Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai mahasiswa, Rhesa Renaldy tak hanya menghabiskan kesehariannya dengan belajar. Menggeluti olahraga basket juga menjadi kegiatan wajib baginya. Namun, sebagai mahasiswa, membeli perlengkapan olahraga ini ternyata tidak murah dan menguras koceknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Persoalan muncul pada saat dia harus membeli sepatu baru yang harganya mencapai jutaan rupiah karena sepatu lama rusak. Sebagai mahasiswa, tentu saja uang bulanan yang diberikan orang tuanya tak cukup harus berbagi dengan keperluan olahraganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi sekarang, dengan kemajuan teknologi dan menjamurnya layanan teknologi keuangan, persoalan mendapatkan dana menjadi lebih mudah. "Saya bisa mencicil sepatu dengan mudah dan cepat," kata Rhesa, pekan lalu. Rhesa kini mendapatkan akses pembiayaan teknologi finansial, Cicil.
Cicil merupakan perusahaan yang didirikan oleh Edward Widjonarko. Ide ini dicetus Edward bersama teman sejawatnya, Leslie Lim, berdasarkan pengalaman pribadi semasa kuliah dulu. "Waktu saya kuliah, tak terhitung ada kebutuhan mendadak seperti laptop rusak atau handphone hilang," kata Edward.
Selain Rhesa, saat ini terdapat sekitar 11 ribu mahasiswa yang memanfaatkan layanan keuangan Cicil. Edward, yang memiliki gelar master administrasi bisnis, sebenarnya sudah memikirkan ide ini sejak berkuliah di Sekolah Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung pada 2005-2008. "Zaman itu belum musim start-up," katanya.
Asa tersebut hidup kembali setelah dia membereskan kuliahnya di Institut Européen d’Administration des Affaires di Amerika Serikat pada 2015-2016. Dia segera kembali ke kampus lamanya untuk survei pasar. Ketika meluncurkan aplikasi beta pada hari pertama, Edward dan Leslie hampir putus asa karena sepinya pengajuan. "Hampir sekali kami nyerah, layanan kami buka sejak subuh dan baru mendapatkan pengajuan pertama pada pukul 18.00," kata Edward.
Melalui Cicil, peminjam bisa membeli berbagai barang kebutuhan yang menunjang kegiatan kemahasiswaan. Selain membeli gadget seperti telepon seluler dan komputer jinjing, debitor bisa mencicil uang semester perkuliahan hingga uang pangkal masuk kampus. Besaran pinjaman yang diberikan bervariasi, dari ratusan ribu sampai puluhan juta rupiah. Peminjam bisa kapan saja mengakses pembiayaan melalui aplikasi Cicil.
Menurut Edward, bunga pinjaman yang diberikan Cicil sangat bersaing dibanding lembaga pembiayaan lain. Untuk pinjaman pembelian barang, hanya dipatok bunga 2-2,5 per bulan. Adapun bunga pinjaman untuk pendanaan kuliah hanya di kisaran 1 persen. Begitu juga dengan tenor pinjaman. Peminjam bisa memilih jangka waktu mulai tiga bulan sampai dua tahun. "Barang-barang yang kami sediakan bekerja sama langsung dengan e-commerce, makanya bisa dapat harga spesial," ujarnya.
Agar pengembalian pinjaman yang diberikan tidak seret, Cicil mensyaratkan tiga parameter untuk menganalisis peminjam, yaitu identitas, kapabilitas finansial, dan karakter calon nasabah sebelum menyetujui pinjaman.
Yang paling utama, kata Edward, nasabah merupakan seorang mahasiswa aktif di perguruan tinggi. "Memang kami minta data indeks prestasi kumulatif, tempat tinggal, untuk analisis finansial dan karakter, tapi itu masih normal dan terjaga rahasianya," ujarnya.
Cicil juga hanya menyediakan cara penyaluran pinjaman berupa barang yang diminati peminjam untuk mengunci risiko penyalahgunaan pinjaman. Adapun untuk penyaluran pinjaman biaya kuliah, Edward mewajibkan mahasiswa untuk menyertakan uang muka dan kontak penjamin, wali mahasiswa.
Untuk memupuk kepercayaan, Cicil menjamin legalitas perusahaannya karena sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, Edward pernah mendapat pelatihan program akselerator Google Launchpad di Silicon Valley, Amerika Serikat.
Meski begitu, Edward tak menampik teknologi finansial masih sulit mendapatkan kepercayaan masyarakat. Belum lagi, OJK sudah menemukan lebih dari 400 entitas ilegal. "Kami sebagai entitas harus patuh hukum dan menyeleksi betul-betul nasabah," ujarnya. Ke depannya, selain pengembangan bisnis, Cicil bakal memperbanyak sosialisasi mengenai teknologi finansial bersama Asosiasi Fintech Indonesia ke daerah-daerah.
Ihwal potensi, dia optimistis masih banyak ceruk melihat jumlah pelajar di Tanah Air yang mencapai 4 juta orang. Saat ini jangkauan Cicil sudah mencakup 29 kota dan 100 universitas negeri dan swasta di Pulau Jawa dan Sumatera. "Karakter mahasiswa biasanya lebih bertanggung jawab, makanya kami juga bolehkan mereka langsung melunasi cicilan begitu dapat rezeki nomplok pada hari raya atau dari upah magang," kata Edward. ANDI IBNU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo