Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo, menyampaikan salah satu program yang akan dilakukan Prabowo Subianto adalah pengembangan bioetanol dari singkong dan tebu. Singkong dan tebu dinilai lebih ramah lingkungan dan bisa menjadi awal untuk transisi energi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penggunaan energi bersih kita masih sedikit, kalau ditanya program andalan Prabowo-Gibran, kami akan memperbanyak sumber bioetanol," kata Dradjad dalam acara Meneropong Bioenergi di Tangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029, Rabu, 10 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dradjad menerangkan bahwa produksi bioetanol membawa banyak keuntungan dari pelbagai aspek, bisa dari lapangan pekerjaan untuk semakin berkembang hingga mudah direalisasikan. Selain itu, bioetanol dari singkong dan tebu juga tidak terlalu merusak lingkungan seperti batu bara.
"Bioetanol dari singkong dan tebu banyak menyerap dan memberikan lapangan pekerjaan, misalnya masyarakat bisa dipekerjakan menanam singkong-tebu. Persiapan itu sudah ada dan lebih mudah dicapai," ucap Dradjad.
Walaupun pengembangan bioetanol dari singkong dan tebu menjadi program Prabowo-Gibran, menurut Dradjad, bukan berarti pihaknya mengesampingkan sumber energi lainnya seperti matahari, panas bumi maupun angin dan air. Hanya saja, langkah yang lebih mudah dan bisa tercapai untuk waktu dekat ini adalah bioetanol dari singkong dan tebu.
"Kita harus realistis, geothermal untuk ekonominya masih relatif kalah, sehingga tidak bisa memaksakan membeli pakai skema keuangan yang buruk. Makanya Prabowo-Gibran sadar dan untuk transisi energi kami manfaatkan bioetanol dari singkong dan tebu," ujar Dradjad.
Lebih lanjut, Dradjad menegaskan bahwa sebuah program jangan hanya berakhir di angan-angan semata, percuma memiliki tema atau ide yang menarik bila eksekusi tidak kunjung dilakukan. "Ketika bicara transisi energi, kita harus melihat opsi apa yang ada di wilayah Indonesia, sehingga tidak hanya sesuatu itu di angan-angan saja. Namun visionable dan global," kata Dradjad.
Dradjad menuturkan, kebijakan terkait program energi dan sejenisnya harus memakai riset dan kajian yang sudah mumpuni, sebab itu tidak bisa asal memakai atau memiliki beralih ke energi lain tanpa sebuah analisis. Ia mengakui telah lama berkecimpungan di ranah energi tersebut.
"Kita ingin semua itu berbasis riset dan semuanya kompetitif. Satu kata kunci lagi, kita masih sangat lemah, banyak program dibuat tapi belum banyak yang jalan. Makanya Prabowo-Gibran realistis, sesuai dengan kebutuhan Indonesia saat ini," ucap Dradjad.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.