Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.

30 Maret 2024 | 08.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Sejak ditemukan 2019 hingga diteliti 2022, sehelai rambut harimau jawa di Sukabumi sempat mendekam selama tiga tahun di Bandung. Menurut penemunya Kalih Raksasewu, sehelai rambut itu pernah ia berikan ke kerabatnya di Bandung untuk diserahkan ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat. “Ini sampel harus dibuktikan dengan DNA,” katanya di acara bincang daring gelaran Mongabay, Kamis, 28 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah teralihkan masa pandemi Covid-19, Kalih mengirim surat ke Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada 2022. Tujuannya untuk menanyakan kiriman sampel rambut yang diduga dari harimau jawa ke Bandung. Sekitar sepuluh menit kemudian, ia mendapat telepon dari Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat yang mengabarkan belum menerima sampel rambut, begitu pun BKSDA Jabar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ternyata, menurut Kalih, sampel rambut yang hanya sehelai itu tertahan di tangan seorang penggiat lingkungan di Bandung. Dia bermaksud mengujinya dan masih menunggu sampel bulu harimau sumatera sebagai pembanding. Kalih lantas mendapat kabar soal hasil pengujian itu. “Uji mikroskopis ini tidak berhasil membuktikan rambut sejenis kucing, Saya kecewa. Temuan ini belum bisa dibuktikan secara saintifik,” ujar pimpinan Yayasan Bentang Edukasi Lestari di Bogor itu. 

Sampel kemudian diserahkan ke BKSDA Jabar lalu diteruskan ke Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) untuk diteliti lebih lanjut pada 2022. Tim risetnya melibatkan Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wirdateti, Yulianto dari Pusat Penelitian Zoologi Terapan BRIN, Kalih Raksasewu, dan Bambang Adriyanto petugas BKSDA Bogor yang bertugas di Sukabumi. 

Lewat publikasi ilmiah berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample" di jurnal Oryx dari Cambridge University Press pada 21 Maret 2024, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa. Adapun usia dan jenis kelaminnya belum diteliti. Kalih membantah bukti harimau jawa yang masih hidup itu hanya dari sehelai rambut, melainkan ada kesaksian warga dan temuan bukti lain di lokasi.

Awal mula riset itu dari perkenalan Kalih dengan Rifi Yanuar Fajar di sebuah bengkel kendaraan di Bogor. Kalih biasa ke bengkel itu untuk memeriksakan mobilnya, sedangkan Rifi pernah magang kerja di bengkel itu ketika menjadi siswa sekolah kejuruan di Surade, Sukabumi. Suatu ketika pada awal September 2019, Rifi berkisah ke Kalih. “Dia cerita saya hampir diterkam harimau. Saya kaget juga antusias, sampai saya tanya lebih jauh,” ujarnya.

Saat itu Kalih memperlihatkan foto macan tutul dari Internet. Sebab, pikirnya, kebanyakan masyarakat susah membedakan macan dengan harimau. “Bukan macan katanya, tapi harimau,” kata Kalih. Pada September 2019 itu dia bersama beberapa orang dari bengkel berangkat ke lokasi pertemuan Rifi dengan harimau.

Dari catatan Dinas Kehutanan Jawa Barat di akun media sosialnya, lima orang warga mengaku melihat harimau dekat perkampungan pada 18 Agustus 2019, sekitar pukul 23.30. Saat itu mereka tengah pulang dari suatu acara dengan berkendara sepeda motor dan mobil. Dari arah kiri, seorang saksi utama mendengar suara kaki berlari di ladang yang tanamannya kering karena kemarau panjang.

Sosok hewan yang dianggap sebagai harimau itu kemudian melompati pagar. Saat dikejar, hewan itu mengambil posisi berhadapan dengan saksi utama sambil menggeram. Setelah ditakuti oleh suara mobil, sosok itu menjauh hingga lenyap di kegelapan malam.

Satwa itu dilaporkan berukuran lebih tinggi dari sepeda motor yang dipakainya, bercorak belang, namun bulunya tidak mengkilat melainkan kusam. Badannya kurus dengan ekor panjang hingga ke tanah dan ujungnya melengkung. Satwa itu diperkirakan sudah tua dan sedang lapar. 

Menurut Kalih, saat itu tengah kemarau panjang dan banyak terjadi kebakaran lahan. Saat menelusuri kembali jejak hewan itu, Kalih teringat kucing yang bulunya suka rontok. Dia pun menyusuri pelan-pelan sepanjang pagar kayu yang dilompati hewan itu. “Waktu dia meloncat pagar, Rifi menunduk sehingga tidak kena terkam,” ujarnya. Pada sebuah kayu pagar dia mengaku menemukan sehelai rambut lalu dimasukkan ke dalam plastik yang telah disiapkan.

Reka ulang kejadian itu dilakukan para saksi sambil direkam video. Rifi, menurut Kalih, menceritakan dengan rinci dengan kronologis yang lengkap. Dari titik lompatan hingga jatuhnya, jejak di jalan yang aspalnya telah habis hingga menyisakan batu, masih terlihat jelas goresan cakarnya. Sepulangnya ke Bogor, Kalih membuat laporan kejadian itu sambil menyertakan sampel rambut temuan untuk diperiksa di Bandung.

Erwin Prima

Erwin Prima

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus