DENGAN adanya DC-10, terbang itu bukan masalah lagi. Tapi
terbang semata-mata dengan mempergunakan tenaga manusia tetap
masih impian, setidaknya sebelum Bryan Allen berhasil melintasi
selat Inggeris dengan Gossamer Albatross sebuah rakitan yang
digerakkan oleh kakinya.
Selat itu terbentang antara Inggeris dan Perancis. Ia menempuh
jarak hampir 35 Km ini (12 Juni) dalam waktu 2 jam 49 menit.
Bryan Allen, 26 tahun, seorang biolog dan penggemar balap
sepeda, berasal dari Visalia, California di Amerika Serikat. Ia
menggerakkan Gossamer Albatross itu dengan sepasang pedal --
melalui rantai terbuat dari bahan urethane -- yang memutarkan
baling-baling.
Rakitan itu sendiri terbuat dari bahan yang baru bisa dihasilkan
dalam abad ruang angkasa ini. Rangkanya dirakit dari pipa
serabut karbon yang dipadatkan dan dibungkus dengan bahan
polyester yang oleh pembuatnya, Dupont, diberi nama Mylar.
Menuju Kemenangan
Serabut karbon adalah ringan dan amat kuat sehingga banyak
digunakan menggantikan berbagai peralatan mobil dan pesawat yang
biasa terbuat dari baja. Mylar adalah bahan polyester yang
dibuat dalam bentuk film setipis 0,013 mm, namun kekuatannya
luar biasa. Bahan inilah yang memungkinkan rakitan itu dibuat
seringan mungkin sehingga seluruhnya, lengkap dengan radio dan
pelampung, tidak melampaui 32 kg.
Allen sepintas lalu tampak sukses untuk merebut tempat di
halaman muka suratkabar atau majalah. Sebetulnya ini juga
merupakan kemenangan gemilang bagi ilmu. kimia modern, ilmu
fisika dan ilmu konstruksi modern. Bahkan seluruh ilmu dan
teknologi modern telah mendukung pembuatan pesawat itu yang
dirancang oleh Dr. Paul MacCready dari Pasadena, California
beserta sebuah tim ahli.
Para wartawan dan penonton mengiringi penerbangan Allen dengan
belasan perahu motor. Semua berteriak memberi semangat
kepadanya. Pemuda itu hampir saja menyentuh ombak laut. Tapi
karena tiba-tiba ada arus udara yang membantunya, Allen bisa
membawa pesawatnya kembali naik, dan berkayuh terus. Walau
daratan Perancis belum kelihatan, ia tetap bersemangat. Sambil
membetulkan letak kacamatanya ia menggenjot pesawatnya --
mendayung seperti bersepeda -- menuju kemenangan dan hadiah
?100.000.
Berulangkali sudah dalam sejarah manusia ada usaha seperti itu.
Misalnya Leonardo da Vinci, pelukis dan pemahat Italia tersohor,
dalam abad ke-15 merancang dan membuat beberapa buah rakitan
yang digerakkan dengan tenaga manusia -- mirip gerakan sayap
burung. Semua gagal, karena terlalu berat.
Kaisar Cina Wen Hsien Ti pun sudah mencoba. Di abad ke-6
berkali-kali dibuatnya rakitan dari bambu yang digerakkan
seperti sayap burung. Tawanan yang memang sudah dihukum mati
ditugaskan mengendarainya. Mereka meloncat dengan rakitan bambu
itu dari menara setinggi 30 M, dan semuanya jatuh hancur di
tanah.
Mitos Yunani mengenai Daedalus dan anaknya, Icarus, memberi
inspirasi untuk terbang dengan tenaga sendiri. Daedalus dan
Icarus, demikian dongengan itu, melarikan diri dari kemurkaan
raja Minos dari Kreta. Dengan sayap yang dibuat Daedalus dari
bulu burung yang ditancap dalam lilin, mereka terbang
meninggalkan Kreta. Nasib malang menimpa Icarus yang dengan
semangat mudanya terbang terlalu dekat ke matahari. Panas
menyebabkan lilin sayapnya meleleh sehingga ia jatuh ke bumi.
Tempat itu dikenal sampai sekarang dengan nama Pulau Icaria.
Usahawan Inggeris, Henry Kremer di tahun 1959 menyediakan hadiah
untuk merangsang usaha itu kembali. Lembaga Aeronautik Kerajaan
(R.A.S.) di Inggeris menetapkan syaratnya, antara lain harus
bisa menyeberang selat Inggeris. Selama 18 tahun tidak ada yang
berhasil merebut hadiah itu. Barulah Allen berhasil. Ujar
seorang pejabat lembaga itu: "Suatu hasil yang luar biasa bagi
manusia maupun teknologi."
Sekelompok sarjana dari Universitas Southampton di Inggeris di
tahun 1961 membuat sebuah rakitan yang -- juga bertenaga manusia
-- diberi nama Sumpac. Ia telah mampu tinggal landas, tapi jarak
yang ditempuhnya sangat pendek sehingga tidak memenuhi syarat
untuk memperoleh hadiah itu.
Sebuah tim insinyur dari pabrik pesawat terbang di Inggeris,
Hawker Siddely, pernah membuat rakitan yang menungguli prestasi
Sumpac dan terbang sepanjang 800 m saja. Di Jepang, Profesor
Hidemasa Kimura dari Universitas Nihon mengajak kelompok
mahasiswanya. Mereka berhasil tahun 1977 membuat sebuah pesawat
yang mampu terbang sejauh 2000 M.
Menghemat Enersi
Tahun 1977 itu juga kelompok Dr. Paul MacCready di California
membuat pesawat Gossamer Condor yang berhasil menempuh jarak
1850 M dalam bentuk angka 8. Pesawat itu sekarang mendapat
tempat terhormat di museum Smithsonian di Washington, di samping
pesawat Charles Lindbergh, The Spirit of St. Louis yang
berhasil menyeberang Laut Atlantik. Penerbangan Gossamer Condor
itu meraih hadiah ? 50.000 dan menempuh jarak itu dalam waktu 6
menit 22,5 detik.
Kemudian MacCready dan timnya, dengan tersedianya bahan baru
dari abad ruang angkasa, berhasil menciptakan Cossamer Albatross
(Gossamer berarti bahan yang sangat halus dan ringan sedang
Albatross dan Condor adalah jenis burung dengan rentangan sayap
sangat lebar). Tim Amerika itu tidak mengklaim menemukan sesuatu
yang langsung bermanfaat. "Mungkin bermanfaat untuk mempertebal
keyakinan manusia akan kemampuan diri sendiri," kata mereka.
Mungkin juga bermanfaat dalam usaha menghemat enersi atau
sebagai bentuk transpor baru. Yang pasti ia mempunyai hari depan
baik sebagai alat olahraga. Menurut MacCready, pesawat itu bisa
dijual dengan harga sekitar $2.000, jika diproduksi secara
massal. "Pesawat itu bisa dikendalikan oleh anak umur 10 tahun,"
katanya.
Di pesisir Perancis, penduduk menyambut Allen dengan ramai dan
gembira. Sambil minum sampanye yang disodorkan oleh penduduk, ia
berkata: "Beberapa kali saya sudah putus asa, tapi akhirnya
sampai juga." Sore harinya Allen dan rombongan kembali ke
Inggeris, kali ini naik Hovercraft, yang mencmpuh jarak 35 Km
itu dalam waktu 40 menit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini