Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEBOCORAN radiasi nuklir di pembangkit listrik Fukushima Daiichi, Jepang, terus menjadi perhatian dunia. Sejak pembangkit itu luluh-lantak diterpa tsunami dan gempa awal Maret lalu, pemerintah Jepang berjibaku mendinginkan reaktor nuklir dan menghidupkan kembali sistem pengamanan di pembangkit Fukushima. Mereka harus berlomba dengan waktu karena tingkat radiasi nuklir terus meningkat dan meluas.
Untuk mengerjakan tugas mahaberat itu, Jepang menerjunkan tim khusus yang kini dikenal dengan sebutan Fukushima 50. Sesuai dengan namanya, tim ini terdiri atas 50 pekerja dan pemadam kebakaran, yang bergiliran memperbaiki pembangkit listrik tenaga nuklir yang meleleh itu. Risiko kerja mereka luar biasa tinggi. Pekan lalu dilaporkan sudah 30 pekerja terpapar radiasi di atas ambang batas aman. Sejumlah teknisi dilarikan ke rumah sakit.
Untuk berjaga menghadapi situasi terburuk, Shuichi Taniguchi—Direktur Toranomon Hospital di Tokyo—menawarkan ide terobosan. Dokter spesialis kanker dengan pengobatan metode sel punca atau sel induk (stem cell) ini minta izin untuk mengambil sel punca anggota tim penyelamat. Dengan begitu, jika mereka terpapar zat radioaktif yang membahayakan jiwa, sel punca itu bisa ditransplantasikan kembali—dus mengembalikan kondisi tubuh mereka seperti semula.
Sel punca memang sel dasar tubuh manusia yang dapat digunakan untuk mengganti sel darah dan sel berbagai organ tubuh yang rusak. Jika terapi dokter Taniguchi ini disetujui, semua pekerja rehabilitasi Fukushima harus menelan pil khusus—bernama protein peningkat sel darah—selama beberapa hari. Asupan pil ini bisa mendorong lepasnya sel punca ke aliran darah para pekerja. Dengan begitu, tim medis bisa mengambil sel punca itu lewat prosedur apheresis, yang biasa digunakan untuk mengambil plasma darah.
Setelah diambil, sel punca ini bisa disimpan dengan proses khusus. Jika kelak membutuhkan, pasien tinggal menerima transplantasi sel punca lewat operasi. Tentu dibutuhkan proses adaptasi dan perawatan yang cukup panjang sebelum semua organ tubuh yang rusak akibat radiasi nuklir ini perlahan pulih kembali.
Sayangnya, ide Taniguchi tak serta-merta disetujui. Banyak pihak khawatir terapi ini justru mendorong pekerja Fukushima 50 jadi sembrono. Apalagi efek sampingnya belum terukur benar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo