RIUH tepuk-tangan dan pekik-sorak mereka. Rangkaian gambar
berwarna muncul di layar tv raksasa itu. Menakjubkan. Para
ahli Jet Propulsion Laboratory di California, pusat pengendalian
misi penerbangan pesawat ruang angkasa Voyager, memang pernah
menyaksikan ribuan gambar dari kawasan planet Saturnus. Tapi
baru kali ini kelihaun tajam dan jelas komposisi dan struktur
gelang planet ke dalam tata surya, ketika pesawat Voyager-2
pekan lalu melintasi kawasan Saturnus, mendekatinya dalam jarak
100.000 km.
Tiba-tiba pemandangan di layar tv itu berubah --tak lagi
menampilkan keindahan kawasan planet bergelang itu. Tampak
gambar hitam pekat, ditaburi titik cahaya besar dan kecil. Rasa
cemas mencekam hati mereka yang hadir. Sebagian ahli teknik
bergegas menekan tombol dan memutar kenop di peralatan kontrol
mereka. Namun sia-sia. Kamera Voyager-2 tak lagi bisa diarahkan
pada sasaran yang direncanakan. "Hingga kami hanya menerima foto
dari angkasa luar yang kosong," ujar Frank Bristow, seorang ahli
teknik di JPL itu.
Pusat pengendalian itu terletak di dmpang San Marino Avenue
dengan California Boulevard, hanya beberapa kilometer di luar
batas timur Kota Los Angeles, di kompleks California Institz te
of Technology. Daerah itu dikenal sebagai Pasadena --"rnahkota
lembah" dalam bahasa suku Indian Chippawe -di kaki pegunungan
San Gabriel. JPL itu diusahakan oleh Caltech untuh NASA (Badan
Nasional Aeronautika dan Ruang Angkasa AS). Selama dua pekan
terakhir ratusan ahli megurungkan rasa kantuk mereka di sana
untuk mengkaji dari memproses arus data dan gambar dari kawasan
Saturnus, lebih 1,5 milyaf kilometer dari bumi.
Selasa, 25 Agustus, Voyager-2 mencapai titik yang terdekat
dengan planet raksasa itu setelah menempuh perjalanan hampir 2,4
milyar kilometer selama 4 tahun. Jarak terdekat itu 100.000 km
atau 25.000 km lebih dekat dari jarak yang dicapai Voyager-1
November lalu. Saudara kembarnya itu meluncur menuju perbatasan
terluar tatasurya.
Adalah Voyager-1, yang memungkinkan manusia pertama kali
menyaksikan dengan jelas kenyataan di kawasan planet Saturnus.
Dua tahun sebelumnya pesawat Pioneer-11 juga mengirimkan gambar
dan data, namun instrumen dan kameranya yang kurang sempurna
tetap membuat para ahli masih bertanya. Pertanyaan serupa lahir
sejak bangsa Babilonia pertama kali mencatat kehadiran planet
Saturnus itu.
Semula Voyager-1 mengirimkan gambar permukaan Saturnus yang
dihalau angin berkecepatan 1.800 km per jam.
Juga ia menyingkap rahasia berbagai bulan planet itu, termasuk
Titan, bulan terbesar dalam tatasurya dan satu-satunya yang
diliputi lapisan atmosfir yang di luar dugaan mengandung banyak
nitrogen. Bulannya yang semula diketahui hanya berjumlah 11,
kini menjadi 17. Antara lain dibuktikan bahwa bulan ke-10,
Janus, terdiri dari dua bulan-yang sudah diduga semula--yang
saling berkejaran dalam satu orbit.
Yang terutama menakjubkan ialah gelang yang mengitari planet
Saturnus itu. Ternyata gelang itu terdiri dari ribuan gelang
kecil--terbentuk dari unsur sekecil debu sampai yang sebesar
gedung bertingkat. Semuanya bergerak dalam orbit tersendiri
mengitari Saturnus, terkadang menyalahi semua hukum alam dan
fisika yang dikenal. Ada gelang yang terjalin seperti rambut
gadis yang dikepang. Ada pula yang mencakup pola menyerupai
jarijari roda, bahkan ada yang bergerak dalam suatu alur
eksentris, mirip alur pada piringan hitam. Semua keanehan itu
justru menambah pertanyaan sekitar Saturnus.
Kini Voyager-2 menjawabnya, setidaknya sebagian. Berdasarkan
informasi dari Voyager-1, Voyager-2 diarahkan lebih dekat dan
terperinci untuk mengamati sasaran tertentu.
Sejak Jumat, 21 Agustus--satu hari setelah ulang tahun ke
peluncurannya -- Voyager-2 mulai mengirim gambar pertama dalam
rangkaian 18.500 foto yang direncanakan. Setiap isyarat radio,
yang membawa informasi data atau gambar, membutuhkan waktu 1 jam
24 menit dan 47 detik untuk menjangkau jarak antara Saturnus dan
bumi dengan kecepatan cahaya 299.792,5 km per detik.
Ketika mencapai titik terdekat dengan Saturnus, Voyager-2
menukik di belakang planet raksasa itu sambil menembus bidang
gelang yang mengitarinya. Karena posisi itu selama hampir 2jam
hubungannya dengan bumi terputus. Tapi semua data dan foto
terekam yang mulai dikirim ke bumi setelah Voyager-2 muncul
kembali dari balik Saturus, tepat pukul 06.59 GMT Rabu, 26
Agustus. Baru 33 menit kemudian para ahli di Pasadena menyadari
adanya gangguan yang membatasi pengarahan gerak kamera, yaitu
ketika Voyager-2 masih berada di balik planet Saturnus. "Kita
mungkin kehilangan beberapa gambar antara malam tadi dan
sekarang," ujar Alan Wood dari JPL. Kecuali gangguan itu,
pesawat Voyager-2 berada dalam kondisi baik.
Berbagai peralatan perekam Voyager2 berada pada suatu anjungan
yang dapat digerakkan ke segala jurusan me lalui perputaran 2
poros. Anjungan ini menunjang antara lain dua kamera televisi,
spektrometer ultra lembayung dan merah infra, sebuah meter
fotopolari serta sebuah radiometer. Peralatan yang berbobot 107
kg itu melalui sistem komputer dapat diarahkan.
Bukan Gangguan Pertama
Diduga gangguan tadi disebabkan benturan dengan bongkahan es
dalam gelang Saturnus, ketika Voyager-2 melintasinya. "Jika
memang terjadi benturan, pasti bukan benturan keras," ujar Wood.
"Kami menerima isyarat radio kembali tepat pada waktunya."
Itu bukan gangguan pertama pada peralatan Voyager-2. Masih di
awal perjalanannya, pesawat penerima radio utamanya rusak, tapi
pesawat cadangan segera mengambil alih tugas dan bekerja dengan
sempurna. Sekalipun cadangan menerima pun rusak, program
komputer yang sudah diinstruksikan akan mengendalikan Voyager-2,
paling tidak selama 4 tahun lagi.
Para ahli di NASA berharap menemukan Voyager-2 dengan Uranus,
kemudian mengarahkan pesawat itu dengan bantuan dorongan Uranus
ke arah planet ke-8, Neptunus. Jika reaktor nuklir yang
menyediakan tenaga bagi Voyager-2 masih bekerja, di tahun 1989
manusia untuk pertama kali akan mem peroleh pandangan langsung
dari planet Neptunus, terjauh dalam tatasurya.
Sementara itu salah seorang ahli teknik tidak sengaja
mengirimkan suatu isyarat yang 10 kali lebih kuat dari
semestinya. Mungkin karena ia sudah mengantuk. Tapi isyarat itu
ternyata menyebabkan kamera Voyager-2 bisa digerakkan lagi.
Kini Voyager-2 menuju Uranus, planet ke-7 dalam tatasurya.
Kecepatannya ketika mendekati Saturnus 45.000 km sejam.
Kecepatan ini bertambah kemudian hingga mencapai 87.000 km per
jam, dan terpelanting ia ke arah Uranus. Planet ini diduga akan
dijumpainya dalam Januari 1986.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini