Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Pusat Vulkanologi: Aktivitas Magma Gunung Merapi Masih Kalem

Kasbani mengakui alat kegunungapian yang ada tidak mampu memprediksi letusan freatik seperti yang terjadi pada Jumat pagi di Gunung Merapi.

12 Mei 2018 | 08.48 WIB

Sejumlah petani melihat kepulan asap letusan freatik Gunung Merapi di Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, 11 Mei 2018. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Perbesar
Sejumlah petani melihat kepulan asap letusan freatik Gunung Merapi di Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, 11 Mei 2018. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan bahwa aktivitas magma di Gunung Merapi hingga saat ini masih landai meski telah terjadi letusan freatik pada Jumat pagi, 11 Mei 2018.

Baca: PVMBG: Gunung Merapi Sudah Tenang, Suhu Turun Drastis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"(Pergerakan) magma belum ada, masih tetap segitu (normal) saja," kata Kepala Pusat PVMBG Kasbani saat mengunjungi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Jumat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Kasbani, hingga saat ini, ada dua kantong magma di Gunung Merapi. Magma yang ada di dua kantong itu sama-sama masih memiliki kondisi permukaan yang wajar dan tidak ada indikasi pergerakan ke atas.

"Tekanan belum sampai ke atas, artinya tekanan belum kencang. Semua menunjukkan bahwa gunung api ini masih relatif kalem," katanya.

Sementara itu, Kasbani mengakui, berbagai alat kegunungapian yang ada tidak mampu memprediksi letusan freatik seperti yang terjadi pada Jumat pagi di Gunung Merapi. Sebab, letusan itu terjadi sangat cepat dan sama sekali tidak didahului dengan berbagai gejala vulkanik.

"Di negara mana pun kalau letusan freatik seperti tadi pagi susah dideteksi," tuturnya.

Meski tidak dapat diprediksi kapan letusan freatik seperti yang terjadi pada Jumat pagi kembali muncul, menurut Kasbani, Gunung Merapi memerlukan waktu untuk memunculkan akumulasi gas dengan uap air yang mampu menghasilkan tekanan kuat.

"Tadi pagi ada indikasi peningkatan temperatur signifikan karena kaitannya dengan gas-gas yang terkumpul di situ. Tentu (untuk memunculkan letusan freatik) menunggu lagi sampai tekanan terbentuk," katanya.

Kasbani mengakui semua peralatan sistem pemantauan kegunungapian di BPPTKG Yogyakarta adalah yang terlengkap dibandingkan di pos-pos kegunungapian di seluruh Indonesia. Selain itu, kondisi semua peralatan juga dipastikan dalam kondisi yang sehat.

"Kami meyakini seluruh aktivitas pemantauan di BPPTKG Yogyakarta berjalan baik, bahkan selama ini yang terbaik di Indonesia," katanya.

Simak artikel lainnya tentang Gunung Merapi di Tempo.co.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus