Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Kemarin, Selasa 8 Juni 2021, masih diisi artikel dari hari sebelumnya tentang kapal selam KRI Nanggala-402. Artikel kapal selam itu selepas kepergian kapal Cina terselip dalam Top 3 Tekno Berita Senin 7 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita kedua dan ketiga sama-sama tentang kapal laut. Yang pertama kapal perang amfibi paling mematikan USS Bougainville yang sedang ditunggu kehadirannya oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Yang kedua adalah penambahan kapal riset LIPI dari pinjaman pembiayaan luar negeri senilai Rp 1,5 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut Top 3 Tekno Berita Kemarin, Selasa 8 Juni 2021, selengkapnya,
1. Top 3 Tekno Berita Kemarin: KRI Nanggala-402 Setelah Kapal Cina Pergi
Top 3 Tekno Berita Kemarin, Senin 7 Juni 2021, berisi berita tentang keputusan TNI Angkatan Laut yang telah menghentikan upaya mengangkat bagian-bagian kapal selam KRI Nanggala-402 dan jasad 53 awaknya. Kapal selam diputuskan dibiarkan di dasar laut sedalam hampir 840 meter di utara Bali setelah 20 kali penyelaman oleh tim penyelamat dari Cina sejak awal Mei lalu tak memberi hasil seperti yang diharapkan.
Berita terpopuler kedua masih dari alat militer di laut, yakni kapal perang amfibi terbaru yang sedang disiapkan Angkatan Laut Amerika Serikat. Bakal paling komplet karena mampu mengangkut bukan cuma sejumlah pesawat tempur, tapi juga dua unit Landing Craft Air Cushions (LCACs) atau Landing Craft Utility (LCU), USS Bougainville dipandang menjadi yang paling mematikan di kelasnya.
Lalu, berita ketiga, evakuasi ular sanca dari loteng atau plafon rumah tinggal milik warga dua hari berturut-turut, Minggu dan Senin 6-7 Juni 2021, oleh petugas pemadam kebakaran Jakarta Timur. Data evakuasi menyebut ular berukuran panjang sampai enam meter dan digolongkan sangat besar.
2. Amerika Siapkan Kapal Perang Amfibi Paling Mematikan USS Bougainville
Angkatan laut Amerika Serikat sedang menanti kehadiran kapal perang serbu amfibi America-class Angkatan Laut ke-3, USS Bougainville. Kapal yang diklaim paling mematikan di kelasnya itu masih dalam proses pengembangan dan dijadwalkan diserahterimakan pada 2024.
USS Bougainville dirancang menampilkan kembalinya konfigurasi yang didesain untuk memampukannya sekaligus sebagai transportasi laut kapal-ke-pantai, kapal pengintai, dan kapal serbu. Kapal itu akan memiliki kemampuan untuk mengangkut dan meluncurkan dua unit Landing Craft Air Cushions (LCACs) atau Landing Craft Utility (LCU) untuk misi amfibi.
“USS Bougainville akan mempertahankan kemampuan dukungan serangan udara dari desain America-class sambil menambahkan kemampuan konektor ke darat dari tambahan desain berupa dek sumur,” ujar seorang pejabat industri pembuat kapal militer terbesar di Amerika, Huntington Ingalls, seperti dikutip National Interest, Minggu, 6 Juni 2021.
3. Pinjaman Rp 1,5 Triliun dari Prancis, Indonesia Akan Tambah Kapal Riset LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI akan membeli kapal riset baru dan memperbarui atau melengkapi (retrofit) satu kapal riset termutakhirnya, Baruna Jaya VIII. Pembiayaan untuk semua kebutuhan itu diperoleh melalui pinjaman dari pemerintah Prancis senilai $107 juta atau setara Rp 1,5 triliun.
Kapal Riset Baruna Jaya VIII saat menjalani Ekspedisi Indonesia Timur 7 Januari-9 Maret 2021. LIPI
Penandatanganan perjanjian pembiayaan pinjaman itu dilakukan hari ini, Selasa 8 Juni 2021, antara Direktur Agence Française de Développement (AFD) di Indonesia, Emmanuel Baudran, dan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko di Kementerian Keuangan RI, Luky Alfirman. Hadir menyaksikan penandatanganan itu adalah Menteri Kelautan Prancis, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Pelaksana Harian Kepala LIPI.
Dalam keterangan tertulis yang dibagikan menjelang penandatangananan itu, Pelaksana Harian Kepala LIPI, Agus Haryono, menjelaskan proyek berupa pengadaan Kapal Riset Multiguna (Multi-Purposes Research Vessel). Ini, kata dia, merupakan upaya dalam menjawab kebutuhan infrastruktur untuk membangun riset kelautan nasional. “Saat ini enam armada penelitian yang ada di Indonesia secara umum membutuhkan perbaikan guna memenuhi standar internasional," kata dia.