Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Hutan Terbakar Dibiarkan Saja

Hutan reboisasi di sekitar danau di Sumatera Utara dan Aceh terbakar, sumber api diduga dari perladangan liar dan ada juga yang sengaja membakar hutan dengan motif lain. (ling)

5 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIM kemarau cukup panjang sekali ini di Sum-Ut dan Aceh, mengancam kawasan hutan di kedua provinsi itu. Kebakaran hutan terjadi sejak Juni. Tak tampak usaha memadamkannya. Di Sum-Ut, umumnya hutan reboisasi yang terbakar. Menurut Dinas Kehutanan provinsi itu, sedikitnya sudah 9 ribu ha hutan reboisasi (pinus atau tusam, accasia dan mahoni) yang musnah tahun ini, dibanding hanya 317 ha tahun lalu. Terutama areal reboisasi di Tanah Karo yang terluas terbakar selama tiga bulan terakhir ini, meliputi 1.102 ha. "Ini kebakaran terbesar dalam 20 tahun," kata Ir. Juki Tarigan, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Karo. Sampai pekan lalu, kawasan hutan di Kabupaten Tapanuli Utara masih dijilati api. Suara dahan pohon pinus yang terbakar terdengar berderak-derak menakutkan. Penduduk dan petugas kehutanan seolah membiarkan saja api berkobar. Kawasan hutan yang terbakar itu memang sulit dicapai. "Bukit-bukitnya terjal dan berjurang," tutur Ir. Bambang Soegeng, Kepala Pelaksana Keamanan Penyuluhan Kehutanan Sum-Ut. Juga si jago merah leluasa bergerak, melalap hutan di kawasan Langkat, Simalungun, Tapanuli Selatan, Dairi sampai Labuhan Batu. Kebakaran di Aceh menurut sumber Dinas Kehutanan, memusnahkan sekitar 45 ribu ha hutan pinus di sekitar kawasan Danau Laut war. Ini berarti 60% areal hutan pinus Kabupaten Aceh Tengah terbakar -- termasuk 40 ribu ha pohon pinus muda yang diusahakan PT Alas Helau. Sebagian pohon pinus yang musnah itu sudah berusia 25 tahun. Maka keadaan daerah gunung sekitar danau itu--di pinggiran Takengon juga--tampak gundul. Sebelum hutan pinus, perkebunan cengkih di Kabupaten Aceh Besar seperti Weh/Sabang, Blang Bintang dan Lhok Nga pun terbakar. Yang terbesar adalah kebakaran kebun cengkih di Blang Bintang -- tak berapa jauh dari lapanan terbang Banda Aceh. Sebanyak 20 ribu pohon cengkih di sini hangus. Kebakaran hutan yang beruntun itu belum jelas betul sebabnya. Tapi diduga karena ulah penduduk. Dengan membuka perladangan liar, penduduk sembrono membakar ilalang di kawasan hutan. Sum-Ut memang sudah punya Perda No. 20/1980, melarang orang membakar hutan dan ladang. Tapi peraturan ini belum dihayati betul oleh penduduk. "Selalu ada saja orang yang membakar hutan untuk perladangan," kata Ir. Soegeng. Pohon pinus semula ditanam untuk menyelamatkan tanah kritis, akibat perladangan liar yang nampaknya sulit ditanggulangi. Terpilih untuk program reboisasi, pinus sejak dulu memang bisa tumbuh subur di kawasan hutan SumUt dan Aceh. Berdasar penelitian atas tanah, "memang pinuslah satu-satunya tanaman yang cocok," kata Ir. Soegeng lagi. Sebelum ditanami pinus, misalnya, tanah di sekitar Danau Toba sering longsor. Akibatnya, Sungai Asahan sering banjir. Dengan hutan pinus, kemudian tanah longsor bisa dicegah, sedang lingkungan danau itu makin indah. Tapi hutan pinus di sebagian kawasan Danau Toba pun ikut terbakar. Antara lain api merembet ke Basusean Tamburaya, Kecamatan Sidamanik, dan Sibaganding di Kabupatan Simalungun. Hampir sebulan lamanya api beraksi terus-terusan. Pihak Pemda dan Kepolisian menerima laporan penduduk setempat ketika api mulai berkobar. Tapi kata seorang penduduk pada TEMPO "api dibiarkan menyala begitu saja. " Untung hujan tiba selama 3 hari pekan lalu, dan api pun padam. Akibat terbakarnya hutan pinus, keadaan gundul tarnpak lagi di sekitar Danau Toba. Dan mulai lagi terjadi tanah longsor --menutupi jalan di beberapa tempat. Kalangan Otorita Asahan mencatat air Danau Toba menyusut sekitar 30 cm dalam Agustus, dibanding kedalamannya dalam Meiluni (904,5 m) yang terhitung normal. "Penyusutan ini jelas ada hubungan dengan terbakarnya hutan pinus itu," ujar juru bicara Otorita Asahan di Medan. "Jangan anggap enteng kebakaran ini." Memang Danau Toba merupakan sumber air yang menggerakkan tenaga listrik Proyek Asahan. Getah pohon pinus mengandung resin, bahan baku membuat terpenting dan gondorukem. Karena itu mudah terbakar. Apalagi dalam musitn kemarau, sedang angin bertiup cukup kencang. Maka kebakaran kecil itu pun seperti dikipas, cepat menjalar dan menjadi besar. Alur pemisah--antara hutan reboisasi dan ladang petani yang selebar 20 m --tak banyak menolong. Angin kencang membuat jarak pemisah itu seperti tak pernah ada. Penduduk kebetulan sedang giat membersihkan ladang --termasuk kerja membakar--memburu musim tanam pada musim hujan nanti. Walau pinus mudah terbakar, menurut Ketua PPA Ir. Wartono Kadri, pohon pinus tahan terhadap panas. Tanaman yang hangus itu, "asalkan tidak hangus seluruhnya sampai menjadi arang," bisa tumbuh kembali bila tersiram hujan. Daya tahan terhadap panas ini lebih besar pada pohon yang getahnya belum disadap. Kawasan hutan pinus yang terbakar belum dianggap perlu seluruhnya diganti dengan tanaman baru. "Cukup disulam," kata Ir. Kadri kepada TEMPO. Kebakaran hutan yang beruntun itu, sebegitu jauh masih dianggap sebagai bencana akibat kelalaian. "Belum ada bukti orang sengaja membakar hutan dengan motif tertentu," kata Brigjen Hardjono, Kadapol I Aceh. Toh di Sum-Ut, beberapa orang sempat ditahan polisi. Di antaranya Mangisi Rajagukguk, penduduk Hamparan Perak. Ia sempat mendekam beberapa hari di tahanan Kores Tapanuli Utara, karena dituduh secara sengaja melakukan pembakaran hutan. Tapi hasil pemeriksaan menunjukkan lain, sehingga Mangisi sudah dibolehkan pulang menemui anak istrinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus