Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Pendekar Bersenjata Gagasan

Karya terbaru Wachowski bersaudara setelah melambungkan The Matrix. Bertenaga dan mengasyikkan.

3 April 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

V for Vendetta Pemain: Natalie Portman, Hugo Weaving, Stephen Rea Skenario: Andy Wachowski, Larry Wachowski Novel Grafis: Alan Moore, David Lloyd Sutradara: James McTeigue Produksi: Warner Bros (2005)

Di balik topeng ini tersimpan mu-ka seorang lelaki, dan di balik le-laki ini bersemayam gagasan. Dan gagasan tak bisa ditembus oleh peluru.”

V melontarkan ucapan kepada Cree-dy (Tim Pigott-Smith) dan pasukannya yang mengacungkan senjata api ke wajahnya. V telah terkepung. Ta-pi bukankah gagasan tak pernah bisa di-kepung?

Lelaki bertopeng yang telah lama di-buru itu lalu berkelebat cepat. Ia me-nebas lawan-lawannya dengan be-lati dan mengakhiri hidup Creedy, sang kaki tangan Kanselir Adam Sutler (John Hurt), penguasa Inggris Raya yang fasis. V (Hugo Weaving) telah me-lunaskan dendam—membunuh Cree-dy, juga Sutler—dan meruntuhkan re-zim penguasa pada tanggal yang ia s-akralkan: 5 November.

Tanggal ini ia umumkan seba-gai ha-ri perlawanan. Rakyat sudah tak ta-han dengan kekuasaan ekstra pe-me-rintah yang mengawasi gerak setiap warga. Sensor menjadi kebiasaan. Kamera dipasang hingga ke ruangan-r-uangan privat. Tak ada yang tak te-rekam. Virus mematikan ditebar. Negara merenggut setiap denyut hidup.

Gambaran masyarakat terbungkam yang mengingatkan pada novel 1984 kar-ya George Orwell itu disugu-hkan sutradara James McTeigue dalam la-tar pemerintahan Inggris Raya pada masa depan. McTeigue yang ditopang sepenuhnya oleh skenario dua bersaudara Wachowski (pencipta trilogi The Matrix) mengemasnya dalam film thriller yang mengasyikkan.

V datang untuk membuka ”mulut-mu-lut tersumpal” itu. Ia membawa ga-gasan kebebasan dengan meneror pe-merintahan Sutler dengan bom. Ini cara yang sama seperti yang dipilih Guy Fawkes (1570-1606), pemberontak legendaris Inggris yang hendak meledakkan gedung parlemen Inggris pada 5 November 1605 semasa Raja James I.

Fawkes, sebelum tertangkap, meren-canakan aksinya dari sebuah gudang ba-wah tanah persis di bawah gedung Majelis Tinggi. Ia mendirikan kelompok yang kemudian dikenal sebagai Komplotan Bubuk Mesiu. Surat ancaman Fawkes kepada pemerintah kemudian melegenda, menjadi syair yang sering dikutip para seniman Inggris, termasuk oleh John Lennon: ”Remember, remember, the 5th of November/Gunpowder, treason and plot….”

V juga merencanakan pemberontak-an dari gudang bawah tanah. Ia me-ma-kai topeng berwajah Fawkes untuk me-nutupi mukanya yang terbakar saat dijebloskan ke penjara Lark-hill. Ia mengenakan jubah hitam dan bersabuk belasan belati. Ia, bak su-per-hero Batman atau Zorro, bekerja sen-dirian—perempuan bernama Evey (Na-talie Portman) yang ia cintai ke-mudi-an bersimpati pada perlawanannya. Ia pahlawan dengan senjata belati, ba-han peledak, dan gagasan di kepala.

Kisah V for Vendetta itu diangkat ke layar lebar setelah Wachowski bersaudara terpesona pada novel grafis karya Alan Moore dan David Lloyd, yang dicipta dari 1981-1988 dengan judul sama. Dua bersaudara ini menjadikannya draf skenario pada 1990-an, sebelum perhatiannya beralih pa-da sekuel The Matrix.

Dua bersaudara ini baru merampungkan skenario pada awal tahun lalu. Karena bukan karya asli me-reka sendiri, dua bersaudara ini tak mau me-nyutradarainya langsung. Andy dan Lary menyerahkannya ke asisten su-tradara The Matrix, McTeigue.

Meski sudah berusaha taat pada plot cerita Moore (terkenal dengan n-ovel grafis The Watchmen), Wachowski tak pernah berhasil membujuk Moore untuk mau dipasang dalam credit title film. Moore kabarnya jengkel pada me-reka, karena memasukkan dialog filsafat yang tak ada dalam karyanya. Wachowski antara lain memasukkan pemikiran Shakespeare dalam dialog di awal film.

Namun, sebagai film, sekali lagi Andy dan Larry telah menyugu-hkan karya yang bertenaga dan penuh suspense. Mereka, juga Moore, telah menciptakan ikon ”pendekar” modern de-ngan ajian yang unik: gagasan—yang sampai kapan pun tak akan kalah oleh aneka macam penindasan, juga oleh berondongan peluru.

Yos Rizal Suriaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus