Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Bank Indonesia kembali mencatat penyusutan cadangan devisa Agustus 2018 menjadi US$ 117,9 miliar, turun US$ 400 juta dari Juli sebesar US$ 118,3 miliar. "Penurunan cadangan devisa terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, dalam keterangan tertulis, kemarin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Posisi cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Adapun sejak awal tahun hingga Agustus lalu, cadangan devisa telah anjlok sekitar US$ 14,08 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo tak menampik bahwa lembaganya menggelontorkan cadangan devisa untuk mengintervensi pasar guna menahan laju pelemahan kurs rupiah. "Apresiasi juga kepada pengusaha yang punya devisa dan valas telah menjualnya untuk menambah suplai di pasar, dan terkait dengan keberadaan kami di pasar dengan jumlah yang semakin bertambah sehingga mekanisme pasar semakin kuat," ujarnya.
Perry menegaskan komitmen bank sentral untuk terus berada di pasar dan berfokus pada kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Menurut dia, intensitas intervensi cenderung meningkat dalam sepekan terakhir seiring dengan peningkatan tekanan perekonomian global. "Pekan lalu terjadi ketegangan perdagangan antara Cina dan Amerika Serikat, kemudian respons Turki yang dianggap belum cukup," kata dia.
Ketidakpastian global bertambah karena ketidakjelasan Brexit. "Kondisi ini kembali menimbulkan ketidakpastian di pasar, jadi investor global yang tadinya sudah masuk jadi keluar lagi," kata Perry.
Bank Indonesia akan mempererat koordinasi dengan pemerintah, pengusaha di pusat maupun daerah, untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi kurs rupiah. Kepala Pengelolaan Departemen Moneter Nanang Hendarsah menjelaskan, intervensi ganda yang dilakukan BI ada di pasar valuta asing maupun Surat Berharga Negara (SBN). "Di pasar sekunder SBN dalam lima hari terakhir kami telah membeli Rp 10,68 triliun," ujarnya.
Kemarin, rupiah perlahan menguat tipis dan ditutup menguat menjadi 14.815 per dolar AS. Sedangkan kurs tengah JISDOR berada di level 14.884.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan intervensi yang gencar dilakukan dalam sepekan terakhir membuat dampaknya belum banyak tecermin pada cadangan devisa Agustus. "Sehingga penurunannya relatif tipis, tapi kemungkinan masih akan menyusut sampai akhir tahun karena tekanan terhadap rupiah masih akan terus berlangsung sampai awal tahun depan," ujarnya.
Masih kuatnya cadangan devisa, kata Piter, memberikan kepercayaan diri dan keyakinan bagi pemerintah maupun investor. "Tapi harus hati-hati karena pelemahan rupiah dan cadangan devisa hubungannya erat sekali."
Adapun ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, memprediksi cadangan devisa hingga akhir tahun akan bergerak ke arah US$ 112-115 miliar. Namun dia mengingatkan bank sentral agar berhati-hati dalam menggelontorkan devisa. "Masih perlu napas panjang, jangan terlalu boros intervensi," ujarnya. GHOIDA RAHMAH
Meredam Rupiah
Bank Indonesia melakukan intervensi besar-besaran guna menahan laju pelemahan rupiah sepanjang tahun ini. Langkah utama yang dilakukan bank sentral adalah membeli surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder maupun di pasar perdana. Berikut ini kebijakan yang dilakukan bank sentral untuk meredam gejolak rupiah.
Pembelian SBN 2018
Pergerakan Cadangan Devisa (US$ miliar)
GHOIDA RAHMAH | SUMBER: BANK INDONESIA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo