Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Studi: Pendinginan Matahari Bakal Dimulai pada 2020

Grand minimum mengakibatkan berkurangnya daya tarik, produksi bintik matahari yang jarang dan radiasi ultraviolet yang lebih sedikit menjangkau Bumi.

14 Februari 2018 | 09.21 WIB

Dua bintik hitam besar di matahari, yang dikenal sebagai sunspots (bintik matahari), muncul pada bulan Februari 2013, dan masing-masing seluas enam kalli Bumi. Kredit: NASA/SDO/AIA/HMI/Goddard Space Flight Center
Perbesar
Dua bintik hitam besar di matahari, yang dikenal sebagai sunspots (bintik matahari), muncul pada bulan Februari 2013, dan masing-masing seluas enam kalli Bumi. Kredit: NASA/SDO/AIA/HMI/Goddard Space Flight Center

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, San Francisco - Sebuah peristiwa periodik matahari yang disebut "grand minimum" dapat melanda matahari segera setelah 2020 dan berlangsung sampai tahun 2070, sebagaimana dilaporkan Live Science akhir pekan lalu.

Baca: Ilmuwan Memprediksi Matahari Menjadi Lebih Dingin pada 2050

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Peristiwa itu mengakibatkan berkurangnya daya tarik, produksi sunspot (bintik matahari) yang jarang dan radiasi ultraviolet (UV) yang lebih sedikit menjangkau Bumi. Semuanya membawa periode dingin ke planet ini, yang mungkin berlangsung dalam rentang 50 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Peristiwa terakhir grand minimum ( gangguan siklus 11 tahun aktivitas matahari), terjadi pada pertengahan abad ke-17. Dikenal sebagai Maunder Minimum, peristiwa itu terjadi antara tahun 1645 dan 1715, ketika bagian dunia menjadi sangat dingin sehingga masa itu disebut Era Es Kecil (Little Ice Age), yang berlangsung sekitar tahun 1300 sampai 1850.

Tapi, tidak mungkin kita akan kembali ke kondisi yang sangat dingin seperti berabad-abad yang lalu, menurut para periset dalam sebuah studi baru. Sejak Maunder Minimum, suhu rata-rata global terus meningkat, didorong oleh perubahan iklim.

Meskipun grand minimum dapat memperlambat pemanasan global, namun itu tidak akan banyak, menurut simulasi para periset. Dan pada akhir periode pendinginan, suhu akan kembali naik dari pendinginan sementara tersebut.

Sunspots, yang muncul sebagai tambalan gelap di permukaan matahari, terbentuk di medan magnet matahari sangat kuat, dan jumlah bintik matahari akan surut dalam sebuah siklus yang berlangsung sekitar 11 tahun, didorong oleh fluktuasi medan magnet matahari.

Tapi pada akhir abad ke-17, bintik-bintik matahari (sunspots) menghilang. Episode ini berhubungan dengan periode dingin yang luar biasa di belahan dunia, yang oleh para ilmuwan telah dijelaskan terkait dengan perubahan aktivitas matahari.

Aktivitas sunspot tinggi pada tahun 2014 dan telah menurun sejak saat itu, saat matahari bergerak menuju akhir siklus 11 tahun yang rendah, yang dikenal sebagai solar minimum, NASA melaporkan pada bulan Juni 2017.

Namun pola bintik matahari yang terus turun selama siklus matahari akhir-akhir ini menyerupai pola dari masa lalu yang mendahului peristiwa grand minimum. Kesamaan ini mengisyaratkan bahwa peristiwa pendinginan lain mungkin segera terjadi, para peneliti melaporkan dalam penelitian ini.

Dan para ilmuwan telah memperkirakan seberapa kuat kejadian semacam itu, dengan menganalisis hampir 20 tahun data rekaman output radiasi dari bintang-bintang yang mengikuti siklus yang serupa dengan matahari kita. Output radiasi matahari biasanya turun selama solar minimum normal, meski tidak cukup mengganggu pola iklim di Bumi.

Namun, output radiasi UV selama grand minimum bisa berarti penurunan aktivitas dengan tambahan 7 persen, tulis para peneliti dalam penelitian ini. Akibatnya, suhu udara di permukaan bumi akan mendingin sebanyak sepersepuluh dari derajat Fahrenheit secara rata-rata, menurut penelitian tersebut.

Temuan penelitian ini akan membantu ilmuwan menciptakan simulasi model iklim yang lebih akurat, untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang interaksi kompleks antara aktivitas matahari dan iklim di Bumi, khususnya di dunia yang memanas, ujar penulis utama studi tersebut, Dan Lubin, seorang fisikawan di Scripps Institution of Oceanography, University of California, San Diego.

Baca: Lubang Hitam Tertua Seukuran 800 Juta Kali Matahari Ditemukan

"Oleh karena itu kita dapat memiliki gagasan yang lebih baik tentang bagaimana perubahan radiasi UV matahari mempengaruhi perubahan iklim," katanya. Temuan ini dipublikasikan secara online pada 27 Desember 2017 di The Astrophysical Journal Letters.

LIVE SCIENCE

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus