Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INILAH rutinitas saat seseorang, termasuk pasien Covid-19, pergi ke rumah sakit. Ia akan lebih dulu ditangani oleh perawat. Paling tidak, suhu tubuh dan tekanan darahnya diperiksa. Sebagian data pemeriksaan itu kemudian diserahkan kepada dokter. Begitu juga hasil pemeriksaan lain, seperti dari laboratorium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di masa pandemi Covid-19, proses pemeriksaan langsung semacam itu berisiko. Suster dan dokter jadi wajib memakai pakaian pelindung yang harus diganti dan dibuang setelah pemakaian dalam beberapa jam. Risiko penularan virus SARS CoV-2 makin tinggi ketika tenaga kesehatan juga harus menyambangi pasien Covid-19 di ruang karantina khusus untuk pemeriksaan dan perawatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim dari Telkom University di Bandung berupaya melindungi tenaga kesehatan itu dari risiko penularan Covid-19 dengan mengembangkan Doctor Representative Robot, yang disingkat Doper. Fungsi utamanya adalah mewakili dokter dan perawat ketika harus berkomunikasi dan memeriksa langsung pasien Covid-19. Tim telah membuat sebuah unit robot untuk dijajal rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Terinspirasi robot sejenis di luar negeri, tim merancang sendiri Doper yang tingginya hampir menyamai tinggi orang dewasa. Kepalanya bisa bergerak menoleh dan dilengkapi mata berbentuk lingkaran berlampu merah. Berwarna kelabu dan putih, tubuh Doper berpostur tegak lurus vertikal dengan sepasang tangan yang ujungnya dibentuk menjadi pengait.
Ilustrasi: Djunaedi
Pada bagian dadanya dipasang komputer tablet berbasis Android. Ada pula semacam wadah terbuka untuk menempatkan tas kecil berisi aneka alat pemeriksaan tubuh pasien. Pada bagian kakinya yang dibuat menyatu dan membesar, dipasang roda-roda tersembunyi untuk mobilitas. "Kalau pakai kaki robot lebih kompleks, sementara kami mengejar fungsinya," kata ketua tim, Azam Zamhuri Fuadi, Selasa, 11 Mei lalu.
Menurut Azam, yang juga dosen Program Studi S-1 Teknik Elektronika Telkom University, Doper dirintis pada Maret 2020 dan rampung pada Januari lalu. Dana pengembangannya berasal dari pemerintah. Tim melibatkan alumnus dan dosen lintas disiplin, juga sejumlah perusahaan rintisan (startup) yang bernaung di Bandung Techno Park. Anggota tim antara lain Angga Rusdinar, Irwan Purnama, Hardy Adiluhung, Firman Agung Nugroho, dan Risnanda Satriatama.
Pemeriksaan awal pasien seperti di ruang klinik. Bedanya, pasien diminta mengukur sendiri suhu tubuh, tekanan darah, tingkat oksigen, dan detak jantung dengan peralatan digital yang disediakan Doper. "Peran pasien hanya memakai alat," tutur Azam. Data pemeriksaan akan disimpan dalam aplikasi yang bisa dibaca dokter. Pasien berkonsultasi dengan dokter lewat kamera dan tablet di dada robot. Komunikasi jarak jauh ini ditunjang jaringan 4G.
Azam mengatakan penggunaan Doper akan mengurangi pemakaian alat perlindungan diri di kalangan tenaga kesehatan. Robot itu diharapkan bisa membantu mewakili dokter dan perawat di daerah terpencil. Menurut Azam, Doper bisa dipasang permanen di ruangan atau bergerak dengan jalur lintasan khusus. Tim memasang beberapa kamera sebagai mata buatan dan sensor yang mendeteksi hadangan atau rintangan di depan.
Robot ini bisa pula dikontrol dengan alat kendali jarak jauh yang terhubung dengan Bluetooth. Azam menjelaskan, robot yang dibanderol seharga Rp 100 juta itu diklaim telah bekerja optimal berdasarkan hasil serangkaian pengujian di laboratorium kampus. Tim peneliti kini sedang menjalin kerja sama dengan fasilitas kesehatan untuk pengujian lanjutan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo