Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BANGKRUTNYA Concorde bukanlah t-anda-tanda kematian tek-no-logi pesawat supersonik. Setelah Concorde tiada, ne-geri adidaya Amerika Serikat malah membuat pesawat jet masa depan X-43A, yang mampu terbang 10 kali kecepatan sua-ra atau lima kali kecepatan Concorde.
Ilmuwan Australia j-uga tak mau ketinggalan. Dua pe-kan lalu mereka me-luncurkan pesawat yang mam-pu melesat dengan enam kali kecepatan suara. Namanya HyShot III. Pesawat ini mampu melesat 7.962 kilometer per jam atau enam kali kecepatan suara. Bandingkan de-ngan Concorde, yang ”cuma” terbang dua kali kecepatan suara.
Pesawat yang dida-nai perusahaan Inggris, Qine-tiQ, ini terbang dengan tek-nologi supersonic combustion ramjet (scramjet)—teknologi lanjutan dari me-sin jet biasa. Bila mesin ini dipakai untuk pesawat ko-mersial, pesawat HyShot III ini mampu me-nerba-ngi jarak Sydney-London ha-nya dalam tempo dua jam. Padahal, kalau menggu-nakan pesawat kome-rsial bia-sa, jarak sejauh itu h-arus ditempuh dalam waktu 20 jam.
Allan Paull, pimpinan prog-ram HyShot, menjelaskan bahwa teknologi ini memang sudah teruji, namun masih butuh wa-ktu panjang agar mesin ini b-isa digunakan di pesawat komersial. Dalam sep-u-luh tahun ini, HyShot b-a-ru akan mengembangkan s-cram-jet untuk pesawat komersial.
Untuk memuluskan rencana itu, pekan depan Universitas Queensland menggandeng Badan Antariksa Jepang (Japanese Aerospace Exploration Agency) akan meluncurkan scramjet dengan teknologi lebih canggih yang diberi nama HyShot IV. Era supersonik rupanya telah tiba.
Riset Cyborg untuk Pecandu
Kisah manusia robot se-perti Robocop, yang po-puler pada era 1990-an, sebentar lagi tak cuma fantasi. Para ilmuwan Eropa kini sedang melakukan riset untuk membuat cikal-bakal manusia mesin. Mereka telah membuat alat yang menghubungkan sel saraf otak mamalia dengan micro-chip. Alat itu dapat menerima si-nyal dari 16 ribu sel saraf ma-malia dan mengi-rimkan pe-san kembali ke ratusan sel lainnya.
Profesor Stefano Vassanelli, ahli biologi molekuler dari Universitas Padua, Italia, yang ikut tim penelitian itu, yakin riset ini menjadi fondasi untuk mengembangkan cyborg, manusia mesin. Riset itu akan menghasilkan sebuah sirkuit silikon lengkap dengan sensor khusus yang bisa menerima instruksi dari otak makhluk hidup.
Untuk jangka pendek, riset cyborg ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan-p-er-usahaan farmasi. ”Mereka da-pat menggunakan chip itu untuk menguji coba pengaruh narkoba terhadap saraf manusia,” kata Vassanelli.
Gulita di Separuh Bumi
Alam menorehkan feno-me-na pekan lalu. Da-e-rah se-panjang 14.500 ki-lome-ter-, mulai dari Ghana hing-ga- Mongolia, 29 Maret lalu di-landa- gelap total karena ger-ha-na- matahari. Gerhana itu ter-cipta karena ma-taha-ri-b-ulanbumi ada di satu ga-ris lu-rus. Bulan menghala-ngi cahaya matahari. Sayang-nya-, warga Tanah Air tak bi-sa- me-nyaksikan gerhana ini ka-re-na wilayah Indonesia tak di-lintasi.
Menurut Badan Ruang Angkasa Amerika Serikat (NASA), gerhana total ini a-kan dapat disaksikan di se-bagi-an Eropa, Afrika, dan A-sia Tengah. ”Gerhana akan paling bagus disaksikan di g-u-run- Libya pukul 11.10 wak-tu se-tempat (pukul 17.00 WIB),” uj-ar Robert Massey, as-tronom se-nior di Royal Ob-servatory Greenwich, Inggris.
Datangnya ”kegelapan” i-ni di-sambut para astronom a-ma-tir di berbagai negara. Di Jepang, misalnya, ada si-ar-an langsung dari Afrika- dan Asia Tengah. Di Turki, sekitar 1.000 peneliti akan me-lakukan penelitian soal- gerhana. ”Daya tarik gerha-na- ini luar biasa, meskipun- hanya berlangsung empat m-e-nit,” kata Direktur Obser-va-tori-um Nasional Turki, Tuncay Ozisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo