Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Penguji Keris <font color=#996600>Modern</font>

1 Februari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUALITAS keris biasanya diukur dengan menyentil senjata ini. Jika dengung akibat sentilan panjang, keris dianggap bagus. Mutu keris bisa juga ditentukan dengan sinar-X. Namun, menurut Sunarno, guru besar teknik fisika Universitas Gadjah Mada, dua cara itu berbahaya. Radiasi sinar-X dapat merusak komponen logam, sedangkan sentilan sering merusak keris tua yang rapuh.

Sejak akhir Desember lalu, Sunarno bersama tiga mahasiswanya, yaitu Ahmad Bharata Arya, Dwi Joko Suroso, dan Nio Hani Pratama, membuat alat penguji kualitas keris yang aman. Mereka memilih pendekatan frekuensi resonansi. Keris Analyser, begitu Sunarno menyebut karyanya, merespons frekuensi getaran normal berkekuatan 20 hertz hingga 60 kilohertz atau frekuensi ultrasonik. ”Makin tinggi sinyalnya, kualitas keris semakin bagus,” kata Sunarno, Rabu pekan lalu.

Keris Analyser terdiri atas kotak kayu atau fiber, dua mikrofon, speaker, amplifier, pengumpul resonansi, pengolah sinyal dari sumber sensorik, dan komputer. Hasil tes akan terlihat di layar komputer. Dengan alat ini, bisa diketahui apakah keris dibuat dari logam daur ulang. Bisa juga diketahui jenis logam bahan keris: titanium, besi, tembaga, emas, atau kuningan. Dengan begitu, periode pembuatan keris bisa diperkirakan.

Keris Analyser pun mampu menilai tingkat kekeroposan badan keris. Bisa juga mendeteksi kualitas tempaan, yang membentuk pamor—grafik atau motif di permukaan bilah keris. ”Ini sangat penting bagi kurator atau kolektor karena sekarang banyak keris imitasi,” katanya.

Sayang, alat yang menghabiskan biaya penelitian sekitar Rp 10 juta ini belum mampu memprediksi secara tepat tahun pembuatan keris. Sunarno yakin mampu menyempurnakannya. Untuk mengatasi soal itu, ia memasang Programme System on Chip (PSoC). Fungsinya sebagai prosesor mini layaknya komputer. Alat ini kelak akan memproses hasil uji getaran sinyal dari mikrofon.

Cara Kerja

  1. Keris dijepit dengan karet di tengah kotak dalam posisi terbalik tanpa menyentuh dasar.

  2. Satu mikrofon diletakkan dekat speaker, satu lainnya di seberang keris.

  3. Saat suara ”kemresek”—alias white noise—dikirim melalui speaker, timbul resonansi yang masuk mikrofon pertama. Getaran kuatnya ”menyentil” keris dan melewati mikrofon kedua dalam kondisi lemah. Selisih dua frekuensi itulah yang menjadi getaran keris.

  4. Sinyal getaran mikrofon pertama ditangkap pre-amplifier, lalu dibalik oleh inverter sebelum ditangkap pengumpul.

  5. Sinyal mikrofon kedua, dari pre-amplifier langsung menuju pengumpul.

  6. Dari pengumpul dikeluarkan menjadi finger print vibration yang kemudian diolah dengan FFT.

  7. Hasilnya, dalam bentuk grafik, ditampilkan melalui layar komputer. Garis vertikal menunjukkan gain atau keras-tidaknya sinyal, dan garis mendatar menunjukkan frekuensi. Logam yang bagus ditandai dengan garis gain yang makin tinggi dan frekuensi makin ke kanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus