Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BUTUH waktu lama untuk menentukan tingkat keparahan penyakit tuberkulosis pada pasien. Penyebabnya, penghitungan jumlah bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam sampel di bawah mikroskop dilakukan secara manual. Kondisi ini mendorong tim dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) mengembangkan TB-Analyzer.
"Ini perangkat yang gegas dan otomatis untuk menghitung jumlah bakteri tuberkulosis yang tampak pada citra preparat dahak pasien," kata Kepala Laboratorium Pengolahan Sinyal Digital Departemen Teknik Komputer ITS, I Ketut Eddy Purnama.
TB-Analyzer merupakan sistem terpadu antara perangkat keras dan aplikasi cerdas analisis citra mikroskopis. Bakteri tuberkulosis diidentifikasi berdasarkan fitur warna dan bentuknya yang berupa batang. Kemudian, perangkat ini menghitung populasi bakteri tuberkulosis pada citra mikroskopis.
Penghitungan manual juga menguras waktu. Pemeriksaan satu bagian citra bakteri di preparat milik seorang pasien saja membutuhkan 15 menit. Padahal ada 100 citra lain dari sampel itu yang harus diperiksa secara berkelanjutan. "Ada potensi human error sehingga kami terinspirasi mengembangkan perangkat otomatis," ujar Eddy.
Tantangan pembuatan TB-Analyzer adalah menyempurnakan gerakan mesin pembaca. Dalam satu siklus pemindaian citra bakteri, mesin dirancang bergerak secara halus agar pembacaan akurat. Kesulitan lain adalah komponen ball screw dan helical gear di bagian mesin penggerak yang masih harus diimpor. "Ukurannya sangat kecil, kurang dari 0,5 sentimeter."
Eddy menyebutkan TB-Analyzer sebagai yang pertama di dunia. Mesin ini juga dapat menghitung dalam berbagai pembesaran setelah 100 citra bakteri dijadikan satu rangkaian gambar. "Memudahkan petugas karena mengurangi kesalahan sekaligus membuat kerja lebih efisien," tuturnya.
TB-Analyzer telah mencapai Tingkat Kesiapan Teknologi 6. Artinya, dari sisi komponen mekanik, elektronik, dan pengolah citra sudah mumpuni. Perangkat ini juga sudah dilengkapi tiga paten untuk sistem penghitung, penghasil citra panorama pada preparat, dan mesin penggerak horizontal.
10,4 juta kasus baru tuberkulosis global, 1 juta di antaranya anak-anak.
1,7 juta penderita tuberkulosis meninggal, 250 ribu di antaranya anak-anak.
64% penderita tuberkulosis dunia ada di tujuh negara: India, Indonesia, Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
53 juta penderita tuberkulosis selamat berkat diagnosis dan penanganan yang tepat selama 2000-2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo