Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bukan pantomim, ya biar

Penampilan para peserta festival pantomim patut di hargai sebagai suatu kreativitas. pengertian untuk memberi tontonan seni dengan bahasa gerak, masih dilakukan sebagai suatu permainan. (ter)

30 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG gadis tampil membawakan judul pantomim: Jatuh Cinta. Masuk panggung tersenyum-senyum, jalan-jalan, berlenggang. Ah, ya, dia tampil tanpa rias muka, memakai rok yang dipakainya sebelum naik panggung. Lalu berlari-lari, rupanya menuju ke telepon. Putar nomor. Nggak jadi. Telepon diletakkan lagi. Ini satu contoh, bagaimana tidak komunikatifnya pantomim yang dibawakan sebagian besar peserta -- meskipun bisa ditebak apa maksudnya. Gerak-gerik yang dibawakan sama sekali tidak membentuk kesan. Dan sebagai keseluruhan -- dari masuk panggung sampai keluar lagi -- tidak memberi gambaran satu peristiwa atau suasana. Meski hampir semua mencoba meniru Marcel Marceau, toh ada satu dua yang menampilkan entah gaya dari mana, tapi menarik. Misalnya satu grup dari tiga orang pemuda. Mereka memerankan cewek-cewek, dan judul pantomimnya Mari Bermain. Ada adegan lompat tali, ada main sembunyi-dapat. Sementara musik gembira mengiring sampai habis. Di situ rupanya tak ada maksud menirukan, tapi bermain di panggung itu sendiri. Ada lagi yang tampil dengan rias wajah putih, dengan kaos putih dan sebuah kotak panjang -- tapi hanya satu sisi yang tertutup. Mula-mula kotak itu berfungsi sebagai box telepon. Lalu menjadi perahu. Akhirnya menjadi tribun seolah kita melihat satu pertandingan olah raga dan si aktor barusan memenangkan pertandingan. Ini termasuk yang berhasil. Raja Buan Hajat Dalam Mencuci, seorang tampil dengan kaos dan celana hitam. Pertunjukan berjalan santai, sekali-sekali ada adegan lucu. Misalnya, si aktor ketika menimba air hampir tercemplung ke sumur. Atau pakaian yang dicuci ternyata berbau amat tidak enak: dia pencet hidung sambil satu tangannya seolah menjinjing pakaian yang tentu saja abstrak itu. Yang unik ketika tampil peserta kelompok terdiri dari dua orang -- Matador. Ajaib, pemuda yang berjalan membungkuk berkaos kuning benar-benar memberikan imaji seekor kerbau. Dan enaknya, sekali-sekali "kerbau" ini unjuk kesantaian juga menghadap ke belakang panggung, angkat sebelah kaki, lantas penonton pun ger karena tahu dia lagi kencing. Walhasil apakah yang ditampilkan sekitar 80 peserta ini benar-benar pantomim atau bukan, sebenarnya tidak penting. Toh istilah itu datang bukan dari kita. Yang penting: ini pertunjukan, tontonan seni dengan bahasa gerak tubuh, yang boleh dibantu dengan sedikit rias, kostum atau properti atau musik/suara. Karena itu menjadi sangat menarik ketika satu kelompok peserta tampil dengan tiga pemain dan membawakan judul Mengantar Raja Buang Hajat. Dengan ditandu lengan dua pengawal, raja turun dari tahta, entah menuju ke (mungkin) kamar kecil. Raja pun berak, sementara dua pengawal menutup hidung. Kemudian buru-buru seorang pengawal mengambil air dengan ember, disodorkan ke depan raja. Selesai, kembali dibawa dengan tandu lengan dua pengawal. Ini terasa lebih segar, bebas, dan pretensinya -- kalau toh memang mereka rasakan -- hanya sekedar bermain, tak lebih tak kurang. Dan bukankah kreativitas muncul dari semangat bermain? Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus