HINGGA sekarang Kota Chicago masih tak terkalahkan dalam soal gedung jangkung. Pencakar langit Sears Tower, yang menjulang setinggi 443 meter, masih belum tertandingi oleh bangunan mana pun di seluruh dunia. Kini Chicago tengah menyiapkan rekor baru lewat bangunan Chicago World Trade Centre (CWTC) setinggi 740 meter. Tokyo, yang sering dijuluki Kota Seribu Pencakar Langit itu, masih terhitung kate dalam perkara bangunan tinggi dibandingkan Chicago. MenaraTokyo, yang jadi kebanggaan orang Jepang, tingginya cuma 333 meter. Sementara itu, gedung terjangkung di ibu kota Jepang itu, Sunshine Building, hanya menjulang 224 meter. Kini Jepang pelan-pelan mengejar Chicago. Rekor Sunshine Building bakal digeser oleh kantor Gubernur Tokyo, yang sedang dibangun di Shinjuku, yang lebih jangkung 20 meter. Di Yokohama,tengah dibangun Landmark Tower setinggi 295 meter. Terakhir, arsitek-arsitek Jepang, yang tergabung dalam kelompok V (Vertical)-1.000, merampungkan sebuah rancang bangun gedung setinggi 1.000 meter. Kelompok V-1.000, yang bernaung di bawah perusahaan konstruksi terkemuka di Jepang, Takenaka Corp., menyebut desain itu Sky City 1.000. Gedung Sky City 1.000, yang akan dibangun dengan bentuk kerucut terpancung itu, dengan garis tengah pada dasar 400 meter dan di puncak 160 meter, akan disangga oleh 12 pilar beton setebal 50 meter. Pilar-pilar raksasa itu dipasang melingkar dan berfungsi sebagai rangka utama Sky City 1.000. Sampai ketinggian sekitar 550 meter, seiring dengan makin rampingnya lambung bangunan, setiap pasangan pilar bergabung, dan menjulur lagi sebagai pilar tunggal dengan tebal pilar 15 meter. Pilarpilar inilah yang menjadi kekuatan inti konstruksi mega struktur itu. Gedung Sky City 1.000, yang dibangun di tanah seluas 12,5 hektare itu, menurut perhitungan grup V-1.000, bisa dipakai sebagai tempat tinggal 35.000 kepala keluarga, dan ruang kerja bagi 130.000 karyawan pelbagai perusahaan yang berkantor di gedung tersebut. "Inilah jalan keluar yang mesti dipilih untuk menghadapi problem di kota besar," ujar Kepala Divisi Perencanaan Takenaka Corp., Takashi Hara, yang memimpin kelompok V-1.000. Ia menambahkan, kota vertikal ini, selain mengatasi kelangkaan tanah, juga sekaligus memecahkan problem kemacetan lalu lintas. Agar memenuhi syarat sebagai kota, kata Hara lebih lanjut, Sky City 1.000 bakal dilengkapi pula dengan pelbagai fasilitas umum, seperti ruang sekolah, kantor polisi, rumah sakit, klinik, bioskop, bar, restoran, taman, kolam renang, hingga lapangan tenis. Selain itu, bangunan raksasa tersebut juga dilengkapi dengan unit instalasi pendaur ulang air, yang bisa mengubah air limbah menjadi air jernih yang layak untuk diminum. Di samping itu, agar suasana kota lebih terasa, konsep manajemen gedung, yang berorientasi dari lantai ke lantai, praktis ditinggalkan pada Sky City 1.000. Untuk kota vertikal ini, kelompok V-1.000 memperkenalkan konsep piateaus - dataran tinggi. Menurut Hara, ada 14 "dataran", masing-masing setinggi 56 meter, yang membagi Sky City 1.000. Tiap plateau dipisahkan oleh ruang kosong setinggi 18 meter agar sinar matahari dan udara bisa leluasa masuk ke dasar plateau. Pada setiap plateau, yang berbentuk seperti panci itu, dasarnya diuruk dengam tanah, dan. kemudian ditanami berbagai macam pepohonan. Agar "dataran" yang dikitari bangunan berlantai 14 itu, "Memberikan suasana yang lebih alamiah," ujar Hara. Bangunan bertingkat 14, yang melingkar pada setiap plateau itu, tentu saja berbeda besarnya. Bangunan yang berada di bagian bawah lebih besar ketimbang di atasnya. Begitu pula dengan luas dasar plateau. Untuk sarana transportasi, pada setiap plateau disediakan kereta listrik monorail yang berjalan melingkar. Sedangkan untuk transportasi antarplateau disediakan lift yang sanggup melaju dengan kecepatan 130 meter per menit. Biaya pembangunan Sky City 1.000, menuruttaksiran kelompok V-1. 000, sekitar 4,750 trilyun yen Rp 62 trilyun atau melebihi 1,5 kali APBN Indonesia 199--1990. Dibandingkan biaya pembangunan gedung-gedung yang tingginya 200-300 meter, kata Hara, setiap meter persegi lantai Sky City 1.000 Iebih mahal Rp 2 juta. Soalnya, Sky City 1.000 memerlukan sedikitnya 150 ribu ton baja, dan sekurang-kurangnya 1,4 juta meter kubik beton pilihan. Kata Hara, baja yang dipakai itu harus sanggup menahan tekanan 10 ton per cm2, dan betonnya harus mampu menahan tekanan 1.000 kg per cm2. Sementara itu, baja dan beton yang.kini ada di pasaran hanya sanggup menahan tekanan masing-masing sampai 4 ton dan 200 kg per cm2 saja. Tetapi tidak berarti persyaratan tersebut tak bisa dipenuhi. Hanya saja perlu dilakukan riset dulu agar pabrik bisa menghasilkan baja dan semen yang memenuhi persyaratan teknis tersebut. Karena pembuatan bahan bangunannya harus pakai riset, menurut Hara, pembangunan Sky City 1.000 akan memerlukan tempo tak kurang dari 14 tahun. Jika persyaratan teknis itu terpenuhi, kata Hara, guncangan gempa bumi dan tiupan angin kencang tak akan menjadi ancaman lagi. "Justru mereka yang berada di luar gedung lebih merasakan gempa dan tiupan angin itu," kata Hara. Mengenai bahaya kebakaran Hara tak khawatir mengatasinya. Jarak antarplateau yang 18 meter itu, katanya, bisa menghindarkan perembetan api. Sementara itu, sensor-sensor antikebakaran, yang terpasang di setiap sudut, akan mengenali kehadiran api secara dini, dan secara otomatis memerintahkan sprinkler terdekat memadamkannya.Laporan Seeiichi Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini