Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pisang Jingga untuk Afrika

30 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bukan pisang sembarang pisang. Yang ini berbentuk seperti pisang pada umumnya-baik ukuran maupun kulitnya yang kuning saat masak-tapi buahnya sedikit berwarna jingga. Namanya pisang super, yang dikembangkan demi tujuan mulia: revolusi kesehatan anak-anak di negara-negara miskin.

Pisang super melewati rekayasa genetika sehingga mempunyai kandungan nutrisi yang tidak ada pada jenis pisang biasa, terutama provitamin A. Proses mewujudkan pisang ini dimulai sejak 2005. Kini hasilnya sudah tampak. Dalam waktu dekat, pisang super ini akan diuji coba untuk dikonsumsi. Selanjutnya pisang ini akan dibudidayakan di Afrika pada 2020.

Pionir dalam proyek pengembangan pisang super ini adalah para ahli dari Queensland University of Technology (QUT), Australia. Penelitian ini mendapat dukungan dari Yayasan Bill & Melinda Gates. Tak tanggung-tanggung, yayasan milik salah satu orang terkaya di dunia itu menggelontorkan dana US$ 10 juta atau sekitar Rp 120,4 miliar.

Bill Gates mengatakan dalam blognya, varietas pisang super sudah dikembangkan dan terbukti baik. Saat ini masih perlu riset untuk menunjukkan manfaatnya bagi kesehatan. Pihak peneliti juga perlu mempersiapkan jenis pisang ini agar bisa disetujui oleh badan-badan dunia yang bertanggung jawab mengatur jenis baru varietas tanaman atau buah. Maka nantinya para petani bisa menanamnya tanpa ragu. "Memang butuh waktu lama sampai siap dikonsumsi massal," tulis Gates.

Pemimpin proyek, Profesor James Dale dari QUT, mengatakan pisang super itu telah dikirim ke Amerika Serikat tiga pekan lalu. Diharapkan selama enam minggu percobaan akan terukur seberapa tinggi kadar vitamin A pada pisang tersebut dan diuji coba untuk dikonsumsi manusia. Kadar provitamin A diharapkan mencapai tingkat minimum 20 mikrogram per gram berat kering pisang. "Semoga hasilnya bisa diketahui pada akhir tahun."

Mengapa Afrika yang dijadikan tujuan? Menurut Dale, buah pisang bagi warga negara-negara Afrika, seperti Uganda dan Kenya, adalah makanan pokok. Mereka memasak pisang dengan cara dipotong-potong, kemudian dikukus. Padahal cara memasak itu membuat kandungan nutrisi pisang-pisang biasa merosot.

Akibat kekurangan nutrisi, Dale mengatakan, 650-700 ribu anak di seluruh dunia meninggal setiap tahun dan 300 ribu anak buta. Terbukti bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan sistem kekebalan tubuh terganggu dan berdampak pada perkembangan otak. "Konsekuensi dari kekurangan vitamin A sangat mengerikan," kata Dale.

Selama tiga tahun ke depan, pohon pisang super akan ditanam di beberapa lokasi uji coba di Uganda. Setelah pisang rekayasa genetika disetujui untuk dibudidayakan secara komersial di Uganda, teknologi akan diperluas ke negara lain, termasuk Rwanda, Kenya, dan Tanzania. "Proyek ini memiliki dampak positif besar pada produk makanan pokok di sebagian besar Afrika serta akan mengangkat kualitas kesehatan dan kesejahteraan jutaan orang dari generasi ke generasi."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus