Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Bidang Entomologi Pertanian dari IPB University Purnama Hidayat membenarkan bahwa serangga bisa menjadi alternatif sumber protein dalam menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, tak semua kelompok masyarakat terbiasa mengkonsumsi serangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bisa menjadi alternatif protein, tapi cocok untuk masyarakat yang mau memakannya dan di daerah tertentu yang mendukung ketersediaannya,” kata Purnama melalui keterangan tertulis pada Kamis, 13 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usulan mengenai pemanfaatan gizi dari serangga itu sebelumnya datang dari Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayan. Menurut dia, menu MBG disesuaikan dengan potensi sumber daya ataupun kesukaan tiap-tiap daerah.
Purnama, yang merupakan dosen di Departemen Proteksi Tanaman IPB University, menyebut sebagian besar masyarakat di Thailand, Vietnam, dan Cina, jauh lebih terbiasa memakan serangga sehari-hari. Sebagian warga Indonesia juga mengkonsumsi serangga, misalnya belalang goreng di Gunung Kidul, Yogyakarta; kepompong jati di Jawa Tengah; pepes larva lebah (botok tawon) di Jawa Timur, dan sebagainya.
Rasa belalang dan jangkrik, kata dia, sering disamakan dengan udang. Organisasi Pangan Dunia (FAO) juga sudah menyatakan serangga dapat dimakan karena kandungan protein, vitamin, dan asam amino. Serangga mengandung protein hewani lengkap yang mencakup sembilan asam amino esensial.
Menurut sejumlah penelitian, jangkrik, belalang, dan ulat sutra memiliki antioksidan tiga kali lebih banyak dibanding jus jeruk. Kandungan vitamin B12 pada jangkrik juga disebut tiga kali lipat dibanding dengan ikan salmon.
Masalahnya, kata Purnama, tidak semua masyarakat lokal merasa cocok dan mau mengkonsumsi serangga. Masyarakat di pesisir laut, menurut Purnama, lebih memilih ikan sebagai sumber protein. “Masih banyak orang enggan mengkonsumsi serangga karena belum terbiasa.”