Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Rahasia Mayat Berjalan

Dr. Lamarque Douyan dan E. Wade Davis meneliti tentang keberadaan zombie di tahiti. Hasilnya, zombie betul ada. Untuk mematikan digunakan ramuan tetrodotoxin dan untuk menghidupkan lagi diberi datura.

28 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM agak kelam. Kabut tebal menggantung rendah. Michael Jackson tengah berjalan-jalan dengan seorang cewek di suatu daerah kumuh ketika mendadak zombie-zombie itu muncul. Wajah mereka mengerikan. Benar-benar mirip mayat hidup. Seorang di antara makhluk itu tiba-tiba menyeret si cewek dari gandengan Michael. Sang penyanyi itu pun harus berjuang untuk membebaskan ceweknya -- sembari menyanyi dan menari. Lho? Benar. Itu memang adegan dari film video Thriller yang beberapa tahun silam sangat laris. Zombie alias mayat hidup memang laris untuk bumbu film horror, buat membuat bulu kuduk penonton berdiri. Dalam banyak film silat Cina pun -- di Cina memang ada kepercayaan akan adanya zombie -- zombie sering muncul. Namun, benarkah zombie memang ada? Penelitian tentang itu memang sering dilakukan. Pendorong utamanya adalah peristiwa yang terjadi tujuh tahun silam, di Haiti. Hari itu seorang lelaki asing tiba di pasar L'Estere, di lembah subur Artibonit, Haiti. Ayunan langkah lelaki itu tampak berat, dan pandangannya kosong. Para pengunjung pasar -- yang umumnya petani -- memandang dengan rasa jerih ketika sosok itu menghampiri seorang penduduk setempat bernama Angelina Narcisse. Begitu lelaki asing itu memperkenalkan dirinya, Angelina berteriak dengan rasa ngeri bercampur takjub. Pria itu menyebutkan nama kecil almarhum abangnya, Clairvius Narcisse, yang telah meninggal dan dikuburkan delapan belas tahun silam. Ternyata, lelaki asing di hadapannya itu memang benar-benar abangnya. Kejadian kebangkitan dari kubur ini menggemparkan. Lebih-lebih setelah itu empat peristiwa serupa juga terjadi. Perhatian orang pada masalah zombiisme pun bangkit. Zombie, menurut kepercayaan masyarakat Tahiti, adalah seseorang yang telah "mati" yang dihidupkan kembali oleh dukun jahat (bocor) untuk dijadikan budaknya. Kebanyakan penduduk Tahiti yang berpendidikan menganggap zombie sebagai takhayul. Namun, Dr. Lamarque Douyon, seorang psikiater lulusan Kanada, merupakan kekecualian. Dokter di Pusat Kesehatan Jiwa Port Au Prince ini telah melakukan penelitian tentang zombiisme selama 25 tahun. Kemudian ia berhasil menarik perhatian E. Wade Davis, seorang ahli botani dari Universitas Harvard, AS, untuk turut menyelidiki masalah ini. Douyon menyelusup ke pedalaman Haiti untuk mencari zombie dan bocor yang ditakuti itu. Ia menemukan 15 orang yang oleh penduduk setempat disebut zombie, tapi ternyata cuma penderita ayan, terbelakang, gila, atau pecandu alkohol. Kendati demikian, Douyon tak putus asa. Lalu muncul Clairvius Narcisse, yang memberikan bukti keberadaan zombie yang paling sahih. Narcisse tercatat di rumah sakit Albert Schweitzer -- rumah sakit modern yang dijalankan warga Amerika Serikat -- telah meninggal akibat darah tinggi dan peradangan paru-paru pada 1962. Tapi lebih dari 200 orang yakin dan mengenalinya setelah ia bangkit dari "kubur". Apa yang terjadi? Douyon menduga Narcisse telah diracun sedemikian rupa hingga tanda-tanda kehidupannya, seperti denyut jantung, tak terdeteksi lagi. Ia berhasil mendapatkan sejumlah contoh ramuan dari para bocor yang ternyata membuat seseorang menjadi serupa mati (coma). Agaknya racun ini biasa digunakan untuk menghukum anggota masyarakat Tahiti yang dianggap telah melanggar adat setempat. Narcisse, misalnya, diduga "dibunuh" oleh saudara lelakinya karena tak setuju dengan rencana keluarga untuk menjual tanah warisan mereka. Douyon lantas mengirim contoh dari ramuan zombie ini ke AS untuk dianalisa. Kebetulan sampel itu jatuh ke Dr. Richard Evans Schultes, kepala museum botani Harvard yang juga pembimbing Davis. Kedua pakar yang bertahun-tahun mempelajari obat alamiah ini segera tertarik pada ramuan zombie. Tapi sampel yang didapat dianggap belum cukup. Maka, Davis, yang mendalami racun alamiah suku primitif Amerika Selatan selama 9 tahun, segera berangkat ke Haiti untuk mendapatkan ramuan yang lebih banyak. Davis berhasil menemukan senyawa yang selalu terkandung pada ramuan yang dibuat bocor di empat daerah yang berbeda. Antara lain bubuk tulang manusia. "Tapi ini tak berkhasiat, agaknya sekadar untuk bumbu penyeram," tulis Davis dalam bukunya The Serpent and the Rainbow. Bahan yang dianggapnya inti ramuan adalah yang terbuat dari katak racun Bufo marinus dan ikan puffer yang beracun. Yang terakhir ini di Jepang dikenal sebagai ikan fugu dan merupakan santapan sangat populer, kendati bila salah mengolahnya dapat menyebabkan keracunan. Dan bila ini terjadi, biasanya 89% korban akan mengalami kematian. Adalah kasus-kasus kematian akibat ikan fugu di Jepang ini yang membuat Davis segera dapat menemukan intl ramuan, tetrodotoxin. Pasalnya, para penderita di Jepang ini umumnya menunjukkan tanda-tanda seperti para penderita zombie. Yakni "kematian" diawali oleh sesak napas, kelumpuhan, pandangan mata yang kosong dan berkaca-kaca, serta perasaan "mabuk kepayang". Justru efek yang terakhir ini yang menyebabkan ikan ini digemari di Jepang. Selain itu, di Jepang juga tercatat beberapa kasus penderita keracunan ikan fugu yang semula dianggap sudah mati ternyata hidup lagi. Walhasil, Davis menyimpulkan ramuan yang dipakai untuk menzombiekan seseorang ya tetrodotoxin tadi. Kebetulan pula racun ini juga didapat pada katak Bufo marinus yang, menurut Davis, "Memang seperti pabrik racun kimia saja tubuhnya." Jadi, ramuan ini yang digunakan para bocor untuk meracun calon zombienya. Caranya konon cukup dengan mengoleskannya pada tubuh korban. Banyaknya bahan yang dioleskan tak boleh berlebihan karena dapat mengakibatkan mati betulan. Demikian juga "jenazah" yang telah dikubur keluarganya harus segera dikeluarkan dari liang lahad sebelum 8 jam, jika tidak ia bisa benar-benar mati lemas karena kekurangan udara. Lantas jenazah ini dihidupkan kembali oleh bocor dengan menggunakan ketimun zombie alias datura. Maka, menurut Davis, zombiisme memang betul-betul ada. "Ia adalah sebuah fenomena sosial yang dapat diterangkan secara logis," tulisnya. Datura adalah sejenis tumbuhan khas Haiti yang mengandung senyawa narkotik. Setelah "dihidupkan" kembali, zombie itu dijadikan budak oleh sang bocor. Menurut Narcisse, pada saat disangka mati itu ia sebenarnya sadar. "Hanya saya tak bisa menggerakkan tubuh dan merasa seperti melayang-layang," tuturnya. Semasa menjadi zombie, Narcisse dipekerjakan oleh bocor-nya di perkebunan tebu. Menurut lelaki ini, sebenarnya zombie bukanlah pekerja yang baik. "Soalnya, sangat sulit untuk menggerakkan anggota badan dan selokan kecil terlihat seperti laut lebarnya. Rasanya, mata ini seperti dibalik," kata Narcisse. Keuntungannya: zombie ini patuh terhadap segala perintah bocor. Sifat penurut ini dipertahankan dengan terus-menerus memberi ramuan yang berupa campuran ubi dan datura. Narcisse masih ingat bagaimana ia disuapi ramuan ini setlap hari. Untunglah, sang bocor meninggal dua tahun kemudian hingga ia dapat kabur. Namun, akibat narkotik alam ini kuat sekali, ia sempat terlunta-lunta 16 tahun sebelum dapat mengingat kembali asal-muasalnya. Tentu saja masih ada rahasia zombiisme yang belum dapat diungkapkan. Misalnya saja tentang bagaimana sebenarnya interaksi biokimia dari ramuan zombie itu. Davis serta Schultes memang berminat untuk menggalinya lebih lanjut. "Penelitian tentang zombiisme membuktikan bahwa cerita yang terasa sangat sensasional pun ternyata layak diselidiki." kata Davis. Berbeda dengan di Haiti, dongeng-dongeng Cina mengenal zombie sebagai mayat orang-orang yang benar-benar sudah mati, tapi dihidupkan untuk sementara dengan jampi-jampi oleh dukun. Seorang yang sudah meninggal jauh dari kampung halamannya, umpamanya, bisa dimantrai sehingga bisa diperintah untuk berjalan di waktu malam -- diantar oleh sang dukun -- sampai ia bisa dikubur di kampung tercinta. Bambang Harymurti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus