Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah obat baru yang disuntikkan setiap dua bulan bisa menggantikan pil harian untuk perlindungan dari infeksi HIV. Dalam uji coba yang melibatkan ribuan orang di tujuh negara, obat suntik cabotegravir yang dikembangkan ViiV Healthcare, anak usaha raksasa farmasi GlaxoSmithKline, ditemukan 66 persen lebih efektif daripada Truvada, pil harian yang saat ini paling banyak digunakan penderita HIV.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman hasil penelitian itu dikutip dari ABC News. Sedang New York Times memberikan catatan tambahan bahwa opsi tambahan saat ini memang sangat dibutuhkan untuk pencegahan HIV karena sepanjang tahun lalu saja ada penambahan sekitar 1,7 juta kasus baru infeksi virus mematikan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harian itu menyebutkan, banyak orang tak mampu atau tak bersedia meminum obat setiap hari sebagai sebuah strategi pencegahan yang dikenal sebagai pre-exposure prophylaxis (PrEP). "Secara khusus di negara-negara miskin di mana pandemi virus corona telah memorakporandakan layanan dan akses ke obat-obatan retroviral."
ABC News menyebut uji coba obat suntik anti-HIV melibatkan 4.570 transgender pria dan wanita. Mereka secara acak dipilih untuk menerima pengobatan dengan Truvada, cabotegravir, pil plasebo, dan suntikan plasebo.
Studi dilakukan HIV Prevention Trials Network. Setelah selama 3,5 tahun, mereka mengumumkan sebanyak 39 partisipan dari antara penerima pengobatan dengan Truvada tetap terinfeksi positif HIV. Dibandingkan dengan hanya 13 orang penerima injeksi cabotegravir. “Ini bisa membawa perubahan," kata Carlos del Rio, profesor di Emory School of Medicine di Atlanta, Amerika Serikat, yang terlibat dalam studi.
Peneliti dari Harvard University, Rochelle Walensky, juga melukiskan temuan yang dipresentasikan dalam Aids 2020 Conference pekan lalu itu sebagai revolusioner. “Baik sekali ada perusahaan farmasi lain dalam strategi PrEP. Ini akan menciptakan kompetisi dan idealnya mendorong obat-obatan yang semakin murah,” katanya.
Theweek