Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jalan Lain Ke Layar TV

Kerjasama TVRI dengan KONI dalam meliput dan menyiarkan kegiatan cabang olahraga dan TVRI dibebaskan dari kewajiban membayar hak penyiaran, kesempatan ini dipakai oleh biro iklan. (md)

5 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERISTIWA olahraga kini cenderung dijadikan gelanggang promosi. Perebutan gelar juara dunia kelas welter ringan versi World Boxing Council (WBC) - penantang Thomas Americo (Indonsia) melawan sang juara Saoul Mamby (AS)--misalnya diramaikan dengan penampilan berbagai iklan. Bahkan pada jumpa pers dengan kedua petinju (23 Agustus di Hotel Hilton, Jakarta, panel iklan Vicks Vapo Rub muncul secara menyolok di meja dan tembok ruang pertemuan tersebut. Dalam acara keliling kota Jakarta, kendaraan kedua petinju itu pun dipenuhi tempelan sejumlah iklan. Americo malahan mengenakan kaus, yang memamerkan slogan suatu merk batu baterai. Juga di Istora Senayan, tempat adu tinju keduanya (lihat: Olahraga), panel dan spanduk iklan bertebaran. Jika tak dilarang, biro iklan ingin pula memasang pesan komersial di kanvas ring. Dengan membuka kesempatan tersebut, panitia pertandingan (di atas kertas) mengharapkan pemasukan Rp 210 juta--suatu jumlah yang hampir menyamai hasil penjualan karcis. Gejala membanjirnya iklan ke arena olahraga terasa sejak TVRI 1 April menghentikan acara siaran niaga. Sedang ruang iklan di media cetak (pers) pun dibolehkan hanya sampai 35% dari jumlah halaman yang dibatasi pula. Dalam pilihan yang semakin sempit itu, biro iklan berupaya mencari media alternatif yang dianggap efektif untuk melancarkan promosi. Maka biro iklan Meridian atas nama kliennya, misalnya menjadi pemasang iklan tunggal dalam pertemuan pers Americo - Mamby di Hilton dengan membayar Rp 15 juta. Kenapa? Panitia pertandingan tinju menjanjikan acara itu akan diliput TVRI. Dan memang benar, panel iklan Vicks di meja dan tembok tersebut tampak dengan jelas di layar televisi selama beberapa puluh menit--di acara jurnal olahraga siang hari dan dunia dalam berita, 23 Agustus malam. Itu tentu saja suatu promosi terselubung, dengan ongkos murah. Secara formal TVRI terikat kerjasama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Dalam surat keputusan bersama keduanya (19 Juni 1981), TVRI antara lain berjanji akan meliput dan menyiarkan seluasnya kegiatan (semua) cabang olahraga secara terencana dan berkesinambungan. Dan sebaliknya, TVRI dibebaskan dari kewajiban membayar hak penyiaran (telecasting rights) dan hak meliput (covering right) atas semua pertandingan yang berada di bawah pengawasan KONI. Tapi entah siapa yang memulai, keputusan kerjasama itu sering disalahgunakar,. Biro iklan penginginkan iklan kliennya ikut terliput secara tidak langsung dalam suatu acara olahraga. Untuk maksud itu mereka tak segan mengeluarkan imbalan buat sejumlah awak TVRI. Dan wartawan TVRI, yang seharusnya mematuhi Kode Etik Jurnalistik, jaraDg menolak pemberian tadi. Adi Kasno, Kepala Seksi Koordinasi Siaran Berita TVRI, ikut mengecam praktek semacam itu. Menerima imbalan -- apalagi dalam bentuk uang memang dilarang, katanya. Meliput suatu acara olahraga, "kami berusaha jangan sampai diperalat," tambahnya. Justru panitia pertandingan suatu cabang olahraga memanfaatkan keputusan kerjasama TVRI-KONI itu untuk memetik iklan. Karena akan diliput TVRI, tarif papan ronde (60 cm X 90 cm) pertandingan Americo melawan Mamby mencapai Rp 20 juta. Sementara setiap sudut ring ditawarkan seharga Rp 5 juta. Kalau kanvas arena boleh dipasangi iklan, "seluruh ring (berikut matras dan sudut ring) berani saya ambil dengan harga Rp 50 juta," kata Abdoel Rachman, Media Executive Meridian. Panitia Proyek Dana Api PON X mau menjual acara pengembalian api dari Mrapen (Kabupaten Grobogan) yang juga akan diliput TVRI. Selama 11 hari perjalanan maraton--dari Mrapen lewat Surabaya, Yogya, Bandung, Bogor sampai Jakarta -- sponsor dibolehkannya memasang iklan di kendaraan maupun pada pelari pengiring. Dan karena kamera TVRI akan sering terarah pada pembawa obor yang berlari di depan, tarifnya bagi kendaraan paling depan tentu paling mahal. Upaya serupa juga dilakukan Panitia Urusan Dana PON X. Dari sejumlah sponsor yang memasang papan reklame (billboard) di sepanjang Ji Thamrin, Jakarta, sejak Mei, panitia itu mendanat penghasilan lumayan. Untuk menjual venues, panitia itu memilih PT Relata Publika sebagai pelaksana tunggal. Kecuali Stadion Utama, sejumlah gelanggang olahraga di Senayan itu dibaginya dalam beberapa kelompok dan dua kategori. Sponsor yang berani membayar Rp 5 juta (Kategori A), misalnya, berhak memasang empat reklame display, empat spanduk di luar dan di dalam sejumlah gelanggang dan dua umbul-umbul di luar Stadion Utama. Tapi tidak banyak pemmatnya. Drs. Ilham Indratjaja, Account Executive PT Relata Publika, menduga bahwa anggaran promosi dan kampanye perusahaan sudah banyak tersedot pada sejumlah perlstlwa penting sebelumnya. Ia menyebut promosi di Jambore Nasional Pramuka. Ulang Tahun ke-36 Kemerdekaan RI dan pertandingan Americo-Mamby, banyak menyedot anggaran perusahaan. Juga PON X (19-30 September) diselenggarakan pada bulan tanggung. "Sampai kini (pekan lalu) hasilnya masih memprihatinkan," kata Indraqaja. Memasang panel iklan secara berombongan - macam di PON X--sering pula, dianggap tak ideal. Karena perhatian penonton, menurut Emir dari Indo Ad, terpecah pada banyak pesan. Indo Ad lebih suka jadi sponsor tunggal, misalnya, pada lomba Proklamathon mendatang. Hanya di Stadion Utama tampaknya kaum sponsor mau memasang panel iklan ramai-ramai bersama. Karena bisa dipastikan TVRI akan lebih sering meliput peristiwa olahraga di situ, terutama sepakbola. Tapi 45 panel di Stadion Utama kini, yang terpajang di tembok dan pinggir lapangan dianggap sudah maksimal. "Jika ditambah lagi, akan merusak segi artistik," kata Drs. O. Hutasuhut, Manajer Stadion Utama. Namun siapa saja yang berani menawar dengan harga tinggi akan dilayaninya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus