Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Perdebatan Evolusi Dinosaurus Menjadi Burung Bermula Penelitian Archaeopteryx

Penemuan fosil Archaeopteryx menimbulkan perdebatan para penelti untuk menentukan sisa tulang belulang itu dinosaurus atau burung.

3 Januari 2022 | 13.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1860-an, fosil Archaeopteryx ditemukan di Solnhofen Limestone, satuan batugamping Periode Jura (Jurassic Period) di Jerman, seperti dikutip dari situs web Museum of Paleontology, University of California. Penemuan fosil itu menimbulkan perdebatan para penelti untuk menentukan sisa tulang belulang itu dinosaurus atau burung. Meskipun sampai sekarang pendapat masih berlainan, tapi kebayanyakan ilmuwan meyakini, Archaeopteryx adalah spesies burung pertama di Bumi yang pernah hidup 150 juta tahun yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika merunut asal-usulnya, Archaeopteryx bukan spesies keturunan dari burung modern. Belakangan, para ilmuwan mengetahui, Archaeopteryx merujuk kemiripan dengan Maniraptora (dinosaurus non-unggas). Archaeopteryx memiliki gigi, tulang dada agak datar, ekor panjang yang ramping, tulang rusuk, dan tiga cakar di bagian sayap untuk memangsa. Itulah sebabnya,  ilmuwan berpendapat Archaeopteryx tidak seperti umumnya burung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi, ciri burung modern di tubuh Archaeopteryx pun ada, yaitu, memiliki bulu, sayap, furcula (tulang serupa garpu), dan jari-jarinya yang kecil. Para peneliti pun masih berlainan pendapat, terkait kegunaan bulu Archaeopteryx untuk mengatur suhu tubuh atau terbang.

Dua model evolusi dalam hal kemampuan terbang Archaeopteryx telah diusulkan para peneliti. Pengutaraan pertama merujuk pendahulu burung yang berevolusi dari yang hidup di pohon, kemudian turun ke tanah, mirip seperti tupai terbang. Adapun pendapat lainnya, evolusi yang bermula dari pendahulu burung yang hidup di tanah, tapi mampu bergerak lompatan panjang.

Mengutip National Geographic, analisis terhadap tulang kaki depan Archaeopteryx itu strukturnya sangat mirip burung puyuh dan pegar saat ini, spesies yang bisa terbang dalam waktu singkat. Penemuan yang diterbitkan di Nature Communications memperkuat pendapat bahwa Archaeopteryx memang bisa mengudara.

Fosil Archaeopteryx ditemukan dua tahun sebelum Charles Darwin menerbitkan teorinya tentang evolusi melalui seleksi alam. Darwin telah menduga bentuk evolusi menengah yang menunjukkan wujud peralihan klasik antara dinosaurus dan burung. Adapun fosil Archaeopteryx itu dinobatkan sebagai Urvogel alias burung pertama di dunia. Setelah teori evolusi tercetus, Archaeopteryx telah menjadi subjek penelitian yang intens, termasuk perdebatan ilmuwan mengenai kemampuan terbangnya. 

WILDA HASANAH

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus