajari saat membuat sistem ini, menurut Reza, sebanyak 9 dari 10 kasus kecelakaan ekskavator terjadi karena masalah ruang pandang yang dialami pengemudi.
Excavator Visualization Assistant System (EVA System) turut dipamerkan bersama karya puluhan mahasiswa lain di Aula Timur ITB pada 5-7 Agustus lalu. Penggunaan sistem ini dapat membantu menekan potensi terjadinya kecelakaan kerja ekskavator di lapangan. “Perangkat ini bisa ditambahkan di ekskavator yang sudah jadi atau dipasang sejak pabrikasi,” ujar Reza.
Aplikasi EVA System dipasang di kabin kemudi untuk langsung digunakan operator ekskavator. Sistem ini bekerja dengan konsep membuat zona aman di sekeliling ekskavator, yang seperti memiliki batas vertikal dan horizontal.
Sebelum mengoperasikan ekskavator, pengemudi memasukkan jarak aman sisi kiri-kanan, depan-belakang, dan atas-bawah. Jika ada tembok, bangunan, kabel listrik, jaringan pipa, atau kabel bawah tanah, jarak alat berat ke obyek-obyek tersebut dihitung atau diperkirakan dulu, lalu angkanya dimasukkan ke aplikasi. “Penggunaannya enggak ribet, cuma isi jarak aman itu dulu,” kata Tegar.
Pengaman dari Ruang Kendali/TEMPO
Setelah itu, operator bisa bekerja seperti biasa. Seandainya lengan ekskavator melanggar batas jarak aman, sistem akan memberikan peringatan. Di layar monitor akan terlihat gambar bingkai merah berpendar berulang-ulang. Untuk sementara, peringatan bahaya yang dipasang baru mode visual. “Nanti bisa dipasang alarm suara,” ujar Tegar.
Sistem peringatan itu bekerja dengan bantuan empat sensor yang dipasang di badan, lengan, dan pengeruk ekskavator. “Untuk mengukur sudut ruas-ruas ekskavator,” kata Dominique. Data pergerakan kendaraan yang ditangkap empat sensor dikirim ke perangkat pengendali utama sistem.
Terminal yang mengatur lalu lintas data sensor melakukan penghitungan. Jika kalkulasi menunjukkan pelanggaran batas aman, peringatan langsung muncul di layar monitor yang tersambung dengan kabel. “Sistem ini tidak menggunakan server,” ujar Tegar.
Pengembangan EVA System ini menghabiskan dana sekitar Rp 10 juta, yang berasal dari kampus dan uang pribadi anggota tim. Tim itu berencana mengembangkan sistemnya untuk bisa mengambil alih kendali saat terjadi indikasi pelanggaran zona aman.
Harga jual sekaligus biaya pemasangan sistem pengaman ini Rp 50-100 juta. Mereka menargetkan sistem ini bisa dipasang di ekskavator dalam negeri lebih dulu. “Supaya tidak kalah fiturnya dengan produk impor,” kata Reza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo