Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hampir setiap hari kita bersinggungan dengan barang-barang yang terbuat dari plastik, kaleng, atau kertas. Tanpa disadari, barang-barang tersebut ternyata mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan kanker.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama zat tersebut adalah bisphenol-A atau BPA. Bahan kimia ini biasa digunakan untuk mengeraskan wadah makanan dari plastik dan digunakan juga dalam kaleng logam untuk mencegah terjadinya korosi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BPA dan phthalate adalah bahan kimia dari plastik yang sering dikaitkan dengan gangguan kesehatan. Sudah banyak pengukuran yang dilakukan terhadap BPA dalam tubuh manusia, termasuk oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.
Hanya, hasilnya dianggap belum memuaskan. Karena itu, para peneliti di Washington State University, Amerika Serikat, memakai metode baru yang lebih akurat untuk mengukur kadar paparan BPA pada manusia.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa paparan bahan kimia yang mengganggu sistem endokrin-kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ lain-itu jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Temuan ini diterbitkan dalam jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology pada Desember lalu. Salah satu kesimpulan tulisan ini adalah pengukuran oleh badan pengawas obat dan makanan sering mengabaikan tingkat paparan hingga 44 kali lipat.
"Studi ini menimbulkan keprihatinan serius tentang apakah kita sudah cukup berhati-hati terhadap keamanan bahan kimia ini," kata profesor biosains molekuler di Washington State University, Patricia Hunt.
BPA dapat ditemukan di berbagai kemasan plastik, seperti wadah makanan dan minuman. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa BPA dapat mengganggu hormon tubuh. Secara khusus, janin yang terpapar BPA mengalami masalah pertumbuhan, perilaku, metabolisme, dan kesuburan serta memiliki risiko kanker yang lebih besar.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah mengevaluasi data penelitian yang mengukur BPA dalam urine manusia. Mereka menetapkan bahwa paparan bahan kimia pada manusia sangat rendah dan berada dalam tingkat yang aman.
Hasil evaluasi itu diuji kembali oleh Roy Gerona, asisten profesor di University of California, San Francisco, dengan langsung mengukur BPA. Gerona ingin melihat metabolit BPA, yakni senyawa bahan kimia ketika melewati tubuh manusia.
Sebelumnya, sebagian besar penelitian lebih mengandalkan proses tidak langsung untuk mengukur metabolit BPA. Caranya adalah menggunakan larutan enzim yang terbuat dari siput untuk mengubah metabolit kembali menjadi BPA, kemudian baru diukur.
Namun metode baru Gerona mengukur secara langsung metabolit BPA tanpa larutan enzim. Dalam penelitian ini, tim peneliti yang terdiri atas Gerona, Hunt, dan Fredrick vom Saal dari University of Missouri membandingkan kedua metode tersebut.
Metode pertama menggunakan urine sintetis yang diberikan BPA. Metode kedua menggunakan 39 sampel manusia. Hasilnya, tingkat BPA jauh lebih tinggi memakai metode langsung, yakni 44 kali lipat dari rata-rata yang dilaporkan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional.
Perbedaan di antara kedua metode itu meningkat saat ada lebih banyak paparan BPA: semakin besar paparan, semakin banyak kekeliruan metode sebelumnya terungkap. "Saya harap penelitian ini menjadi perhatian pada metodologi yang digunakan untuk mengukur BPA," kata Gerona.
Saat ini, tim peneliti tengah melakukan uji lebih lanjut dalam mengukur BPA dan bahan kimia lain. Bahan kimia itu mencakup fenol lingkungan, seperti paraben, benzophenone, triclosan yang ditemukan di beberapa kosmetik dan sabun, serta phthalate yang ditemukan di banyak produk konsumen, termasuk mainan, kemasan makanan, dan produk perawatan pribadi.
"BPA saat ini masih diukur secara tidak langsung. Bisa jadi itu bukan satu-satunya bahan kimia pengganggu endokrin yang diukur dengan cara ini," ujar Gerona. "Hipotesis kami, jika ini berlaku untuk BPA, bisa berlaku juga bagi semua bahan kimia lain yang diukur secara tidak langsung." SCIENCE DAILY | THE GUARDIAN | AFRILIA SURYANIS
Terpapar Bisphenol-A Tingkatkan Risiko Kanker
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo