Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sini gunung meletus, sana badai ...

Musim dingin tahun ini terasa makin dingin di amerika utara. as sebelah barat laut disikat badai salju. pendapat beberapa tokoh as tentang sebab-sebab dan cuaca yang dingin ini. (ilt)

18 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIM dingin awal tahun ini terasa lebih dingin lagi di Amerika Utara. AS sebelah Barat Laut malah sempat disikat badai salju berkecepatan 175 km/jam pertengahan bulan lalu. alan jalan utama di Providence misalnya, macet karena salju setebal « meter. Sementara sekurang-kurangnya 56 orang melayang nyawanya akibat badai talju yang mengamuk selama 24 jam. Menurut majalah Time, badai salju itu yang paling parah sejak 1888. Sebelumnya, akhir Januari daerah Barat Tengah (Midwest) AS juga diserang badai salju yang terparah selama seabad lalu. Di tengah kedinginan itu, bayangan semacam krisis enerji nyaris melanda AS. Sebab para buruh tambang batubara sampai 6 Maret lalu sudah 91 hari mogok kerja. Kaum buruh tambang yang tergabung dalam United Mine Workers menuntut kenaikan upah scrta jaminan sosial, yang susah dipenuhi oleh majikannya. Terpaksa Presiden Jimmy Carter sendiri turun tangan dengan menerapkan Taft-Hartley Act, semacam undang-undang darurat yang dapat diputuskan oleh Presiden AS apabila keselamatan umum terancam. Kata Carter ketika mengumumkan UU darurat itu "Saya bertanggungjawab untuk melindungi kesehatan dan keselamatan publik Amerika, dan itu akan saya lakukan." Orang pun memafhumi, sebab banyak pembangkit listrik di AS dijalankan dengan batubara. Berarti kalau buruh tambang mogok terus, bisa-bisa alat pemanas gedung-gedung di AS banyak yang macet. Lantas, mau tidur dan mati beku? Teori Lama? Kali ini, bukan Uni Soviet yang dituding sebagai 'eksportir hawa dingin' dengan menggunakan teknologi elektrostatika, seperti fikiran sementara sarjana AS dan Kanada, tahun lalu. Mungkin, lantaran musim dingin bersalju ekstra lebih merata melanda belahan bumi sebelah utara, tahun ini. Tapi sementara itu, ada teori baru --atau revitalisasi teori lama? -- yang dikembangkan ahli-ahli cuaca AS untuk menjelaskan suhu di bawah titik beku serta lapisan salju tebal musim dingin ini. Tokohnya terutama Dr Robcrt Dcckcr, Dr Jarmes Kennett, Dr S. Reid Bryson dan Stephen. Schneider dari National C.enter of Atmospheric Research, Colorado (AS). Kata Dr Decker, sehagaimana dikutip Thomas O'Toole dari Wilshigton Post: "Cuaca yang sangat dingin ini mungkin disebabkan oleh frekwensi letusan gunung berapi tahun lalu, yang tiga kali lebih sering dari pada 1976.' Dua letusan vulkan yang terbesar tahun lalu Maret 1977 di semenanjung Kamchatka, Uni Soviet dan letusan gunung Aso di Pulau Kyushu, Jepang, Agustus i977-telah mengorbitkan debu da.n ahu vulkan mengelilingi bumi di atmosfir atas. Belum lagi akibat letusan 28 vulkan lain tahun lalu serta sekurang-kurangnya 7 vulkan yang sudah mulai batuk-batuk berkepanjangan sejak 1976. "Sudah sejak masa Benyamin Franklin orang mencatat bahwa letusan-letusan gunung berapi akan disusul dengan cuaca panas, lalu dingin," ujar Dr lobert Decker, yang kini sedang memperdalam penelitiannya di Universitas Hawaii. Franklin adalah dutabesar AS pertama di Perancis yang juga senang jurnalistik serta penelitian alam secara praktis. Dia terkenal karena percobaannya 'menangkap' petir dengan kunci yang diikat pada layang-layang di tengah cuaca mendung. Untuk mengabadikan namanya, penangkal petir yang juga merupakan ciptaannya disebut Frarlklin rod. Franklin dan Gunung Api Nah, ketika sedang bertugas di Paris, Franklin mencatat bagaimana letusan sebuah gunung berapi di Irlandia mengirim kabut vulkanis ke atas Amerika Utara dan Eropa. Letusan itu kemudian disusul dengan dua musim salju yang paling dingin di masa itu. Pengamatan Franklin itu ditulis dalam kertas karyanya tahun 1783. Di situ dia berteori, bahwa debu vulkanis di atmosfir itu membendung sebagian sinar matahari ke bumi sehingga cuaca di bumi semakin dingin Dua abad kemudian, pendapat Benyamin Franklin itu diuji kebenarannya oleh Dr Decker dibantu para klimatolog AS lainnya. Decker sendiri, cenderung untuk membenarkan pendapat Franklin. Katanya dalam pertemuan tahunan Himpunan Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Washington, baru-baru ini: "Kami sudah yakin bahwa letusan gunung berapi mendinginkan bumi Dan bumi yang lebih dingin akan mempercepat arus udara yang bergerak ke selatan Gejala itulah yang dapat menjelaskan suhu yang dingin, salju tebal dan hujan lebat yang kita alami dalam musim dingin ini." Bukan hanya musim dingin ini, tapi juga musim dingin 1977 telah didahului dengan letusan gunung berapi di Guatemala, 1975. Begitu pendapat rekan Decker, Stephen Schneider. Tapi dia menambahkan: "Kadang-kadang makan waktu setahun, atau 2-3 tahun bagi debu vulkanis ilu untuk tersebar meliputi seluruh atmosfir bumi." Itu sehabnya ada kemungkinan bahwa musim dingin 1976-1977 itu, turut dicetuskan oleh letusan gunung berapi Amerika Latin tahun 1975. Beberapa contoh lain, adalah musim dingin yang ekstra dingin setelah letusan-letusan gunung berapi tahun 1912, 1903, dan 1895. Kalau begitu, boleh jadi letusan-letusan vulkan di Indonesia juga punya andil membuat orang-orang Barat dan Jepang semakin menggigil?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus