HARI Minggu itu Amerika Serikat memperingati hari kemerdekaannya
yang ke-206. Tapi kemeriahan 4 Juli kali ini agaknya punya arti
tambahan. Sebelas menit lewat tengah hari waktu setempat pesawat
antariksa bolak-balik Columbia mendarat dengan mulus di
pangkalan Angkatan Udara Edwards, California. Ratusan ribu orang
menyaksikan peristiwa itu. Hadir pula Presiden Reagan beserta
istrinya menyambut kedua astronaut, Kapten Thomas Ken Mattingly
dan Henry W. Hartsfield.
Pada dua kali penerbangan sebelumnya, Columbia selalu mendarat
di dasar danau kering dekat pangkalan Edwards itu. Hanya
penerbangan ketiga, April lalu, berakhir di Gurun White Sands,
New Mexico. Tapi pekan lalu untuk pertama kali Columbia mendarat
di landasan beton sepanjang 4.570 m yang memanjang dari tepi
danau kering tadi, mengakhiri penjelajahan di ruang angkasa
selama 7 hari.
Pendaratan di sini lebih kritis. Jalur beton, landasan utama di
pangkalan Edwards itu, hanya selebar 91 m, hingga pendaratan
harus tepat. Ini memang suatu percobaan utama dan penting. Kelak
pendaratan Spaceshuttle secara rutin dilakukan di Pusat
Antariksa Kennedy, Florida. Di sana hanya ada satu pilihan:
Jalur beton sepanjang 4.570 m yang dihinggapi banyak angin
samping.
Penerbangan berikut -- November mendatang -- akan merupakan
penerbangan komersial. Sistem Transportasi Antariksa yang lebih
terkenal dengan nama Spaceshuttle atau pesawat antariksa
bolak-balik, direncanakan terbang 2 kali sebulan menjelang akhir
dasawarsa ini.
Tapi dalam penerbangan uji coba terakhir itu, Columbia membawa
muatan milik angkatan udara AS seberat 1 ton lebih. Rahasia
lagi. Toh banyak orang mengetahui di dalamnya terdapat sebuah
teleskop merah-infra yang mampu mengindera gas keluaran mesin
yang terbang dalam atmosfera bumi. Bahkan teleskop itu bisa
membedakan antara keluaran mesin pesawat terbang atau peluru
kendali dan . . . apakah mesin itu buatan AS atau Uni Soviet.
Dalam muatan rahasia itu juga terdapat sebuah teleskop
violet-ultra dan sebuah alat navigasi antariksa. Peralatan ini
kelak melengkapi satelit mata-mata Amerika hingga bisa bergerak
di ruang angkasa tanpa dikendalikan dari bumi.
Dengan membawa perlengkapan rahasia militer ini, banyak pihak
menilai NASA sudah menyimpang dari asas semula. Tapi pekan lalu
pejabat tinggi dari Transportasi Antariksa Angkatan Bersenjata,
Mayjen AU James A. Abrahamson berkata "Pesawat bolak-balik itu
dari mula dirancang sebagai bagian dari suatu sistem nasional
yang tugasnya mencakup peluncuran perlepgkapan militer."
Pemanfaatan Spaceshuttle untuk kegunaan militer ditegaskan
kembali oleh Presiden Reagan ketika menyambut kedua astronaut
Columbia. Karena itu Reagan membentuk suatu instansi baru
bernama Sistem Transportasi Antariksa, mewujudkan kerjasama NASA
dan Departemen Pertahanan AS. Instansi baru itu bertanggungjawab
atas pemanfaatan Spaceshuttle nanti bagi kegunaan sipil maupun
militer.
Sebetulnya sejak mulai dilancarkan program Spaceshuttle 10 tahun
lalu sudah disadari manfaat utama ialah penggunaan militer.
Bahkan dalam menentukan disain sayap Spaceshuttle itu, Pentagon
turut berperan. Rencana semula ialah menggunakan bentuk sayap
yang panjang dan tipis, layak bagi pesawat yang melayang tak
bertenaga seperti Spaceshuttte menjelang pendaratannya. Tapi
bentuk ini menghasilkan panas luarbiasa dikala pesawat itu
memasuki atmosfera bumi. Bentuk ideal mengatasi ini ialah bentuk
sayap delta.
Debat berkepanjangan berlangsung selama berbulan-bulan antara
pendukung sayap bentuk panjang dan sayap bentuk delta. Akhirnya
Pentagonlah yang memutuskan pemakaian sayap bentuk delta, supaya
juga memungkinkan pesawat itu melesat dengan gesit dalam keadaan
ia diserang musuh.
Letjen Daniel O. Graham, bekas Direktur Badan Intelijen Militer
AS pernah berkata, "Shuttle itu memberikan kita keuntungan
strategis atas Uni Soviet dengan rudal dan kapal selam mereka
yang banyak." Graham memimpin kelompok orang sipil yang meyakini
manfaat shuttle bagi tujuan militer.
Tahun lalu Ankatan Udara AS mulai membangun Pusat Pengendalian
Ruang Angkasa di Colorado. Proyek seharga US$ 450 juta bakal
mengendalikan semua penerbangan shuttle militer dan satelit. Di
samping itu di pangkalan AU Vendenberg di California dibangun
pusat peluncuran setara dengan Pusat Antariksa Kennedy di
Florida. Diharapkan siap tahun 1984.
Direktur Program Latihan Kosmonaut Uni Soviet, Letjen Vladimir
Sha talov pernah menyerang rencana militer shuttle itu. "Sungguh
itu suatu tragedi bagi seluruh dunia," ucap Shatalov. "Ini
berarti lingkaran baru dalam spiral lomba senjata."
Sebaliknya, ketika astronaut AS, Neil Armstrong melangkahkan
kakinya di permukaan bulan, tahun 1969, Pravda menyambut
gembira. "Rakyat Soviet bersama rakyat Amerika dan negara lain
menyampaikan salam dan selamat kepada awak penerbangan yang
luarbiasa dan penting ini." Selanjutnya ada kerjasama kedua
negara di ruang angkasa, terbukti dengan peristiwa penggabungan
Apollo-Soyuz di tahun 1975.
Tapi sejak itu pula arah pengembangan program penjelajahan ruang
angkasa kedua negara raksasa itu berbeda arah. Keduanya tak
menyangkal pentingnya penelitian pemanfaatan militer di samping
ilmiah. Tapi Uni Soviet cenderung menitikberatkan upayanya
mengembangkan stasiun antariksa yang berawak di samping
penjelajahan planet "dalam" seperti Venus. Sementara AS
mengembangkan Spaceshuttle, pesawat yang bisa berulang kali
diluncurkan serta mengejar penelitian planet "luar" seperti
Mars, Jupiter dan lainnya.
Memang perlombaan antariksa merupakan kenyataan. Tahun 1958,
NASA sengaja dibentuk dengan tujuan tunggal mengejar Uni Soviet
yang berhasil meluncurkan Sputnik setahun sebelumnya. Tiga tahun
berikut, April 1961, di Tanjung Canaveral, Florida, sebuah roket
Redstone siap diluncurkan. Roket itu bakal membawa harapan AS
menempatkan manusia pertama dalam orbit sekitar bumi. Tapi hari
itu, 12 April, Uni Soviet meluncurkan Mayor Yuri Gagarin ke
dalam orbit selama 108 menit dan roket AS tak pernah tinggal
landas. Baru 9 tahun kemudian Amerika berhasil mengimbangi
Soviet dengan mendaratnya Astronaut Neil Armstrong di bulan.
UNI Soviet juga punya perhatian terhadap kendaraan antariksa
yang bisa dipakai berulang kali seperti Spaceshuttle. Masih
belum jelas perkembangan mereka di bidang ini. Meski begitu
keunggulan Uni Soviet menempatkan orang di ruang angkasa sukar
ditandingi. Selama satu dasawarsa terakhir berbagai stasiun
ruang angkasa mengitari bumi, dilengkapi dengan berbagai awak
secara bergantian. Setelah Salyut-6 yang bertahan sampai lebih 4
tahun, awal tahun ini Uni Soviet menggantikannya dengan
Salyut-7.
Stasiun ruang angkasa Salyut-7 itu kini sudah dua bulan lebih
dihuni dua kosmonaut Soviet, Kol. Anatoly Berezevoy dan Valentin
Lebedev. Akhir Juni lalu, mereka mendapat kunjungan dari tiga
kosmonaut dari bumi yang mengendarai pesawat Soyuz T-6. Di
antara tiga kosmonaut itu terdapat seorang Prancis, Kol.
Jean-Loup Chretien. Ia bersama rekannya dari Uni Soviet, Kol.
Vladimir Dzhanibekov dan Alexander Ivanchenkov, berada di
Salyut-7 selama 9 hari. Hanya dua hari sebelum pendaratan
Columbia mereka mendarat dekat Kota Arkalik di Kazakhstan, Uni
Soviet.
Bagi Uni Soviet penelitian utama ialah terhadap daya tahan
manusia di ruang angkasa. Saat ini rekornya sudah melampaui 200
hari bagi kosmonaut Uni Soviet, hampir dua kali rekor AS. Semua
eksplorasi itu didukung anggaran yang cukup padat.
Seorang ahli AS tentang program ruang angkasa Soviet, Charles
Sheldon memperkirakan kegiatan ruang angkasa Soviet didukung
anggaran sekitar 2% dari GNP negara itu. Ini berbanding dengan
hanya sepertiga dari 1% dari GNP Amerika Serikat. Dalam
perhitungan ini berarti US$ 23 milyar bagi Uni Soviet dan hanya
US$ 8 milyar bagi AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini