Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Regulator produk medis Cina per akhir Februari lalu telah mengizinkan empat macam vaksin Covid-19 buatan dalam negeri untuk digunakan secara darurat. Dua yang terbaru datang dari CanSino Biologics Inc (CanSinoBIO) dan Wuhan Institute of Biological Products, sebuah perusahaan afiliasi dari China National Pharmaceutical Group (Sinopharm).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keduanya bergabung dengan vaksin dari Sinovac Biotech yang telah disetujui digunakan luas awal Februari, dan satu vaksin lainnya dari Sinopharm, dari perusahaan afiliasinya di Beijing, yang sudah lebih dulu boleh beredar sejak akhir tahun lalu. Puluhan juta dosis dua vaksin itu bahkan telah disuntikkan dalam program vaksinasi yang menarget kelompok-kelompok berisiko tertinggi terinfeksi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vaksin Covid-19 dari CanSinoBIO sebelumnya juga telah mendapat lampu hijau untuk digunakan terbatas di kalangan personel militer. Sedang vaksin Covid-19 kedua yang dikembangkan Sinopharm menjadi pesaing Johnson & Johnson dari Amerika karena sama mengembangkan suntikan satu dosis.
Keempat vaksin Cina seluruhnya bisa disimpan pada suhu pendingin biasa. Ini menjadi keunggulan nilai jual dibandingkan vaksin dari Pfizer dan Moderna, dua vaksin lainnya dari Barat--selain Johnson & Johnson dan AstraZeneca--yang membutuhkan penyimpanan ultradingin.
Pemerintah Cina sejauh ini tak mengizinkan vaksin luar beredar di dalam negerinya. Namun, tiga perusahaan vaksinnya seluruhnya telah memiliki kontrak penjualan ke luar negeri. Per akhir Februari lalu, Kementerian Luar Negeri Cina menyebut, ekspor vaksin Covid-19 telah dilakukan ke 27 negara dan dosis gratis disediakan bagi 53 negara. Beijing membagikan dosis gratis dari vaksin Sinopharm.
Laporan sementara dari uji klinis tahap akhir dari vaksin Covid-19 Sinopharm unit Wuhan adalah 71,25 persen efektif melawan penyakit infeksi itu. Angka efikasinya itu lebih rendah daripada vaksin yang dihasilkan Sinopharm unit Beijing yang sebesar 79,34 persen menggunakan teknologi yang sama.
Vaksin CoronaVac dari Sinovac memiliki hasil uji klinis tahap akhir di Brasil yang hanya 50,65 persen efektif tapi mencapai 91,25 persen berdasarkan hasil sementara dari ujinya di Turki. Uji klinis vaksin ini juga dilakukan di Indonesia, meski dengan jumlah relawan yang lebih kecil, dan memberi hasil sementara angka efikasi 65,3 persen.
Proses produksi vaksin COVID-19 dalam Institut Produk Biologi Beijing dari China National Biotec Group (CNBG) Sinopharm, selama kunjungan di Beijing, Cina 26 Februari 2021. REUTERS/Tingshu Wang
CanSinoBIO mengaku kalau vaksinnya 68,83 persen efektif mencegah gejala Covid-19 dua minggu setelah vaksinasi dosis tunggal yang dikembangkannya. Tapi, setelah empat minggu, efektivitas sedikit melorot ke angka 65,28 persen. Data detailnya dari angka-angka itu belum diberikan secara terbuka.
Hingga saat ini, Cina juga masih memiliki 16 macam vaksin Covid-19 yang masih diuji klinis. Sebanyak enam di antaranya sudah sampai di tahap akhir. Mereka bervariasi menggunakan teknik protein rekombinan, virus vektor dari adenovirus, asam nukleat, dan yang erupa teknik virus influenza.
REUTERS | XINHUA